9

2.5K 266 12
                                    

Tok-Tok.

"Iya, sebentar." Sahutku dari dalam.

Kupakai cepat-cepat baju dan celanaku. Kuabaikan rambutku yang masih basah dan dalam keadaan acak-acakkan.

Sebelum kubuka, kuintip dulu dari lubang pintu. Kupastikan bahwa orang yang mengetuk pintu kamarku, adalah orang yang kukenal.

Klik.

"Pak Nanda. Ada apa, pak?"

Ia mengulas senyum dengan wajah canggung yang lucu.

"Apa wajah saya kelihatan tua banget ya?" Suaranya terdengar berat dan empuk. "Mas Nanda, oke!?"

Sebetulnya dia sudah sering mengingatkanku akan hal itu. Tapi tetap saja menurutku itu terlalu janggal. Masa aku memanggil salah satu staff hotel disini, dengan panggilan 'mas'..?

"Udah mau check-out? Ada yang bisa dibantu?"

Aku memberikan ruang agar ia bisa melihat ke dalam kamarku. "Enggak ada sih. Tadi Niko udah bawa sebagian koper dan barang-barangku."

"Dikirain masih butuh bantuan.."

"Oh ya, mas. Masuk dulu." Aku mempersilahkannya masuk.

"Permisi, Pak Elwise."

"Mas Nanda, kan umurku baru 15 tahun."

"Hahaha. Maaf, Pak Elwise."

Dia itu memang sering sekali menggodaku. Tapi berkat dia, aku jadi bisa tinggal dengan nyaman sekali di hotel ini.

Mas Nanda itu orang yang sangat baik dan penyabar sekali. Aku ingat ketika pertama kali aku datang ke hotel ini, dialah yang membantu reservasi dan memilihkan kamar.

Mas Nanda juga sabar ketika aku dengan cerewetnya, meminta untuk pindah kamar sampai lima kali. Aku merasa tidak ada kecocokkan antara diriku dan kamar-kamar yang aku tempati sebelumnya. Ada yang hawanya panas dan membuat gelisah. Ada yang membuatku merinding terus-terusan. Sampai ada juga kamar dimana aku merasa tidak nyaman dengan tatapan petugas room boy yang kala itu sedang bertugas di lantai tempat kamarku menginap.

"Ini untuk Mas Nanda."

Ia sepertinya terkejut sekali ketika aku memberikan sekotak cokelat Ferrero Rocher padanya.

"Terima kasih sudah mau mendengarkan keluhanku. Maaf kalau aku terlalu cerewet dan bawel."

"Tapi ini terlalu berlebihan, Adam. Gimana kalau sampai yang lain lihat, terus mereka jadi iri karena diberikan cokelat yang beda?"

"Hhehee.."

"Mas juga pengen ngucapin terima kasih sama kamu, Dam."

"Untuk?"

"Karena kamu, Mas jadi dipromosiin naik jabatan."

"Oh ya?!" Aku terkejut campur bahagia mendengarnya.

"Kamu ini tamu VVIP di hotel ini. Hampir tiap hari para manager memberikan briefing kepada kami, tentang memberikan pelayanan sebaik-baiknya sama kamu."

"Ohhh, begitu ya."

"Dam, Mas boleh minta foto selfie sama kamu gak?"

"Aku beresin rambut dulu ya.."

"Gak usah." Mas Nanda menarik tanganku. Otomatis aku pun hampir jatuh ke dalam dekapannya.

Ia merangkulku. Menempelkan sebelah pipinya pada pipiku. Jantungku berdebar-debar. Entah kenapa aku jadi gugup sekali.

Cklek-Cklek-Cklek.

"Kamu itu lucu ya, Dam.."

"Emangnya aku ini boneka apa?" Tukasku. "Dasar Mas Nanda aneh."

METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang