Waktu aku sedang menginap di Hotel Salak, kalian tentu ingat bukan saat aku melihat dua orang mencurigakan yang selalu mengawasi di depan hotel..? Dan bahkan mereka sampai berani masuk ke dalam lobi hotel dan mencari kamarku. Setidaknya itu yang dikatakan oleh para staff di hotel tersebut.
Dan sekarang, aku baru tahu -- kalau ternyata kedua orang mencurigakan itu ternyata adalah Pak Tara dan juga Om Jonathan yang asli.
Om Jonathan tidak mau menunjukkan dirinya di hadapan Ken, karena tidak mau sampai saudara kembar dan isterinya itu mengetahui kalau dirinya masih hidup.
Om Jonathan juga berterus terang padaku, kalau selama ini dialah yang selalu mengikuti kemanapun aku pergi. Mengikuti aku ke sekolah, ke McD, Botani Square, sampai ketika aku sedang makan ayam bakar di warung tenda kesukaanku, dia juga terus mengikutiku.
Kini, aku sedang duduk di kontrakkannya yang sempit dan tidak berisi banyak barang. Dan tempat ini, adalah tempat persembunyiannya selama ia menetap di kota hujan ini.
Dia tidak mau tinggal di tempatnya Pak Tara karena dia tahu Pak Tara tinggal dengan adiknya. Dan lagi, dia takut kalau sewaktu-waktu dia akan kepergok dengan saudara kembarnya saat sedang mengunjungi rumah Pak Tara.
Pak Tara tadi sempat meneleponku. Dia menanyakan keadaan kami bertiga. Kukatakan padanya bahwa kami baik-baik saja, dan saat ini aku sedang berada di tempatnya Om Jonathan.
Aku tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya pada Pak Tara. Sebab aku tahu, saat ini dia juga sedang dipusingkan dengan masalah adiknya, dan secara langsung dia harus berhadapan dengan Nenek Enin.
"Adam..." Om Jonathan nenyodorkanku segelas air putih.
Ya, hanya air putih saja yang ia miliki di kamarnya ini. Tidak ada kulkas berisikan minuman soda, jus, dan susu. Melainkan hanya ada satu dispenser kecil dan segalon air mineral isi ulang.
Kentaro sudah tertidur pulas. Meski cuma ada kipas angin, kulihat anak itu tertidur nyenyak sekali. Syukurlah kalau tidak ada kejadian buruk yang menimpa Om Jonathan dan Ken hari ini.
"Saya akan mencoba menghubungi Deni. Dia adalah salah satu orang kepercayaan ---"
"Jangan, om." Potongku. Membuat dahi Om Jonathan berkerut.
"Tapi kenapa, Dam?"
"Apa Om sudah lupa, Om sudah dikhianati oleh siapa?" Kutatap matanya dalam-dalam. "Seseorang yang sangat Om cintai, dan seseorang yang dilahirkan dari rahim yang sama."
Om Jonathan tertunduk lesu. Aku bisa mengerti bagaimana perasaannya saat ini. Semua usaha dan jerih payahnya itu, direnggut begitu saja darinya hanya dalam sejentikkan jari.
"Aku mau keluar sebentar ya, om."
"Adam, maafkan saya ya." Mata Om Jonathan berkaca-kaca. "Karena saya, kamu jadi ikut terseret dalam masalah ini."
Aku mengangguk pelan. "Aku ingin membeli makanan dulu. Kasihan Ken, sepertinya dia sangat lapar sekali."
"Pakai uang saya saja, Dam.."
"Tidak usah. Aku juga masih punya uang kok, om."
Aku menghela nafas saat menutup pintu kontrakkan Om Jonathan. Aku sama sekali tidak memikirkan tentang kehilangan semua barang-barang milikku. Namun yang kini aku pikirkan adalah, kenapa semua masalah ini harus menimpa dan terjadi pada orang-orang yang berada di dekatku?
Apa salah mereka, hingga mereka harus mengalami kejadian terburuk dalam kehidupan mereka...?
######
Hari ini aku janjian dengan teman-teman dan juga Pak Panji untuk menengok Dandi yang masih di rawat rumah sakit. Aku bukan tidak ada keberanian untuk menjenguknya seorang diri. Hanya saja aku tak cukup kuat untuk melihat keadaanya saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
ME
Novela JuvenilIni adalah ceritaku. Aku yang harus berjuang seorang diri, di dunia yang kata kebanyakkan orang penuh dengan drama, ambisius, pencapaian, pengorbanan, dan air mata. Aku tidak peduli dengan mereka atau siapapun. Karena aku sudah cukup senang dengan d...