15

2.3K 273 16
                                    

"Udah dateng kesiangan, atribut gak lengkap juga!!"

"Kalian semua ikut!!!"

Aku menghela dalam hati. Kalau dari pagi saja sudah dibentak-bentak seperti ini, lalu dimana letak keseruan yang dimaksud teman-temanku pada saat mos itu?

"Bego banget sih lo pake telat segala!!" Dandi mendesis pada siswa gemuk berhidung pesek itu.

"Ibuku sakit, Dandi. Adik-adikku tidak ada menjaga."

"Mau sakit kek! Mau mati kek! Lo kan tau kalo hari ini hari pertama MOS!!"

"Dandi, kamu jangan bicara kasar!" Mataku agak memelotot padanya. "Kamu boleh berkata kasar sama kita semua, tapi tolong jangan pernah mengatakan hal itu lagi! Apalagi kamu sampai menyumpahi ibunya Gunawan meninggal!"

"Gue gak nyumpahin!"

Priiitttt....!!!

Kami bersepuluh kompak terdiam. Menanti dengan harap-harap cemas, hukuman apa yang akan kami terima selanjutnya.

"Hukuman kalian ---"

"Kenapa? Kok masih pagi udah main hukuman aja?"

Tiba-tiba ada tiga kakak kelas yang mendatangi kami. Dua diantara cewek dengan postur tubuh setinggi diriku, dan satu cowok yang lebih tinggi dari kedua kakak pembimbing kelompokku.

Tapi sepertinya ada yang berbeda dengan penampilan dengan ketiga orang itu. Dilihat dari pita biru yang melingkar di lengan mereka, dan juga ketiga orang itu tidak mengenakan name tag seperti kakak panitia lainnya.

"Mereka telat dan atributnya gak lengkap, Rom."

"Yang telat dan gak lengkap cuma dia doang, kak! Kalo mau hukum, ya hukum aja dia doang!"

Dandi lagi. Kenapa ia harus berbicara seperti itu?

"Siapa dia?" Tanya kakak senior yang tadi dipanggil 'Rom' oleh kedua temannya itu.

"Dia Dandi. Ketua kelompok cimut-cimut cuplis."

Kakak senior itu pun mendekati Dandi. Perasaanku jadi tidak enak. Meski wajahnya kelihatan sangat ramah dan baik, namun aku bisa melihat sorot mata berbeda pada saat menatap Dandi.

"Gue heran, kenapa orang kayak lo bisa dipilih jadi ketua kelompok.."

"Emang dia yang salah!"

Dandi!! Aku menjerit sendiri dalam hati. Bisa gak sih dia menutup mulutnya sebentar aja?!!

"Gunawan telat karena ibunya sakit, Dandi!" Suaraku terlontar begitu saja. Tak ayal, semua mata kini menatap padaku.

"Kamu bukannya udah disuruh balik sama Pak Panji tadi ya?" Kini dia -- maksudku cowok tinggi kurus bermata cokelat teduh itu berbicara padaku.

"Lo diem aja deh, Dam!" Dandi malah membentakku. "Gara-gara dia kita semua kena hukuman!"

"Lo bisa diem gak?!" Kakak kelas itu mengalihkan pandangannya pada Dandi.

Jelas sekali aku bisa melihat perbedaaan reaksi serta ekspresi wajahnya itu, ketika sedang berbicara denganku dan Dandi.

"Kalo gue lagi bicara sama temen lo, bisa gak lo diem aja?!" Sekarang dia sampai menunjuk dengan nada menekan pada Dandi.

Dandi pun memperlihatkan ketidaksukaannya. Dan ia ingin sekali membalasnya. Tapi dia masih bisa menahannya dan semoga aja masalah ini tidak berkepanjangan setelahnya.

METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang