Ken berlari kesana kemari dengan lincah dan riang sekali. Berkali-kali topi putihnya jatuh karena terbawa angin, dan akulah yang mengambil dan memakaikannya kembali.
"Kakak diem dulu. Aku mau foto ya.." Celotehnya lagi.
Hari ini, ia berlagak seperti seorang fotografer dan akulah modelnya. Setiap kami berdua berhenti di sebuah spot, pasti Ken akan langsung menyuruhku diam seperti patung, dan dia akan langsung mengambil fotoku.
Om Jonathan dan Tante Vero lagi duduk berduaan di sebuah kursi kayu panjang. Sejak tadi mereka berdua selalu kelihatan bermesraan. Seolah lupa, bahwa ada aku diantara keluarga kecil mereka.
"Ken, aku capek. Aku mau istirahat dulu ya."
Ken mengangguk. Dia sudah berlari lagi meninggalkanku.
Udara disini sejuk cenderung dingin. Meski matahari sudah bersinar dengan terik, namun aku tak bisa menanggalkan sweater merah pemberian almarhum mamah ini.
Ponselku berdering sekali. Lalu mati kembali. Saat kulihat, lagi-lagi dari nama dan nomer yang sama.
Aku tidak tahu, kenapa Dandi cuma missed call saja dari tadi. Kalau memang dia ingin mengatakan sesuatu yang penting padaku, kenapa dia tidak WA atau telepon dan berbicara saja langsung padaku.
Drrrttt...
Klik.
'Pagi, Dam..'
"Pagi, kak.."
Aku menghela nafas. Malah Kak Romeo yang mengajakku video call.
'Lagi dimana, Dam?'
"Di taman bunga, kak.."
Kak Romeo berpindah ke teras depan rumahnya. Duduk dengan satu kaki terangkat dan...
'Aku lagi nyuci motor nih, Dam. Biasalah tadi habis joging dulu..'
"Ohhh..."
Pentingkah dia melaporkan kegiatannya padaku yang jelas bukan siapa-siapanya?
'Dam, kemaren kamu udah balik duluan ya?'
"Iya."
Aku memang sempat melihat Kak Romeo dan teman-temannya yang merupakan pengurus OSIS hadir di pesta ulang tahunnya Niko. Tapi aku berusaha menghindar dan tak bertegur sapa dengan mereka.
'Kok kamu gak nyamperin aku? Sombong banget..'
"Soalnya --- hmmm --- itu ---"
'Kamu cute banget Dam..'
"Terima kasih."
'Btw, besok kamu ada acara?'
"Besok kan aku sekolah, kak."
'Ya tahu, Dam. Maksud aku, abis balik kamu ada acara gak?'
"Paling, aku nemenin Ken belajar di rumah."
'Ohhh...'
"Kenapa, kak?"
'Besok tim futsal sekolah kita kan mau tanding, Dam.'
"Oh ya?"
'Kalo kamu gak keberatan, aku mau ngajakkin kamu nonton.'
Aku masih bisa melihat Ken yang sedang berlari diantara bunga-bunga yang sedang bermekaran indah itu. Anak itu, seolah tenaganya tidak pernah habis
'Aku yang jadi kaptennya, Dam..'
"Ohhh..."
'Oh iya, kamu kan gak suka bola ya..'
KAMU SEDANG MEMBACA
ME
Teen FictionIni adalah ceritaku. Aku yang harus berjuang seorang diri, di dunia yang kata kebanyakkan orang penuh dengan drama, ambisius, pencapaian, pengorbanan, dan air mata. Aku tidak peduli dengan mereka atau siapapun. Karena aku sudah cukup senang dengan d...