14

2.3K 249 9
                                    

"Anak beruang itu dikejar-kejar sama bapak serigala sampai ke tepian danau. Lalu, anak beruang menangis. Dia takut dimakan sama serigala yang jahat...!!"

Aku menahan tawaku saat melihat Ken mengintip dari balik bantal tidurnya yang ia peluk erat sekali.

"Cerita sudah dulu ya. Sekarang kita belajar menghitung dulu."

Aku tidak akan meneruskan ceritaku kalau wajah Ken udah setegang itu. Aku takut ia akan bermimpi buruk nanti malam.

"Kita belajar penjumlahan dulu ya..."

Ken turun dari kasur. Ia membuka tas koperku dan mengambil buku penjumlahan yang rupanya sudah seperti bungkusan kacang itu.

"Ibu punya dua apel." Aku bicara selambat mungkin. "Lalu ayah memberi satu apel lagi pada ibu. Ada berapa jumlah apel ibu sekarang?"

"Ibu sama ayah -- dua sama satu -- ada -- banyak...!!" Wajah Ken sudah kelihatan ceria lagi.

Aku menggeleng pelan. Kali ini aku menggunakan batang krayon sebagai perumpaan apel itu.

"Ibu punya dua apel..." Kuambil dua batang krayon lalu kuletakkan di dekat kakinya Ken. "Lalu ayah, memberi satu apel lagi. Ada berapa sekarang apel ibu?"

Ken menepuk dahi dengan mimik lucu sekali. "Kakak, ini krayon. Bukan apel.."

"Iya, jadi krayon ibu ada berapa sekarang?"

"Kakak Adam gimana sih?! Krayon ini bukan punya ibu. Tapi punya aku...!"

Yahhh, salah lagi deh...

"Ken sekarang mau belajar apa?"

"Berantem!!"

Mataku melotot seketika. "Kok berantem? Itu kan gak baik, Ken.."

"Aku mau jadi jagoan, biar bisa tonjok orang jahat!"

"Ehem...!!"

Aku dan Ken sama-sama menoleh ke arah pintu. Namun seketika itu juga Ken berlari ke belakangku. Dia selalu saja merasa takut kalau melihat Dandi.

"Ada yang nyariin tuh dibawah.."

"Siapa?"

"SURPRISE....!!"

"Teman-teman..?!!" Aku hampir tak percaya dengan apa yang kulihat saat ini. "Kalian...?"

"Gimana kakimu, Dam?"

"Mendingan, Rin."

"Ehhh lo pada jangan berisik ya!" Tukas Dandi.

Begitu ketiga temanku itu masuk, Ken langsung berlari dan menutup pintu kamarku.

"WOII, LO KIRA TUH PINTU PUNYA NENEK MOYANG LO!!"

Ken menjulurkan lidahnya. "Dasar jelek!"

"Ken..."

Ken naik kembali ke atas kasur. Dia membuka buku bergambar, dan membacanya meski tertatih dengan boneka beruangnya.

"Jangan sampai kamu gak ikut mos loh, Dam.."

"Iya, Fi. Palingan juga besok udah baikkan. Sahutku. "Oh ya, kalian kok bisa tahu?"

Ketiga temanku itu cengar-cengir.

"Tahu dong..!" Ira mengerling pada Rina.

"Dari Dandi.." Lutfi terkekeh.

"Kamu mah mulutnya lemes banget, Fi!" Ujar si Ira sambil mencubit tangan Lutfi.

"Dandi? Masa sih?"

"Iya. Dia nyuruh kita buat jengukkin kamu." Jelas Rina. "Terus, masalah kosan kamu gimana?"

METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang