'Gerimis mas, dan saya cuma ada satu jas hujan.'
"Intinya bapak mau nganterin gak?! Kalau enggak ya saya cancel aja!"
'Ya itu sih terserah mas aja, kalau ---'
Klik!
Aku langsung putus sambungan teleponku dengan driver gojek itu. Aku cuma mau kepastian darinya. Lagian diluar juga gerimisnya cuma rintik-rintik. Kecuali kalau sekarang hujan besar, angin ribut, dan petir saling menyambar, mungkin aku juga akan memilih grabcar daripada motor.
"Kesiangan ya..?"
Aku menoleh ke arah suara itu. Ternyata orang itu lagi.
"Iya. Semalam aku gak bisa tidur gara-gara kepikiran mcflurry."
"Emangnya gak beli dulu sebelum kembali ke hotel?"
"Beli sih. Cuman, aku kasihin sama anak kecil."
"Maaf Pak Elwise, apa anda memesan gojek?" seorang staff doorbell menghampiriku dengan sedikit tergesa.
Aku lihat kembali aplikasiku. Ternyata masih driver yang sama. Dia tidak membatalkan orderanku rupanya.
"Aku pergi dulu."
"Semoga sukses ya..!" Dia memberikanku sebuah kata-kata penyemangat.
"Semoga sukses ya, Pak Elwise!" Tukas staff hotel lainnya, mengiringi kepergianku.
"Ohh iya mas, makasih untuk cadbury-nya."
"Ehhmm --- itu ---"
Aku tersenyum melihat sikapnya yang salah tingkah itu. Ternyata orang dewasa sekalipun, bisa gugup karena seseorang yang baru berusia 15 tahun loh!
Langkahku terhenti saat melihat honda beat putih terhenti dekat pintu masuk kendaraan. Sungguh dua obyek yang kini ada di hadapanku itu, membuyarkan semua pikiranku akan tes seleksi masuk yang akan kuhadapi setengah jam lagi.
"Pak Jono ya?"
"Iya. Mas Adam ya?"
Aku pernah baca aturan-aturan yang berlaku bagi setiap driver ojek online. Setiap driver dilarang membawa anggota keluarganya saat sedang menjalankan tugasnya. Karena hal itu bisa saja menyebabkan berkurangnya konsentrasi untuk si driver itu sendiri, dan rasa nyaman dan aman untuk penumpangnya.
"Maaf ya mas, anak saya lagi sakit. Dan di rumah sendirian. Saya takut terjadi apa-apa, mangkanya saya bawa."
Tanganku memanjang. Kupegang dahi bocah perempuan berwajah pucat dan tampak lemah itu.
"Sudah ke dokter, pak?"
"Nanti mas, insya allah. Kalau saya sudah dapet beberapa orderan."
Aku terdiam sejenak. Aku berani bersumpah, tidak mempermasalahkan bapak itu yang membawa anaknya. Aku tahu betul perasaannya sebagai orang tua yang sangat mencemaskan anaknya.
Hanya saja..., anak itu sedang dalam keadaan demam. Dan dibawa kesana-kemari dalam kondisi dingin seperti sekarang ini. Itu bukanlah suatu hal yang baik untuk anak itu.
Tiba-tiba aku merasa swetaerku ditarik-tarik oleh seseorang. Aku menoleh ke samping, dan ternyata bocah laki-laki dengan jas hujan kuning yang kutemui semalam.
Dia tersenyum padaku, lalu membuka tas ranselnya. Aku tidak tahu apa yang sedang dilakukannya. Namun aku sangat terkejut saat dia memberikanku uang dua puluh ribuan.

KAMU SEDANG MEMBACA
ME
Ficção AdolescenteIni adalah ceritaku. Aku yang harus berjuang seorang diri, di dunia yang kata kebanyakkan orang penuh dengan drama, ambisius, pencapaian, pengorbanan, dan air mata. Aku tidak peduli dengan mereka atau siapapun. Karena aku sudah cukup senang dengan d...