25

2.1K 243 26
                                    

Aku menunggu sampai Dandi mau menceritakan semuanya. Namun sepertinya --- sampai dunia kiamat sekalipun --- dia tidak akan pernah mau membuka mulutnya untukku.

Bel pulang berbunyi. Dandi meraih tasnya dan aku terpaksa membiarkan dia pulang dengan seorang diri, karena Kak Romeo sudah menungguku di depan kelas.

"Gue udah beliin lo minuman, snack, sama cokelat."

"Tapi kenapa harus repot-repot, kak?"

"Yang repot itu, saat lo tiba-tiba ngajakkin gue ke pelaminan! Hhaha.."

"Kak Romeo apaan sih. Malu tahu sama yang lain."

"Cabut yuk!"

Kak Romeo itu orangnya sangat hangat dan selalu ceria. Bahkan menurutku dia itu bukan tipe orang yang tahu malu saat di depan siswa lain, menarik-narik tanganku menuju mobilnya.

Padahal kan jelas sekali, kejadian ini sangatlah tidak wajar kalau dilihat sama orang berfikiran normal dan waras.

"Kamu tunggu disini aja ya. Aku mau keluar sebentar."

"Iya."

Sebelum keluar dari mobil, Kak Romeo sempat-sempatnya mengecup sebelah pipiku. Sampai-sampai wajahku merah malu bukan main jadinya.

Tidak ada yang aneh di dalam mobilbya Kak Romeo. Cuma ada tas ransel di jok belakangnya. Sepasang sepatu futsal, botol minum, sweater, dan ya --- beberapa bungkus permen dan puntung rokok yang berserakkan di bagian bawahnya.

Namun saat aku mencoba mengumpulkan bungkusan permen yang berserakkan di dekat kakiku, tanpa sengaja aku malah mendapati sebuah benda yang --- agak sedikit menjijikkan.

Bukan cuma satu, tapi aku menemukan beberapa kondom bekas pakai dan bahkan aku juga masih mendapati ada bekas sperma di dalam kondom tersebut.

Duukk..! Duukk..! Duukk..!

Aku kaget luar biasa saat seseorang menggedor kaca jendela di sisiku. Refleks, kulemparkan kembali kondom bekas itu dan kubuka pintu mobil setelahnya.

"Kak Pra ---"

Belum sempat aku meneruskan kalimatku, Kak Prabu sudah menarikku menjauh dari mobil Kak Romeo.

"Mau ngapain lo?!" Kak Romeo menghadang laju kami berdua dengan beberapa temannya.

"Gue ada perlu sama nih anak."

"Geez..." Kak Romeo tersenyum sinis. "Perlu lo bilang?" Sekarang Kak Romeo sudah berhasil meraih tanganku, dan menariknya pelan. "Sorry, gue udah ada janji duluan sama dia.."

Kak Prabu menarikku kasar. Dia melindungiku dengan tubuh tingginya.

"Gue rasa ada yang perlu digaris bawahi disini." Kak Prabu mulai bicara. "Mulai detik ini, dia adalah calon kuat kandidat yang akan gantiin posisi gue.."

"Lo denger ya --- selama ini OSIS udah berusaha bersikap sabar ngadepin komite. Dan mulai detik ini, OSIS gak akan tunduk lagi dengan lo -- dan anak buah lo yang dungu itu!"

"Santai aja bos ngomongnya!"

Aku tidak tahu, sejak kapan teman-temannya Kak Prabu sudah berdiri di sekitarku. Namun disinilah, firasat burukku mengatakan bahwa akan ada perpecahan diantara dua organisasi paling besar dan berpengaruh di sekolah ini.

"Semua siswa di sekolah ini juga tahu kalo -- apa sih yang udah dihasilin OSIS selama kepempinan lo itu?"

Aku tidak tahu siapa cewek dengan rambut pendek sebahu dan berdagu lancip itu. Tapi yang pasti cewek itu sangat berani mengatakan hal demikian sama Kak Romeo.

METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang