4

3K 270 5
                                    

"Hai..!"

Aku setengah kaget saat tahu-tahu Niko muncul di depanku.

"Sorry ya, tadi agak lama nungguin angkotnya."

"Ohh iya, gak papa. Aku juga baru dateng kok." Terpaksa aku harus berbohong padanya.

"Hmmm, kita muterin kebun raya sekarang..?"

"Boleh aja.." Jawabku masih kaku.

Oke, penampilan Niko saat ini jauh dari kesan remaja. Ini sih rasanya seperti aku lagi jalan berdua sama kakak senior. Mana tinggi tubuhku jomplang banget lagi. Aku jadi makin minder dengannya.

"Tadi kesini naik apa?" Tanya Niko sambil membalik topinya.

"Mmm..." Aku memperhatikan langkah kakinya yang besar-besar. Setiap dia melangkah satu langkah, aku harus melangkah sebanyak dua langkah untuk menyamakan langkahnya. Capek sekali bukan?

"Capek ya? Pelan-pelan ajalah..."

"Siapa bilang capek?! Aku masih semangat kok!" Tukasku sambil berjalan lebih cepat dan mendahuluinya.

Rasanya aneh gak sih, aku dan Niko sama-sama janjian di acara car free minggu pagi ini. Padahal, aku dan dia baru ketemu sekali di sekolah. Dan baru semalam dia tiba-tiba meneleponku, mengajakku ketemuan di depan bank mandiri untuk jalan bareng muterin kebun raya.

Kita berdua kan belum pasti keterima di SMK Global Insani. Lagipula, kalaupun salah satu dari kita berdua tidak keterima, apa mungkin dia masih akan tetap menghubungiku?

"Betewe, lo sering ya tiap pagi keliling kebun raya?"

"Enggak juga. Ini baru pertama kalinya kok."

"Ohhh..."

Kulirik Niko sekilas. Rupanya dia sudah mulai berkeringat, serta nafasnya mulai cepat dan pendek.

"Soalnya pas gue lagi lewat sini, gue kayak ngeliat orang pake sweater kuning gambar pikachu lagi muterin kebun raya, atau kalo enggak lagi lari-lari di sempur."

"Ahahaha, mungkin kamu salah orang. Kan sweater kayak gini murah. Jadi banyak orang yang punya."

"Apa iya ya...?" Niko menggaruk-garuk tengkuknya.

Kita berdua jalan lagi dengan langkah lebih pendek dan tidak terlalu cepat. Banyak orang yang berjalan mendahului kami. Tidak sedikitpula orang-orang yang berjalan dari arah sebaliknya.

Aku lebih banyak diam dan pasif. Sebab aku bingung mau bertanya basa-basi apa sama Niko. Sedangkan kulihat dia, sedikir-dikit melihat pada jam tangannya.

Mungkin dia ada janji dengan orang lain. Dan dia tidak enak akan meninggalkanku sendirian.

Sampai di dekat Tugu Kujang, Niko dan aku memutuskan untuk beristirahat sejenak. Aku sudah memposisikan tubuhku agak menjauh darinya. Tapi sedikit demi sedikit, Niko malah bergeser duduknya mendekatiku.

"Baru jam delapan." Dia bergumam.

"Kenapa, kamu ada teh ada janji ya?"

Dia menatapku dengan dahi mengerenyit. Dan itu malah membuatku tampak seperti orang bodoh.

"Logat kamu barusan lucu banget. Mulai belajar jadi orang sunda ya?"

"Hhehehe, enggak juga sih. Jalan lagi yuk!" Daripada aku makin canggunhmg, lebih baik aku meneruskan berjalan kaki kembali.

"Gak capek?" Niko menahan tanganku tiba-tiba. "Sorry.." Lalu dia melepaskannya lagi.

"Biar sekalian capeknya." Tukasku.

METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang