Aku bingung dengan diriku sendiri saat ini. Seharusnya aku sudah berada di kamar hotel, beristirahat sebentar dan baru sore nanti aku mengambil beberapa barangku yang masih tertinggal di rumah Nenek Enin.
Bukannya malah menemani Ken bermain di kamar tidurnya yang luasnya dua kali kamar kosanku sebelumnya.
Sesuai dugaanku dari awal memang, pasti Kentaro itu berasal dari keluarga kaya. Tidak mungkin anak laki-laki, bermata cokelat jernih besar, berkulit putih bersih, dan berotak cerdas itu berasal dari keluarga yang biasa saja.
Pria itu -- yang dipanggil 'daddy' oleh Ken, sepertinya bukanlah seorang ayah yang kejam dan suka menghukum. Memang, sekilas pria itu terlihat sangat angkuh, dingin, dan agak menakutkan.
Namun aku tak menyangka kalau pria itu amat sayang dan perhatian sekali pada Ken.
Menggendong Ken mulai dari mobil hingga menuju kamar tidur. Lalu membuatkan milkshake untuk Ken dan juga untukku, yang rasanya memang sangat enak, dan -- aku tahu bahwa bukan pria itulah pelakunya.
Kalau aku memiliki lima belas boneka teddy, penguin, dan kura-kura. Ternyata boneka yang dimiliki Ken jumlahnya lebih banyak dari yang kubayangkan. Bahkan Ken bisa tenggelam dan bersembunyi diantara ratusan bonekanya itu!
Saat aku sedang duduk menonton discovery channel, dan Ken sedang sibuk membongkar lemari bajunya -- sesosok wanita yang tidak terlalu tua muncul di muka pintu kamar Ken. Wanita itu beraut wajah aneh. Gerak-geriknya pun mencurigakan. Dia sempat melemparkan seulas senyum sambil mengangguk padaku, sebelum menutup pintu kamar Ken rapat-rapat.
Kualihkan pandanganku pada Ken. Anak itu sudah telanjang sekarang. Ken tersenyum padaku sambil meraih seember mainan plastiknya, kemudian ia masuk ke dalam kamar mandi.
"Bisa mandi sendiri, Ken?"
"Bisa, kakak..." Ken menjawab sambil menyembulkan kepalanya.
Suara shower terdengar. Diiringi dengan suara celotehan riangnya. Aku tidak tahu apakan Ken sedang mengatakan sesuatu ataukah sedang bernyanyi. Tapi yang pasti, ia kelihatan sangat senang sekali hari ini.
"BANGSAT KAMU!!"
PYAAARRR...!!
Mataku terbelalak seketika. Suara barusan itu, terdengar begitu keras dan bergema. Suara yang berasal dari lantai bawah. Dan sepertinya suara itu adalah milik pria itu.
Aku masih terus mendengar suara itu. Suara yang semakin gaduh, hingga membuat jantungku seolah berhenti berdetak.
Aku mendekati pintu. Kubuka sedikit agar telingaku bisa mendengar dengan jelas apa yang sebenarnya sedang terjadi di bawah.
"PENJARAKAN DIA SEUMUR HIDUP!! BIARKAN DIA MATI MEMBUSUK DI DALAM SANA!!"
Dahiku mengerenyit. Aku masih tidak paham apa yang dikatakan oleh pria itu. Tapi suara setelahnya yang terdengar adalah, suara rintihan dan isak tangis dari seorang wanita.
"Ampun Tuan -- Nyonya --- saya khilaf. Den Kentaro memang mau memanjat pagar, mangkanya saya larang..."
"KAU YANG TELAH MELAKUKAN ITU PADA ANAKKU!! BAWA DIA KELUAR SEKARANG JUGA..!!"
"Tuan -- Nyonya, anak saya masih kecil-kecil di kampung. Bagaimana nasib mereka nanti..."
KAMU SEDANG MEMBACA
ME
Teen FictionIni adalah ceritaku. Aku yang harus berjuang seorang diri, di dunia yang kata kebanyakkan orang penuh dengan drama, ambisius, pencapaian, pengorbanan, dan air mata. Aku tidak peduli dengan mereka atau siapapun. Karena aku sudah cukup senang dengan d...