"Pagi, nek.."
"Sudah bangun, nak?" Nenek Enin sepertinya agak terkejut denganku. "Masih pagi. Tidur saja sana. Masih dingin."
"Aku mau jalan-jalan dulu sekitar sini, nek."
"Nenek buatkan susu dulu. Kamu coba bangunin si Dandi. Ajak dia juga."
"Tidak usah repot-repot, nek."
"Sudah sana, bangunkan Dandi."
Dengan langkah setengah terpaksa -- sejujurnya, aku kembali ke lantai atas. Membangunkan singa jantan itu, sebenarnya adalah ide yang sangat buruk menurutku. Tapi aku tak bisa menolak permintaan Nenek Enin.
Tok-Tok...
Aku mengetuk pintu kamar Dandi sampai beberapa kali. Namun tidak ada jawaban juga. Sampai...
"Mau ngapain lo?!" Suara itu muncul dari belakangku.
Saat aku menoleh, kudapati Dandi yang sedang berdiri dengan wajah awut-awutan dan cuma mengenakan celana boksernya saja.
"Aku diminta sama nenek untuk bangunin kamu."
Dandi menguap lebar. Ia menggaruk kepala dengan satu tangannya. Hidungku dengan jelas sekali bisa merasakan sebuah aroma darinya. Aroma yang sangat aneh dan nano-nano baunya.
"Gue mau tidur lagi. Sialan banget, semaleman gue main game kalah mulu. Kan taik!"
BRAKKK...!!
Dia melewatiku, masuk ke dalam kamarnya, dan membanting pintu kamarnya.
"DANDI...!! BANGUN KAMU!! PASTI GAK SOLAT SUBUH LAGI NIH ANAK!!"
"Solat KOK...!! KEMAREN...!!"
Aku beralih ke kamarku, yang berada persis di sebelah kamar Dandi. Yang aku takutkan, lengkingan Nenek Enin dan Dandi barusan akan membangunkan Ken. Tapi ternyata perkiraanku salah. Ken masih tertidur pulas di bawah selimut sambil memeluk boneka teddy kesayangannya.
"Kemana lagi anak itu?" Nenek Enin muncul.
"Masuk ke kemarnya, nek.."
"Dandi, kalau kamu selalu bergadang main game, biar Nenek bakar semua gadget kamu itu!"
Hanya butuh waktu hitungan detik, pintu kamar Dandi terbuka kembali.
"Iya-iya, aku solat nih!"
"Solat apaan, matahari sudah tinggi gitu?!"
Aku dan Nenek Enin masih diam di muka pintu kamar Dandi. Dia rupanya habis mengambil wudhu, lalu memakai kaos tanpa lengan, kemudian sarung, dan --- aku menghela nafas.
Apa yang salah sebenarnya dengan orang itu?
"Lihat saja kelakuannya itu, Nak Adam. Solat kok pakai kaos singlet bekas tidur! Lecek. Bau lagi."
Hebat sekali. Dandi menyelesaikan dua rakaat subuhnya tak lebih dari satu menit saja!
"Ini masih baru, nek! Cuma dipake kemaren sebentar doang kok..!"
"Sekarang kamu ikut sama Adam jalan-jalan pagi sana.."
"Ogah ah. Ngantuk."
"Dandi!"
"Nenek kenapa sih egois banget?!"
"Jalan pagi itu bagus buat kesehatan, Dandi!"
Dandi sudah tengkurap lagi diatas kasurnya.
"Baik kalau begitu, Nenek ambil kunci motor dan mobilmu.."
"Yailah...!!!" Dandi melompat dari kasurnya. "Gara-gara lo, sialan!" Dia memaki padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME
Teen FictionIni adalah ceritaku. Aku yang harus berjuang seorang diri, di dunia yang kata kebanyakkan orang penuh dengan drama, ambisius, pencapaian, pengorbanan, dan air mata. Aku tidak peduli dengan mereka atau siapapun. Karena aku sudah cukup senang dengan d...