27

2.1K 236 16
                                    

Setengah jam yang lalu aku memang baru minum obat. Jumlah dan macamnya ada 7 jenis. Aku sama sekali tidak hiperbola. Tapi memang dokter tua itu memberiku banyak sekali jenis obat. Katanya sebagai antibiotik, obat darah rendah, pusing, mual, dehidrasi, dan entah apalah itu.

Efek yang timbul tiap kali sehabis meminum obat itu adalah aku jadi ngantuk berat. Seperti yang kualami sekarang ini.

Aku sudah benar-benar hampir terlelap, namun tiba-tiba saja aku merasa seperti ada yang aneh dengan kepalaku.

Aku ingin membuka mata, namun rasanya mataku ini berat sekali.

Kumiringkan tubuhku. Namun rasa aneh itu makin jelas terasa. Seseorang sedang membelai kepalaku!

Mungkinkah orang itu adalah mamah...? Atau papah...?

Meskipun ini cuma mimpi, tapi rasanya...

Kini rasa aneh itu berpindah ke bagian lain. Bagian itu adalah bibirku!!

Seketika kubuka mataku. Dan aku kaget luar biasa saat tahu, siapa orang yang sedang mencium bibirku sambil melumuri dengan liurnya.

Mata orang itu masih tetap terpejam. Mungkin dia terlalu menikmati apa yang sedang dilakukannya.

Lain halnya dengan diriku...

Aku...

Aku...

Aku sungguh menikmatinya...

Kuberikan celah pada bibirku sedikit, agar lidahnya bisa masuk membawa liurnya ke dalam mulutku.

Aku ingin menyudahi ini. Namun hati kecilku menolak. Aku terlalu pasrah dan menikmatinya.

Sampai kemudian...

"BAJINGAN KAU, JOANSYAH...!!"

Kutarik selimutku dengan mata memelotot. Aku baru tahu kalau orang yang baru saja melakukan hal itu padaku adalah -- Om Joansyah.

"KAU TAHU KALAU DIA SEDANG SAKIT KAN?!"

"Cukup, Pak Jonathan. Tahan emosi anda. Ini rumah sakit."

Kalau saja Pak Tara tidak ada, mungkin Om Jonathan sudah menghajar saudara kembarnya itu.

"Jonathan, Kentaro disembunyikan oleh wanita itu..."

Kali ini mataku makin terbelalak mendengarnya. Rasanya jantungku juga seperti mau mencuat keluar mendengarnya.

"Kentaro diculik, om?! Bagaimana bisa?!"

"Diculik? Ohhh, kali ini apalagi yang sedang kau rencanakan hah?!"

"Demi tuhan, Jonathan!! Aku tidak berbohong! Dia akan membebaskan Ken kalau aku ---" Om Joansyah terdiam. "Kalau aku ---"

Om Jonathan meraih kerah jaket Om Joansyah. Lalu dia memberikan sebuah bogeman mentah kepada saudara kembarnya itu.

Kini aku baru menyadari meski keduanya terlihat seperti pinang dibelah dua, namun tetap saja ada satu hal yang membedakan keduanya.

Dan hal yang membedakan itu, pastilah berasal dari kaki palsu yang dipakai Om Jonathan untuk menggantikan kaki kanannya.

"Darimana kau tahu kalau Adam dirawat di rumah sakit ini, huh?!"

"Dari ---"

"Aku yang memberitahunya, om."

"Kenapa kamu memberitahunya, Adam?!" Om Jonathan malah memelotot padaku.

"Aku pikir supaya Ken bisa datang dan menemaniku disini.."

"Wanita itu juga menjebakku, Jonathan! Aku sudah melakukan semuanya, tapi sekarang dia sudah mengambil alih semua harta dan aset milikmu!"

"Apa maksudmu, keparat?!"

METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang