39

1.8K 201 9
                                    

"I tried to laugh it off awkwardly
But I pity myself."
- Dont know what to do

"Yeoboseo?"

"Yeoboseo,"

"Siapa ini?"

Gadis itu menelan salivanya hingga tenggorokannya kering. Ia tau apa yang harusnya ia lakukan. Tapi entah mengapa semuanya berat. Bahkan smartphone keluaran terbaru yang tipis ini serasa seperti lemari yang menempel di telinganya.

"A-aku.. aku ganti nomor, ini nomor baruku." Ucapnya gugup. Berdoa semoga orang di sebrang sana mengenalinya, jadi ia tidak perlu memperkenalkan dirinya.

Jedaan panjang terjadi selama beberapa detik. Gadis ini ragu akan melanjutkan percakapan ini atau tidak. Apa yang sedang dipikirkan orang di seberang sana? Apakah ia merasakan hal yang sama?

"Ah.. annyeonghaseo."

Yeoja bertubuh tinggi itu langsung menghembuskan nafas lega. Setelah hampir 1 bulan tidak bertegur sapa, tidak ada yang berubah dari namja ini. Kehangatan suaranya masih sama seperti dulu.

"Hai? Em.."

"Mwoe? Apa ada perlu sesuatu?"

"Ketemu? Ah bukan, iya maksudku iya, em.. apa ada waktu ko--"

"Kamu pengen ketemuan sama aku?"

Sedetik kemudian terdengar tawaan renyah di ujung sana. Tawa yang sangat ia rindukan satu bulan ini. Ia harap setelah ini, ia bisa menjadi sebab dari tawa itu lagi. Mendengar tawanya saja sudah menarik sudut kecil bibirnya.

"Kenapa gugup banget? Ahahahaha! Oke, aku jemput jam berapa?"

"Jemput? Eh, gausah! Aku.. aku naik uber. Kita ketemu--"

"Ngomong apa kamu ini? Aku jemput jam 7 ya?"

"Iya, eh! Andwe! Gausah! Beneran gausah! Aku bisa berangka--"

"See u soon, lalisa!"

🌊🌊🌊

Saat ini ia sudah berada di depan rumah yeoja yang ia tunggu sekitar 2 menit yang lalu. Entah mengapa perasaan gugup mengitari dirinya. Jarinya terus menerus mengetuk ngetuk kemudi di depannya. Apa yang harus ia katakan nanti?

Beberapa detik kemudian orang itu keluar dari rumahnya. Ia mengenakan jeans hitam dan sweater berwarna putih. Tak lupa dengan coat coklat tebal yang melindunginya dari hujan salju akhir akhir ini.

Saat ini ia sudah menutup pintu mobil dan merapikan bajunya. Mereka berdua sama sama tersenyum canggung melihat satu sama lain. "Kemana kita?" Tanya sang pengemudi dengan wajah berseri seakan tidak terjadi apapun.

Lisa menelan ludahnya lagi dan lagi. Kenapa donghyuk seperti ini? Kenapa senyum itu masih setia bertengger di wajahnya? Apa ia benar benar sudah melupakan semua yang terjadi satu bulan ini?

"Hei!"

Lisa terkejut ketika tangan donghyuk berada di depan wajahnya. Ia sangat malu karena terciduk melamun sambil menatap wajah donghyuk. Lisa hanya mengucek ucek matanya sambil meminta maaf.

Ingin tau apa yang seorang kim donghyuk rasakan? Tentu saja sama yang seperti lisa rasakan. Gugup, canggung, bingung, senang, sedih, ia bahkan sampai lupa rasanya menganalisis apa yang ia rasakan. Ia hanya ingin lisa melihatnya tersenyum.

Kill This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang