21. Cerita Devon

30 1 0
                                    

Gue, Devon, dan Pak Gondrong sudah berada didalam mobil. Devon menurunkan Pak Gondrong kesekolah.

Devon menoleh ke belakang, ke tempat duduk gue.
"Sha, balik sama gue, ya? Nanggung kan, lo udah didalem mobil juga," ujarnya.

Gue terdiam sejenak. Gue mengecek handphone. Tidak ada notifikasi apapun dari Reyhan. Ia tidak mencari gue sama sekali.

"Yaudah."

Mobil sedan bernomor polisi B 4516 DV itu pun melaju mengarah kerumah gue.

"Duduknya depan, dong. Emangnya gue supir apa," ujar Devon ditengah perjalanan.

Gue terkekeh. Lantas pindah secara perlahan kedepan.

"Oya, congrats yaa, penyanyi hebat gue yang berhasil jadi juara dua," ucap Devon.

"Bisa aja lo. Gue berterimakasih udah disemangatin sama lo, dibantuin sama lo. Kalo bukan karena lo, mungkin gue bakal keringet dingin diatas panggung," balas gue.

"Congrats juga karena lo main musik handal banget sampe bikin kita jadi juara," tambah gue.

Kami saling melempar senyum.

"Dev, gue mau nanya dong."

Devon menaikkan satu alisnya sambil tetap fokus menyetir.

"Si Nalendra Farizal itu siapa lo?"

Devon menelan ludah.
"Haruskah menceritakan semuanya?"
Batinnya.

"Kayaknya kalian bukan temen baik," ujar gue menyelidiki.

"Ya," ujar Devon singkat.

"Boleh diceritain gak?" gue semakin penasaran.

Devon menghirup nafas panjang-panjang, barulah ia memulai ceritanya.

"Jadi, gue sama Fariz itu dulu satu sekolah. Di SMA gue yang sebelumnya, di SMA Pelita."

Gue manggut manggut dan mendengarkan.

"Lo tau kan, gue demen berantem?"

Gue mengangguk.

"Disekolah gue yang lama, kerjaan gue ribut. Dia juga tukang ribut. Jadi kita sering berantem. Selalu aja ada hal yang bikin berantem."

Dia menarik nafas lagi hendak melanjutkan cerita.

"Eh, berenti dulu deh, biar gue bisa fokus nyeritain," kata Devon.

Gue pun menuruti. Lagipula, ini masih pukul 4 sore. Mama gak akan mencari.

Devon pun mencari jalanan yang sepi dan menepikan mobilnya. Ia pun mulai melanjutkan cerita.

"Fariz tuh selalu nyulut api. Dan, karena gue juga emosian. Kita berantem-berantem-berantem terus terusan. Gebuk-gebukan gak cuma diluar sekolah, kita terang terangan disekolah. Akhirnya, gue sama dia disuruh pindah sekolah atau gak kita diancam DO sama kepala sekolah."

"Ooh, makanya lo pindah kesekolah gue," gue memberikan kesimpulan.

"Terus Fariz pindah kesekolah tadi?"

Devon mengangguk.

Gue pun mulai mengerti.

Devon mulai menyetir kembali mobilnya kearah rumah gue.

Selang beberapa menit, mobil Devon tiba didepan Jalan Flamboyan.

Gue bersiap ingin turun sampai gue menyadari kalo didepan rumah gue terparkir mobil Reyhan.

Shock bukan main.

"Lah, Reyhan?" gue bertanya keheranan.

Devon mengernyitkan dahi.

Antara Mantan dan PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang