34. Halte

28 1 0
                                    

Sudah seminggu lamanya gue dan Reyhan resmi menyandang status pacaran. Setiap hari diantar jemput dan sering sarapan bersama dirumah. Dan sudah seminggu lamanya juga Devon menjaga jarak dengan gue. Sakit? Tentu. Entah kenapa gue masih menaruh hati pada Devon walaupun saat ini gue sedang berusaha kubur dan menggantikannya dengan Reyhan. Oya, sudah seminggu ini juga Fariz mengirimkan pesan namun gue terlalu malas memikirkannya.

Hari ini, hari Kamis. Reyhan izin ada rapat OSIS berhubung akan diadakannya acara ulangtahun sekolah. Gue pun memilih pulang sendiri.

"Reysha sha sha," panggil Viana. Entah kesambet apa anak ini

"Apa?"

"Langsung balik lo?" tanya Viana.

"Iya."

"Mana Reyhan belum kekelas?"

"Gue sendiri pulangnya."

"Lah? Berantem lo?"

"Engga, Vi. Dia ada rapat OSIS. Oya, mana Adam?"

"Udah diparkiran."

Gue dan Viana pun berjalan ke parkiran. Sarah sudah pulang. Begitu juga Mya dan Aretha.

"Gue ke halte, ya, Vi," pamit gue.

"Gak mau bareng aja nih?"

"Udah cukup gue jadi nyamuk dari lama. Sekarang sendiri aja gue."

"Yaudah, hati-hati!"

Gue pun berjalan kearah gerbang. Sepertinya menunggu angkutan umum bukan hal yang sulit, kan? Entah apa yang ada dibenak gue padahal kan gue bisa aja menggunakan ojek online.

Gue berjalan dan duduk di halte. Bis atau angkot akan gue naiki asalkan rutenya melewati rumah gue.

Suara klakson mobil Kak Adam terdengar. Viana membuka kaca, "tumben gak naik ojek online. Hati-hati, Reysha!". Mobil Kak Adam pun melaju pergi.

Lima menit. Tujuh menit. Sepuluh menit. Dua belas menit.

Tin.

Suara klakson motor mendekat kearah halte.

"Reysha," panggil pengemudi motor itu yang sekarang berada didepan gue.

Gue menoleh, "ngapain lo disini?"

"Gue baru aja mau ke sekolah lo. Mau nanya ke lo kenapa line gue gak pernah dijawab. Eh, ketemu orangnya disini," ujarnya.

Fariz. Orang yang berhari-hari mengirimkan pesan tapi gak pernah gue bales.

"Pesan lo di line gak guna. Makanya gak gue jawab."

"Dih, gue nanyain kabar lo. Gue pikir lo kenapa-kenapa. Bales line gue besok-besok."

"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue."

"Oya, ngapain lo disini? Mana pangeran lo?"

"Pangeran apaan, sih."

"Mana Devon? Tumben gue gak ngeliat dia disekitar lo. Dia kan pacar lo yang selalu ngintilin lo."

"Dia bukan pacar gue."

"Good, then. Yuk, pulang bareng gue."

"Gak. Gue mau nunggu angkot."

"Cewe secantik lo gak cocok naik angkot. Ayo, sama gue!"

"Gak."

Fariz menyentuh lengan gue. Menggenggamnya. Ia menarik gue supaya duduk dijok belakangnya.

"Gak mau! Gue mau sendiri!"

"Reysha, gue gak jahat, kok."

"Gue gak kenal lo!"

Antara Mantan dan PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang