9. Penjelasan Reyhan

107 6 0
                                    

Diparkiran sudah ada Reyhan yang nunggu di samping mobilnya. Sesekali ia melirik jam tangannya. Sudah 10 menit lebih dia menunggu.

"Kak," gue menghampirinya dengan nafas yang tidak teratur.

"Lama banget sih, kamu," ujarnya.

"Sorry, tadi ngobrol sama Viana dan Kak Adam dijalan," balas gue.

Reyhan segera membukakan pintu mobil untuk gue. Setelah itu dia masuk dan menyalakan mobilnya. Mobil Reyhan pun melaju keluar sekolah.

"Aku mau cerita, Sha," katanya tiba tiba saat dia sedang menyetir mobil.

"Hmm?" gue menggumam.

"Kamu mau denger kan?" tanyanya.

"Iya," gue menjawab seraya menganggukan kepala.

"Aku berantem sama Devon bukan karena apa apa, kok," dia membuka topik.

"Ya, tau kok," jawab gue singkat.

"Kamu kok gak bilang kalo kamu dipeluk Devon tadi pagi sih, ke aku?" dia bertanya.

"Tau gak kenapa? Karena dengan aku ngasih tau pun gak ada untungnya. Justru Kak Rey malah kesel sama Devon. Dan bener aja, kan," jawab gue.

"Oya, kok Kak Rey bisa tau ya? Siapa yang ngasih tau?" selidik gue.

"Gosip di sekolah tuh tersebarnya cepet, Sha. Aku denger dari anak anak fans Devon yang ngomongin kalo dia abis meluk kamu," jawabnya.

"Ooh."

"Sha," panggilnya.

"Apa?" gue menoleh ke wajahnya yang sedang menyetir. Gue menatapnya lekat lekat. Gue baru sadar kalo ada memar di wajah Reyhan walaupun gak sebanyak luka Devon. Tandanya, Devon tidak sampai hati memukuli Reyhan sedangkan Reyhan termakan nafsunya untuk memukuli Devon. Disitu gue paham kalo Reyhan gak suka dengan kehadiran Devon.

"Aku mau lanjutin nih, ceritanya," kata dia.

"Silahkan."

"Kok kamu kayak gak tertarik gitu, sih. Padahal ini kan ada nama kamu juga didalamnya."

"Tau darimana kalo aku gak tertarik?"

"Muka."

"Kak Rey aja lagi nyetir gimana bisa liat muka aku."

Dia langsung meminggirkan mobilnya dan menoleh ke gue. Melihat muka gue dengan lekat lekat.

"Nih, buktinya."

Gue hanya tertawa kecil akan tingkah lakunya. Dia pun melanjutkan perjalanan.

"Kak," gantian gue yang memanggil dia.

"Eh tunggu deh, kok kamu sekarang manggil aku kak? Biasanya juga manggilnya Rey atau Reyhan gitu."

"Pengen aja. Kan Kak Reyhan kakak kelas. Gapapa dong kalo aku mau manggil kak. Menghormati, kan bagus," jawab gue.

"Gak gitu juga kali. Kita kan udah deket beberapa bulan ini," balasnya.

"Yang menurut kakak deket kan gak menutup kemungkinan kalo menurut orang lain jauh," gue mengatakan hal tersebut. Mungkin agak tajam.

"Jadi maksud kamu, kamu ngerasa belum deket sama aku gitu?" tanyanya lagi.

"Gak gitu," jawab gue.

"Ah, udahlah lupain aja. Makin panjang nanti," ujar gue mengakhiri topik ngalor ngidul itu.

"Oya, boleh nanya gak?"

"Tanya apa?" kata Reyhan.

"Kok memar sama luka Kak Rey lebih dikit dari yang ada di mukanya Devon?" tanya gue.

"Kok kamu bisa tau kalo luka aku sama luka nya Devon lebih banyakan dia?" dia balik menyelidiki.

"Ya, tadi aku liat dia abis balik dari ruang BK. Tau gak, hidung dia juga sampe berdarah," ujar gue meyakinkan Reyhan.

"Salah dia," balas Reyhan.

"Kok, salah dia?" gue balik bertanya.

"Kok kamu belain dia?"

Ah,susahnya gue untuk menyadarkan Reyhan kalo apa yang dia perbuat itu salah. Emosinya sedang sulit dikendalikan gue rasa.

"Ah, udah cukup. Capek. Dari tadi aku kayak gini buat nyadarin Kak Rey tentang perbuatan Kak Rey. Semua perbuatan yang hari ini kakak perbuat itu salah. Coba dipikir ulang, deh. Aku tau kok aslinya maksud kakak ngelakuin ini semua, ya buat kebaikan aku. Mau ngelindungin aku, kan? Sebelumnya aku mau ucapin makasih dulu karena niat kakak itu untuk ngelindungin aku. Iya, aku tau, kok, Devon dulu nyakitin aku. Tapi, setelah dia ngasih penjelasan ke aku tadi dan dia berjanji kalo dia bakal perbaikin satu persatu tentang semua kesalahannya, aku yakin dia bisa. Aku yakin dia emang beneran niat dari dalam hatinya. Kasih dia kesempatan kedua, kak. Aku menerima dia untuk jadi temen aku, kok. Dengan dia memeluk aku tadi pagi itu dia gak nyakitin aku. Terus tadi aku liat muka kakak. Emang memar dan ada luka gores. Tapi coba deh, inget-inget muka Devon yang kakak gebukin tadi. Dia jauh lebih disakitin sama kakak, loh. Kakak gak kasian apa sama dia? Dia sampe mimisan. Dia aja ngegebukin kakak gak separah kakak ngegebukin dia. Dia masih punya hati. Oya, dan yang terakhir. Yang aku tau selama ini Kak Reyhan gak pernah masuk ruang BK karena suatu kesalahan. Tapi sekarang nama kakak sebagai ketua OSIS udah tercoreng, kan? Sekarang kalo udah tercoreng kakak bisa apa? Memperbaikinya lagi? Semua hal yang pernah kita rusak jika diperbaiki sebagus apapun gak akan sama hasilnya.  Satu kesalahan kakak menghapus semua kebaikan kakak, loh. Emosi kakak lagi liar banget sekarang. Coba perbaikin dulu. Mungkin kakak butuh waktu buat merenungkan ini semua. Aku bisa kasih kebebasan sama kakak, kok. Lagian kita kan gak ada hubungan apa apa. Kita gak perlu ketemu dulu aja selama seminggu. Silahkan kakak pikir-pikir lagi tentang semua perbuatan kakak," gue berbicara panjang lebar tanpa henti.

Dia segera menepikan mobilnya kembali.

"Udah selesai nasihatinnya?"

Gue mengangguk.

"Makasih ya, Sha. Aku bakal pikir- pikir lagi kesalahanku. Mungkin kamu bener. Makasih udah kasih aku waktu untuk berpikir bebas. Aku bakal manfaatin waktu itu dengan benar. Tapi, selama aku gak antar jemput kamu atau gak chat sama kamu, please jangan chat sama Devon," pinta Reyhan.

"Kan, Devon lagi Devon lagi. Kita cuma temen, loh. Gak lebih dari itu. Aku pernah tau rasanya jadi pacar dia selama 7 bulan lebih dan aku rasa itu cukup. Jadi, menurutku gak ada masalah kalo kita berdua chat. Oke?" balas gue.

Reyhan hanya diam dan menghela napasnya. Dia tampak gusar. Dia melajukan mobilnya lagi.

"Makasih ya, kak. Jangan lupa pikirin baik baik selama seminggu ini tentang apa apa yang telah kakak lakuin," ucap gue.

Reyhan tersenyum seperti senyum yang dipaksakan.

Sebelum turun, gue meminjam handphone Reyhan. Gue diam-diam dengan sengaja memblock contact line dan instagram serta menghapus nomer handphone gue dari handphonenya. Gue sengaja melakukan itu untuk membuatnya serius berpikir selama seminggu ini.

"Minggu depan, hari kamis, kita ketemuan abis pulang sekolah di parkiran," ujarnya.

Gue hanya mengangguk.

Gue pun keluar dari mobil Reyhan. Setelah mobilnya tidak terlihat lagi, gue masuk kedalam rumah.

***
Kalo kalian dukung Reyhan atau Reysha??

INGET!! VOTE SAMA COMMENTNYAA YAYAYAYYA

Antara Mantan dan PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang