22. Mantan

25 1 0
                                    

Senin, waktunya upacara.

Gue berangkat sendiri karena Devon tidak mengajak barengan. Sedangkan, Reyhan bilang ia lagi banyak pikiran OSIS makanya ia tidak bisa mengantar gue kesekolah.

Sesampainya di gerbang sekolah, bunyi klakson motor milik Devon terdengar dari belakang gue.

"Woy, lo naik uber kesekolah?" tanya Devon diatas mogenya.

Gue mengangguk.

"Mana Reyhan? Katanya mau jagain lo? Kenapa gak jemput?"

Devon menginterogasi gue seakan - akan dia adalah polisi.

"Bawel, dia lagi sibuk. Gak usah ngurusin hidup gue," ujar gue ketus. Gue meninggalkan Devon ke kelas sementara ia harus memarkirkan motornya terlebih dahulu.

Sedang duduk anteng dikelas menunggu bel berbunyi dan instruksi guru untuk upacara, manusia setengah bule itu datang dengan kancing baju atas terbuka.

"Lo mau sekolah atau mau berantem, sih? Baju lo tuh, benerin!" gue berkata agak keras.

"Dih, apa urusannya sama lo? Gak usah ngurusin hidup gue!" dia membalikkan perkataan gue tadi pagi di gerbang.

Gue terdiam. Devon pun duduk dibelakang gue, ditempat duduk yang seharusnya.

**
Bel istirahat, gue, Viana, Mya, Aretha berjalan keluar kelas. Sarah sudah menunggu didepan kelas gue. Kami beriringan berjalan ke kantin.

Di kantin, terlihat Reyhan yang lagi-lagi dikelilingi banyak cewe-cewe, temannya sesama OSIS.

Setelah membeli makanan, gue dan teman-teman gue menempati salah satu meja kantin yang kosong.

Ketika sedang menikmati makanan, Devon datang dengan keringat bercucuran. Ia duduk persis disebelah gue.

"Bagi minum, dong. Aus," mintanya.

Ia segera mengambil milkshake oreo milik gue yang belum sempat gue teguk.

"Dateng dateng rusuh," kata gue.

Ia tidak memedulikan kata-kata gue.

"Dev, bau, abis basket lo, ya?" kata Mya seraya menutup hidungnya.

"Ye, sini lo gue ketekin," balas Devon seraya mengangkat keteknya mengarah ke Mya yang ada didepannya.

"Sha, balik sama gue, ya!" ujar Devon, lalu ia beranjak pergi membeli sebotol air mineral dan meninggalkan kantin.

"Heran gue sama sikapnya," kata gue kepada teman-teman gue.

"Mau balikan kali dia sama lo," celetuk Aretha.

"Ngawur, Reyhan apa kabar tuh," timpal Sarah.

"Anjay direbutin dua cowo," timpal Mya.

Viana hanya tertawa melihat gue ditimpa ledekan Reyhan dan Devon.

"Kalo gue sih, milih Devon," seru Aretha.

"Gue sih milih Reyhan," balas Sarah dan Mya.

"Gue milih yang terbaik buat lo, deh," ujar Viana.

"Halah, cuih," gue berkata sambil tertawa kearah Viana.

"Kayak pada nembak gue aja," tambah gue diiringi ketawa garing.

"Ye, belum, lah. Pendekatan dulu dilancarin, baru jedor," kata Mya.

"Lama emang," timpal Sarah.

"Cupu tuh pada," ejek Aretha.

"Hadeh, pusing gue sama kalian," gue menutup perbincangan tentang cowo cowo itu.

Kami pun beranjak keatas. Ketika melewati meja Reyhan, ia sempat melirik kearah gue, lalu kembali fokus dengan teman-teman disekelilingnya, Kak Azalea, Kak Vivi, Kak Gabriel, Kak Amira, dan dua teman laki-lakinya, Kak Arvel dan Kak Rama.

Harus gue akui, gue kurang begitu mengenal dan akrab dengan teman-teman OSIS nya, itu karena saat semester 1, gue pernah mengikuti pemilihan calon anggota OSIS. Gue udah sampai tahap terakhir, tahap ketiga. Dan gue orang terakhir yang ditolak menjadi calon anggota OSIS. Dari situlah mulai kedekatan gue dengan Reyhan. Dari situ juga ketegangan antara gue dan anak OSIS lainnya. Anggota OSIS yang akrab dengan gue dapat dihitung jari, hanya Kak Arvel, Kak Rama, dan Kak Amira. Sisanya, mereka seperti terlihat kurang suka dengan gue, bocah tengil yang dekat dengan ketua OSIS. Lagipula, gue pernah mendengar rumor bahwa Kak Azalea adalah mantan pacar Reyhan. Jadi mungkin teman - teman Reyhan lebih setuju Reyhan dengan Kak Azalea dibanding sama gue. Entahlah.

**
"Sha, ayo balik."
Devon menarik tangan gue.

"Kata lo si Reyhan lagi sibuk, kan? Dia gak bisa anter lo kerumah berarti. Lo jangan pulang sendiri. Selama ada gue yang bisa anterin lo pulang, lo sama gue aja, ya."

Belum sempat gue berbicara sepatah katapun, Devon menarik lengan gue dan membawa gue ke parkiran. Ia memakaikan gue helm.

Beberapa menit kemudian, gue sampai didepan rumah. Setelah turun, gue mengucapkan terimakasih kepada mantan gue itu.

"Thanks, Dev. Hati-hati dijalan."

"Sha," panggil Devon seraya membuka kaca helmnya.

"Besok kalo Reyhan gabisa anter jemput, lo sama gue aja."

Belum sempat gue menjawab, dia segera menutup helmnya dan pergi.

Gue mendengus kesal dan membatin, "Dasar aneh!"

Malamnya, Reyhan mengirimkan pesan line.
Reyhan: sha

Reyhan: sorry baru chat, gue baru balik

Gue membalas dengan singkat.
Reysha: yaa

Reyhan: lo balik sama siapa tadi?

Reysha: Devon

Reyhan: kenapa gak naik uber? Biasanya naik uber

Reysha: dia mau anter

Reyhan: langsung balik atau ngeluyur berdua tuh?

Reysha: bacot lo

Reyhan: kok lo jadi begini sih?

Reysha: begini apanya?

Reyhan: beda semenjak ada devon

Reyhan: lo suka lagi sama dia?

Gue berdecak, terdiam. Apa - apaan maksud Reyhan ini.

Reysha: engga lah, dia temen gue sekarang

Reyhan: alasan

Reyhan: gausah lo deket deket sama devon

Reysha: lah? Lo siapa ngatur gue

Reyhan tidak membalas lagi pesan line gue.

Antara Mantan dan PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang