19. Setelah seminggu lamanya

20 1 0
                                    

Hari demi hari berlalu. Seminggu penuh telah dilewati gue tanpa kehadiran ketua OSIS, pujaan hati.

Hari ini, kamis, gue sudah menyiapkan diri untuk bertemu Reyhan.

Gue mengikuti pelajaran hari ini dengan baik hingga bel pulang sekolah berbunyi.

Gue berjalan menuju parkiran, kearah mobil Reyhan. Disana belum tampak batang hidung ketua OSIS tersebut.

5 menit, 10 menit, gue menunggu hingga kaki terasa pegal. Sesekali berjongkok dan mendengus.
"Kemana sih," batin gue dalam hati.

Gue gak bisa menghubungi Reyhan karena aksesnya telah diblokir tepat seminggu yang lalu.

Sedangkan, untuk memutari gedung sekolah mencari Reyhan rasanya sangat malas. Gue pun menghabiskan waktunya berdiri didepan mobil Reyhan.

Setelah berjongkok-berdiri-mendengus-mengeluh berulang kali, barulah Reyhan datang. Wajahnya tertunduk kearah handphone yang digenggamnya. Jari jemarinya sibuk.

Reyhan sampai didepan pintu mobilnya dan membuka dengan kunci otomatis. Saking sibuknya, ia sampai tidak sadar gue sudah berdiri dengan muka sebal.

"Kak," panggil gue.

Reyhan tidak mendengar.

"Reyhan," panggil gue untuk kedua kali.

"Ish," gue berdecak kesal.

Reyhan menoleh kesamping kirinya.

"Eh, yaampun, sumpah aku lupa hari ini kita ketemuan," ujar Reyhan seraya menepuk jidatnya. Ia memasukkan handphone yang sedsri tadi digenggamnya.

"Jadi gimana?" tanya gue dengan muka kesal.

"Hah? Gimana apanya?"

Reyhan kebingungan.

"Ish, yaudah anter aku pulang, deh."

Reyhan kebingungan akan sikap gue.

Dijalan, Reyhan tampak tidak fokus menyetir dan sesekali melihat kearah handphonenya.

"Nyetir gausah lirik - lirik handphone," ucap gue ketus.

"Maaf, ini lagi ribet OSIS," jawabnya. Ia tahu gue yang berada disampingnya sedang kesal.

"Lagi PMS, ya?" tanya Reyhan berhati - hati.

"Sok tau."

Sisa perjalanan dihabiskan dengan diam. Reyhan sedang pusing memikirkan OSIS sepertinya. Sedangkan gue, moodnya anjlok karena Reyhan.

Sesampainya didepan rumah, Reyhan membukakan pintu untuk gue. Ia juga berkata, "Kita ngobrol panjangnya besok, ya? Gue bener bener lagi pusing OSIS ini."

Gue hanya mengangguk dan segera masuk kedalam rumah. Tumben - tumbenan Reyhan pusing memikirkan OSIS, biasanya otak encernya itu sangat mudah menemukan solusi atas masalah-masalah dan tugas OSIS.

Malam harinya, Reyhan tidak mengirimkan pesan apapun kepada gue. Bahkan, contact gue di hp Reyhan belum di unblock.

Dirumah, gue yang menunggu chat Reyhan pun mendengus. Gue juga membatin.

"Kok jadi kayak gue yang ngejar Reyhan?"

Tiba - tiba muncul notifikasi Line di handphone gue. Devon mengirimkan pesan.

Devon: sha, jangan lupa besok tampil

Gue pun membalas.

Reysha: iyaa

Devon: jangan nervous besok

Reysha: bawel

Devon: jangan sampe fals

Reysha: hih berisik

Devon: gimana ketemuan sama Reyhan hari ini?

Tiba - tiba Devon menanyakan hal itu. Gue cukup kaget karena dia mengingat pertemuan gue dengan Reyhan hari ini, setelah satu minggu lamanya tidak saling sapa dan contact.

Reysha: ngapain lo nanya nanya

Devon: ya gue peduli sama lo, bodoh

Reysha: dih

Devon: serius, gimana?

Reysha: biasa aja

Devon: dia nyakitin lo gak?

Gue mengernyitkan dahi akan pertanyaan Devon di chat Line.

Reysha: kaga, bawel

Devon: beneran?

Gue pun tidak membalas chat Devon. Capek membalasnya karena ia akan terus bertanya dengan jurus keponya itu.

Gue hampir terlelap setelah setengah jam mendengarkan lagu yang akan dinyanyikan besok.

Tiba-tiba, notifikasi Line muncul kembali di handphone gue.

Devon: besok reyhan jemput lo gak?

Gue pun membalas dengan sticker bertuliskan "no".

Devon: yaudah besok gue yang jemput

Devon: gih tidur, goodnight

Gue yang lelah meladeni Devon, memilih untuk mematikan handphone dan meletakkannya di meja belajar. Tak lama kemudian, gue telah menuju alam mimpi.

Antara Mantan dan PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang