Zalina Zarenya Azzahra

1K 68 5
                                    

Seseorang tengah menangis di balik bantal miliknya, dia adalah Zalina. Dimana Zalina baru saja pulang dari acara perayaan ulang tahun Rolando dan Orlando.

Sudah sekitar satu jam yang lalu dia dalam keadaan seperti ini dengan belum berganti pakaian sejak tadi karena langsung menangis dikamarnya. Dalam keadaan sekacau ini dirinya sudah tidak melihat keadaan lagi, hingga sang umi datang menghampiri putrinya yang tengah tengkurap itu.

Dia datang kekamar sang Putri karena saat hendak turun mengambil minum ternyata kamar sang putri masih menyala, berhubung kamar sang putri berada tepat didekat tangga membuatnya mengetahui hal ini dan ingin mengeceknya apakah sang putri sudah tidur atau belum. Saat hendak mengetuk pintu ternyata pintunya tidak terkunci jadi seperti inilah dirinya berada dikamar sang putri.

"Zal, ada apa nak?" tanyanya pertama kali dengan mengelus tangan sang putri yang tengah tengkurap itu.

Umi. Mendengar suara yang dikenalnya membuatnya terkejut seketika. Dengan kasar dia nengusap matanya, kemudian menatap ke umi nya dengan menunduk.

"Kenapa sayang?" tanyanya lagi dengan mengangkat dagu sang Putri agar dirinya bisa melihat ada apakah dengan putrinya.

"Ke...kenapa kamu menangis sayang ada apa?" tanyanya lagi ketika melihat wajah sembab sang putri yang terlihat sangat jelas olehnya.

Zalina diam, sambil menahan tangisnya menatap wanita yang telah melahirkannya itu, kemudian sebuah pelukan diberikannya kepada umi nya.

Hal itu membuat wanita paruh baya yang tengah dipeluk sang putri dengan segera mengelus pelan punggung yang tengah bergetar akibat menangis dalam pelukannya.

"Menangislah jika itu memang bisa melegakan hatimu nak" ucapnya kepada Zalina putrinya.

Tangisan Zalina teredam dipelukan uminya yang ternyaman ini membuatnya semakin menangis deras disana bahkan dia sampai dibuat sesegukan membuat umi nya semakin kencang mengelus pundaknya. Lama mereka dalam posisi seperti itu hingga Zalina mencoba melepaskan pelukan mereka setelah dirinya sudah cukup tenang.

"Kalau belum bisa cerita ke umi tentang masalah yang kamu hadapi tak apa nak, umi gak akan memaksamu untuk cerita karena itu sudah menjadi hakmu mau bercerita atau tidak. Tapi biarkan umi tetap disini menemanimu menumpahkan air mata itu hingga membuatmu tenang" ucapan darinya itu justru membuat Zalina kembali menangis dan memeluk tubuh kecil umi nya.

Dengan penuh perhatian dia mengelus pundak sang putri kembali hingga membuatnya tenang lagi. Setelah tenang Zalina mendongakkan kepalanya menatap wajah sang umi yang sepertinya sudah sangat siap mendengarkan apapun curahan hati yang dirasakannya saat ini.

"Gimana sudah lebih tenang?" justru pertanyaan itulah yang muncul dari mulut umi. Zalina pikir umi nya akan mencercanya dengam berbagai pertannyaan kepadanya ternyata tidak, tetapi terlihat jelas dimatanya bahwa beliau menunggunya untuk berbicara selanjutnya.

Zalina hanya menganggukkan kepalanya sebagai sebuah jawaban. "Mi, jika kita berharap sebuh cinta dari seseorang apakah itu salah?" itulah ucapan yang terucap pertama kali yang ingin ditanyakan kepada sang umi.

Zalina menatap takut-takut sang umi, namun hal yang diperlihatkan umi nya justru tersenyum sambil membenarkan hijabnya yang mulai berantakan. "Tidak, hanya saja kita tidak boleh terlalu berlebihan mengharapkan cinta, karena jika terlalu berlebihan kita bukan mengharapkan cinta yang tulus tetapi justru lebih berharap ke orangnya. Paham kan maksud umi"

Sebuah anggukan diberikan Zalina, benar apa yang dikatakan uminya kadang ketika kita terlalu berharap cinta yang berlebihan itu bukan namanya cinta yang tulus tetapi semata-mata kita berharap kepada orangnya karena itu hanyalah nafsu bukan karena cinta yang tulus.

Rolando & OrlandoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang