Zalina tengah menghubungi seseorang yang sejak tadi belum diangkat. Terlihat jelas dia tengah mengkhawatirkan sesuatu.
"Gimana sayang, Senja bisa dihubungin?" suara dibelakangnya membuatnya langsung menoleh dan disana sudah ada uminya.
"Belum mi" jawabnya.
Zalina sejak tadi memang mencoba menghubungi sahabatnya Senja yang sudah beberapa hari ini tidak ada kabar membuatnya dengan umi nya dibuat khawatir.
"Ya Allah Nja, kamu kemana sih" dengan terus mencoba menghubungi nomor sahabatnya, Zalina terus merapalkan doa agar tidak terjadi sesuatu dengan sahabatnya.
"Kemana dia yah mi, aku khawatir"
"Sabar sayang mungkin Senja sedang sibuk"
"Tapi ini sudah jam kerja, apa dia lagi sibuk kerja yah mi"
"Iya sabar sayang, mungkin dia masih sibuk. Kita berdoa saja semoga tidak ada apa-apa sama Senja"
"Iya mi" tak berselang lama ponselnya tiba-tiba berbunyi.
"Alhamdulillah Senja mi"
"Yaudah angkat sayang"
Setelahnya Zalina langsung mengangkat panggilan itu yang ternyata dari sahabatnya. "Assalamualaikum Nja, kamu baik-baik saja kan"
"..."
"Kamu kemana aja Nja? Aku sama umi khawatir loh"
"..."
"Hah ke Jogja ngapain?"
"..."
"Okey deh. Katanya nanti sore mau beli alat jadi kan Nja"
"..."
"Hah siang?. Iya udah deh nanti aku anterin habis pulang dari rumahnya pasien langsung ke perusahaan tempat kamu kerja pokoknya kirim alamatnya aja biar aku yang jemput kamu" panggilan itu kini sudah ditutupnya, dan ada kelegaan disana.
"Gimana Zal? Senja baik-baik saja kan?"
"Baik mi, kemarin-kemarin dia katanya habis dari Jogja dan gak ada sinyal jadi nomernya gak bisa dihubungin"
"Ke Jogja ngapain?"
"Katanya nanti Senja akan jelasin mi, dia masih sibuk kerja sekarang"
"Yaudah kalau kayak gitu, umi bersyukur tidak terjadi ada apa-apa sama Senja. Yaudah katanya mau nemuin pasien, siap-siap gih"
"Iya mi"
"Udah sarapan tadi kamu sayang?"
"Alhamdulillah sudah kok mi"
Kemudian Zalina mengecek kembali segala peralatan yang akan dibawanya menemui pasiennya dan itu dilihat oleh umi nya yang masih berada didepannya.
"Kenapa mi?" tanyanya karena merasa aneh diperhatikan seperti itu sama umi nya.
"Umi seneng kamu bisa tersenyum dan tidak murung lagi" ucapan dari uminya itu membuat Zalina yang tadinya menunduk mempersiapkan bawaannya langsung mendongakkan kepalanya dan mensejajarkan tubuhnya dengan umi nya.
Seutas senyum di perlihatkannya, jadi selama ini umi nya menyadari perubahan sikap yang ada pada dirinya akhir-akhir ini. Memang Zalina tidak menceritakan apa yang tengah dialaminya itu kepada umi nya karena dia menganggap ini adalah kesalahannya sendiri jadi buat apa dia harus berkeluh kesah kepada umi nya.
"Zal hanya sedikit pusing akhir-akhir ini mi, semakin banyak pasien"
"Umi paham apa yang kamu alami sayang, umi yang melahirkanmu dan membesarkanmu. Sekalipun kamu tidak cerita umi pasti tau"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rolando & Orlando
RomantizmSebuah cerita tentang perjalanan anak kembar yang mencari cinta sejati yang sesungguhnya. Sebelum membaca cerita ini harap sudah membaca cerita The Life of a Pilot (TLOP) dan Rengga and Callia terlebih dahulu yah. Berikut empat peran yang akan ser...