Mereka bertiga masih di dalam mobil. Mereka terjebak macet sejak sepuluh menit yang lalu.
"Rene, kamu mau saya ajak ke rumah saya?"
"Boleh."
"Kamu kapan ada waktu?"
"Aku selalu punya waktu lenggang. Kamu tinggal bilang aja kapan."
Seungwoo mengangguk paham.
"Tidak adakah hadiah untukku?" Dongpyo bertanya sambil cemberut.
Irene menoleh. Dongpyo memang berhasil naik kelas dan dapat peringkat tiga besar di kelas.
Jadi, tadi sebenarnya adalah pengambilan raport Dongpyo. Hanya saja Seungwoo telat dan akhirnya saat mereka tiba sudah ada Dongpyo yang tinggal menunggu jemputan. Raport bocah itu juga sudah ia ambil sendiri.
"Kamu mau apa? Nuna akan belikan, tapi jangan mahal-mahal."
"Aku nggak mau barang. Daddy bisa belikan kalau barang."
"Terus?"
"Aku mau liburan, bersama Nuna dan Daddy!"
Irene mengerjap.
"Irene terlalu sibuk, Dongpyo," Kata Seungwoo menolak.
Dongpyo langsung bersedih, "Benarkah?"
Irene yang tidak tega dengan cepat menggeleng, "Kata siapa? Aku bisa!"
Dongpyo tersenyum cerah, "Tuh, 'kan!"
"Yasudah kita pergi seminggu lagi," Kata Seungwo. Pandangannya fokus ke depan karena kemacetan sudah berhasil terurai.
"Kenapa lama banget? Besok kan bisa," protes Dongpyo.
"Kamu masih harus istirahat."
"Dad, aku tidak sedang sakit."
"Iya atau kita tidak jadi berangkat?" Putus Seungwoo.
Dongpyo berdecak lalu langsung menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Matanya menatap ke samping dengan pandangan kesal.
Irene yang melihat langsung terkejut. Tidak menyangka Seungwoo punya sisi yang seperti itu. Maksudnya, Seungwoo memang punya sisi mengintimidasi, tapi suasana di dalam mobil tadinya hangat langsung berubah menjadi kaku.
Melihat Dongpyo yang sedang jengkel, Irene mencoba menghibur bocah itu.
"Pyo, bagaimana kalau besok mainnya dengan Nuna?"
"Kamu mau ajak dia kemana?" Respon Seungwoo cepat.
"Kemana pun yang dia mau."
"Tidak bisa, Rene."
"Kenapa?"
"Tidak saya ijinkan. Dua hari yang lalu dia demam dan baru sembuh tadi malam."
"Aku sudah sehat, Dad." Protes Dongpyo.
"Sekarang kamu butuh istirahat!"
Bukan tanpa alasan Seungwoo terlihat begitu menjaga Dongpyo. Anak itu memang gampang sakit sedari kecil. Saat di periksa memang tidak ada penyakit apa-apa hanya memang daya tubuhnya yang kurang kuat.
Seungwoo ingat sekali saat itu dia begitu bahagia saat Dongpyo lahir. Bayi yang sangat ia nanti-nanti kan itu mungil dan sangat manis. Seungwoo yang saat itu usia nya sepuluh tahun, sepulang sekolah pasti ke rumah Dongpyo yang letaknya di seberang rumah laki-laki itu. Seungwoo lah yang menjaga Dongpyo bahkan sampai sekarang.
"Sepertinya kamu memang harus istirahat, Pyo," Kata Irene. Tidak berniat menyanggah Seungwoo.
"Menyebalkan," gerutunya.
Seungwoo menghela napas, "Biar kamu tidak kesal lagi, Daddy harus apa?"
Dongpyo tersenyum cerah. "Ajari aku naik motor sport?"
Seungwoo mengangguk. Kalau ditolak bocah itu akan tambah merajuk.
"Kamu punya motor sport?" Tanya Irene.
"Iya ada."
"Kok gapernah dipake kenapa?"
Seungwoo menghentikan mobil. Saat ini mereka sudah sampai di depan gerbang rumah Irene. "Kamu mau naik motor?"
"Mau!! Aku pengen banget dari dulu ngebut-ngebutan di jalan!"
"Itu bukan balapan, Rene."
"Gapapa. Kapan-kapan pake motor sport kamu ya? Please?"
Seungwoo tersenyum, lalu mengacak pelan rambut Irene, "Oke."
° to be continued °
Byungchan keluar:((
Bobrok pick ku ilang satu T.T

KAMU SEDANG MEMBACA
CALON [completed]
Fanfic"Bagus. Kalau begitu ayo buktikan." "Apa?" "Satu bulan ini kita jalan. Setelahnya terserah kamu, saya tidak akan memaksa." . Irene and her pretty goddes. Seungwoo and his daddy vibes. . (3 Juli 2019 - 17 November 2019)