Aku merasa hidupku datar datar saja dan kegiatanku selalu itu saja tak ada yang berubah. Namun, beberapa bulan belakangan ini aku mengajar beberapa anak SD disekitar rumahku. Niatku hanya membantu saja dari pada aku tidak ada kegiatan.
Terkadang aku iri pada teman-temanku. Ketika mendengar cerita-cerita mereka sepertinya masa sekolah mereka begitu menyenangkan terutama dalam hal percintaan. Ada yang diberikan hadiah setiap hari oleh pacarnya, ada pula yang diperlakukan layaknya princess. Sedangkan aku, hanya berkutat pada buku dan kamar.
Sebenarnya bukan aku tidak bersyukur, hanya saja terkadang aku jenuh walau pun juga aku hobbi belajar dan sekolah. Memang ya hidup ini kalau terus menuruti keinginan tak akan ada habisnya.
Malam hari seperti biasa, aku memainkan ponsel sebelum hendak tidur. Aku membuka aplikasi line.
Tidak ada notifikasi selain dari Ale dan Dinda dan juga Grup kelasku. Ale seperti biasa yang menanyakan tugas serta menceritakan kejadian yang ia alami seharian sepulang sekolah dan juga Dinda yang menceritakan kehidupan di Twitternya. Apakah begini nasib wanita weird sepertiku. Apakah aku tidak ada kesempatan untuk merasakan apa yang teman perempuanku rasakan di masa SMA mereka.Tiba-tiba aku terpikir tentang Nando. Apakah Nando mau denganku? Tidak mungkin. Pasti selera dia tinggi. Aku ini apa, mungkin pantas jika dijadikan ART di rumahnya.
Tapi terkadang jiwa juangku selalu saja mendorongku untuk selalu mecari tau tentang Nando.Sebelum tau Nando, aku juga sering menyukai lelaki. Hanya saja aku tak berani dan akibatnya hanya diam hingga perasaan itu hilang dengan sendirinya. Namun tidak dengan Nando, rasanya aku ingin melaju hingga akhirnya aku tau sampai kapan aku harus berhenti.
Aku berniat untuk mencari kontak Line Nando, tapi aku tak tau Idnya, tadinya aku ingin meminta pada Ale, tapi pasti nanti Ale curiga lalu meledekku. Lalu aku berpikir untuk mencari dari Grup Angkatanku, namun sayang aku sempat left dari grup karena menurutku tak ada gunanya aku di sana. Lalu aku meminta Dinda untuk mengundangku masuk grup Angkatanku. Beruntungnya ketika aku mecari nama nando di list anggota grup, nama yang ku cari ada. Langsung saja ku undang menjadi teman.
ketika aku berniat untuk melihat profile poto Nando, tak sengaja aku menekan tombol yang bergambar telpon. Langsung ku batalkan panggilan itu beberapa detik setelah ku menekannya. Aku sangat panik. Pasti dia bingung. Malu. Sangat malu.
Benar saja, ketika aku hendak mematikan ponsel. ada notifikasi dari Line.
Aku tak berani membuka pesan tersebut, hanya berani membaca dari layar notifikasi. Benar saja dugaanku.NandoDS : ini siapa ya?
Seketika aku mematung. Antara senang atau panik. Aku senang karena ia mengirim pesan, tapi sekaligus aku panik karena bingung harus menjawab apa. Akhirnya pesan itu aku tak balas dan aku memilih untuk mematikan ponsel.
Gara-gara menerima pesan darinya, aku tak bisa tidur hingga larut.
Sedahsyat itukah efeknya. Sungguh aku tak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.
Keesokan harinya di sekolah saat istirahat aku berniat untuk membalas pesan dari Nando. Tapi aku takut.
Ketika aku menggenggam ponsel yang layarnya masih menampilkan room chatku dengan Nando, tiba-tiba Intan mengagetkanku.
“ hayo lagi chat sama siapa tu? Nan...” ucap Intan dengan semangat.
Langsung saja ku hentikan aksinya, ku tutup mulutnya.
“ sttt ah jangan brisik, Tan. “ bisikku pada Intan.
Intan adalah salah satu teman dekatku. Terkadang juga aku suka menceritakan sesuatu padanya selain Dinda dan Ale.
Aku berpikir sepertinya aku butuh seseorang untuk mendengarkan isi hatiku. Dan pilihanku jatuh pada Intan. Mungkin padanya aku bisa percaya untuk menceritakan tentang Nando.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Be Yours ✅(completed)
Jugendliteratur" Biarkan aku mencari cara untuk mengetahui ketulusan seseorang." - Nara