Memang udah harusnya gue mundur. Karena Nara udah sama sekali gak tertarik. Lagi.
" Nan! "
Gue yang tadinya nunduk langsung menengok ke sumber suara.
" Ngapain di sini? " tanya perempuan yang di hadapan gue.
" main aja." jawab gue santai.
Dia Fira. Teman sekelasku yang kuliah di fakultas yang sama dengan Naura. Fira juga tahu kalau aku sering main ke sini.
" Lu ngapain? " tanya gue.
" Baru selesai kelas nih. Lu gaada kelas? "
" udah satu aja tadi pagi."
" yauda gue duluan, ditunggu Adit. "
Adit pacarnya Fira. Kami sama -sama dari Jakarta. Jadi saling kenal.
Karena gue ngerasa ga dapet apa apa di tempat ini. Gue memilih untuk pulang.
Sepanjang perjalanan keluar gerbang, perasaan gue gak enak. Entah kenapa gue terus mikirin bokap yang dirawat di rumah sakit.
Bokap sama nyokap gue sekarang udah berubah. Apalagi semenjak mereka tau kalo gue udah serius mau jadi laki-laki yang 'lurus'. Mereka terus support gue dan semakin kesini gue semakin memiliki tanggung jawab besar buat diri gue dan orang tua.
Jujur. Waktu SMA, kepikiran kuliahpun juga engga. Gue pengen lulus SMA biar ga banyak diatur, ga banyak tugas. Tapi semua berubah. Salah satu penyebabnya adalah perkataan Nara di pos waktu itu.
" Menurut gue, lo jangan selalu bergantung diri sama siapapun sekalipun itu orang tua. Jangan pernah merasa diri lo gak berguna, Nan. Karena Tuhan punya alesan kenapa Dia ciptain lo. Cari alesan itu sendiri. Tentu aja bukan cuma nyuruh lo makan, tidur, main dan mabuk. Lo harus berubah, salah satu fungsi pendidikan ya untuk merubah pada hal yang lebih baik."
Setelah mendengar itu, gue serasa ditampar. Entah kenapa otak gue memerintahkan gue buat memikirkan setiap kalimat yang tadi Nara omongin.
Semenjak malam itu juga gue sadar. Ketertarikan emang awalnya datang dari tampilan. Tapi penampilan gak ada artinya kalau jiwanya gak menarik. Menurut gue, secara tampilan memang Nara gak semenarik cewek-cewek imajinasi gue. Tapi kalo soal manners dan kecerdasan, belum pernah gue temuin.
Di trotoar, gue ngeliat sosok yang gue kenal.
Gue minggir sebentar ke arah dia." Nar, mau kemana? "
" Perpus. "
Gue baru denger jawaban sejutek itu yang keluar dari mulutnya Nara." Kebetulan juga gue mau ke sana. "
Jawab gue ngasal." ngapain? "
" Ngerjain tugas. Emang anak sini aja yang boleh ke perpus. Bareng aja yuk? "
" Eh? Engga deh jalan aja udah mau deket. "
Sebegitu gamau kah, Nar?. Gue kira setelah dia sadar kalo gue udh luluh sama dia, dia justru nyambut dengan baik. Ternyata engga.
" Yaudah."
Gue gamau terlalu maksa Nara dan karena gue juga gengsi.
Ets tenang. Tapi gue ngikutin dia.
Gue parkir motor di parkiran terdekar. Gue ikutin Nara sambil jalan.
Tbc, ya.
Maaf baru bisa lanjutin ceritanya lagi. Karena kemarin kemarin tugasku buanyak hehe.
Kuusahakan updatenya gak lama lagi kalau responnya semua baik.
Terima kasih sudah membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Be Yours ✅(completed)
Fiksi Remaja" Biarkan aku mencari cara untuk mengetahui ketulusan seseorang." - Nara