J a k a r t a.

3.5K 194 5
                                    

Papah sudah tenang di atas sana. 
Nando janji Pah akan buat Papah bangga. Maafkan kalau dulu Nando nakal dan hanya bisa buat masalah. 

Satu hari setelah pemakaman Papah,  semuanya berubah. Senyum Mami yang menghilang.  Suasana rumah berubah. 

Teman-teman gue semua datang dan turut berbelasungkawa.

Gue selalu berada di samping Mami. Mami terlihat sangat lelah akibat menangis. 

" Nando,  maafkan papamu ya dulu sering marah ke kamu. Tapi sebetulnya dia paling sayang sama kamu, Nak. "

" Gak apa apa Mi,  memang Nando nakal. "

Tiba-tiba handphone berdering menunjukkan nama seseorang yang sedikit membuatku senang. 

Nara is calling

"sebentar ya Mi. "

Gue pergi untuk mengangkat telfon dari Nara. 

" Ya Ra,  ada apa? "

" hmm..  Mm itu Nan. "

" itu kenapa? "

" Lo gimana? "

Pertanyaan Nara membuat gue tersipu. Ternyata dia menelfon hanya menanyakan kabar.  Khawatir mungkin. 

" Baik. Bokap juga udah tenang di sana. Paling gue nenangin nyokap aja sih. Tenang aja gue laki-laki yang cukup tegar. "

" Baiklah. Yang sabar ya, Nan. Maaf  gue ga bisa ke sana. "

" Gak masalah Ra,  lo nemenin gue beli tiket juga udah membantu kok."

" Istirahat. Gue tutup ya.  Bye."

Telfon diputus sepihak.  Terdengar sekali kalau Nara canggung. Tapi tidak apa apa setidaknya suaranya cukup membuat tenang. 

" Nando ada temanmu! "
Teriak Mami dari ruang tengah. 

Gue segera menuju ruang tamu.
Oh tidak. melihat sosok yang tidak asing.

Clarissa.

Perempuan yang dulu pernah gue kejar cintanya namun dia menolak mentah-mentah hanya karena gue tidak se-kaya gebetannya.  Ya dia anggota cheers di SMA Garda Depan. Dulu gue sempat menjadi pengemis cinta Clarissa.

" Hai,  Nan. "

Clarissa duduk di bangku samping.
Sempat ada keheningan selama satu menit. 

" Turut berduka cita ya,  Nan. Maafin gue ya,  Nan. Gue nyesel kenapa dulu nyia-nyiain lo. "

" Lo gak perlu nyesel, Sa. Gue paham kok. "

" Kita tetep temenan,  boleh kan? "

" Kenapa gue harus bilang 'enggak'? "

Clarissa tersenyum.

Kami berbicara sedikit tentang kuliah. Tidak ada yang menarik. Karena perasaan sama Clarissa sudah kosong. 

Hampir 15 menit kami berbicara.  Akhirnya Clarissa memutuskan untuk pulang. 

Selama berbincang dengan Clarissa tidak ada hal yang membuat gue kagum seperti saat berbincang sama Nara.  Walau pun Clarissa lebih enak dipandang. 

-------------------------------------------

Sudah hampir satu minggu lebih gue di Jakarta dan harus kembali ke Jogja untuk kuliah. 

Semakin hari,  Nara semakin nunjukkin perhatiannya ke gue lewat chat karena kami ga bertemu selama gue di Jakarta. Tapi tentu perhatian Nara saat ini berbeda.  Dia lebih elegan dan bisa menahan dirinya untuk tetap terlihat cool.

Banyak hal yang gue ceritakan tentang Papa pada Nara di chat. Respon Nara yang membuat gue nyaman ketika cerita sama dia.

Gue ga bilang sama Nara kalau hari ini gue kembali ke Jogja. Rencananya gue mau langsung ngajak makan sebentar dan ngobrol sedikit.

Di perjalanan, gue sengaja gak bales chat Nara tapi cuma gue baca. Sengaja mau buat dia kesel. Tapi lagi lagi Nara menahan dirinya untuk tetap bersikap santai. Agak kecewa sih. Tapi gapapa lah siapa tau dia kesal sebenarnya.

How to Be Yours ✅(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang