" Jadi semua usaha gue lo anggap cuma drama? Iya Ra!? "
" Lo pikirin aja Nan baik-baik. Gue mau balik. Makasih ya atas semua kebaikan lo selama ini. "
Nara langsung meninggalkan mobil Nando lalu menuju Salis yang sedang makan. Mereka berdua dalam keadaan emosi. Nando yang tidak tau salahnya apa dan Nara yang tidak suka Nando pura-pura tidak merasa bersalah. Mereka bergelut dengan perasaan mereka masing-masing.
Nara ingin menangis lalu menceritakam semua pada Salis. Tapi dia enggan. Karena Nara bukan orang yang gampang menceritakan apa pun pada siapa pun. Akhirnya Nara menemui Salis dengan wajah palsu seakan tidak ada apa-apa.
Nando juga tidak mengejar Nara saat Nara pergi, jadi dia pikir memang begitu keinginan Nando. Saat dia tengok ke belakang, ternyata mobil Nando sudah tidak ada.
Di latar lain,
Tiba-tiba handphone Nando berdering.R i s a
" Halo, Nan. Nan bisa anter gue ke statiun? Kereta gue satu jam lagi berangkat. "
"oke. "
Tanpa basa-basi akhirnya Nando menyetujui permintaan Risa.Setelah menjemput Risa di Hotel, mereka langsung menuju stasiun.
"Lo lagi kenapa sih, Nan? "
Nando hanya menjawab dengan gelengan kepala. Menandakan tidak ada yang mau ia katakan pada Risa. Sepanjang perjalanan menuju stasiun Nando tidak berbicara apa pun, wajahnya pun terlihat sedang marah. Risa tidak ingin membuat Nando semakin emosi. Oleh karena itu Risa juga ikut diam di dalam mobil.
---------------------
Satu hari setelah insiden bertengkar di dalam mobil. Nando tidak memberi kabar pada Nara. Baik itu telfon mau pun chat. Namun beberapa kali dia mencoba membuat status yang siapa tau Nara akan berkomentar. Tapi ternyata tidak, hanya dilihat saja.Nara pun tidak memberi kabar sama seperti Nando. Karena terbalut oleh rasa kesalnya membuat Nara tidak ingin berkomunikasi pada Nando untuk beberapa hari ke depan.
Untungnya mereka tidak satu kampus, jadi tidak begitu masalah untuk mereka.
Sebenarnya mereka berdua saling berharap untuk ada yang memulai terlebih dahulu. Namun apalah daya Nando yang tidak merasa bersalah dan gengsi untuk memulai, Nara yang merasa disakiti dan tidak pantas meminta maaf.
Satu minggu berjalan.
Nando tanpa Nara.
Nara tanpa Nando.Mereka sibuk mempersiapkan Ujian Akhir Semester.
Sebenarnya ada sesuatu yang ingin Nando sampaikan pada Nara. Tapi Nando merasa Nara baik-baik saja seminggu ini tanpa dia.
Kemarin, ibunda Nando menghubungi Nando. Beliau meminta Nando untuk pindah kuliah di Jakarta karena setelah ayahnya meninggal, ibunya tinggal sendiri dan kesepian. Beliau sudah memikirkan baik-baik rencana memindahkan kuliah Nando.
Nando yang mengetahui hal itu, sangat keberatan. Tapi dia mengerti bahwa ibunya memang butuh seseorang agar tidak selalu sedih akan kepergian ayahnya. Nando menyetujui hal itu.
Nando bimbang. Apakah ia harus memberi tau pada Nara? Bukannya Nara juga sudah tidak perduli? Pertanyaan itu selalu yang muncul saat ia ingin memberi tau Nara perihal kepindahannya.
Akhirnya, Nando memutuskan untuk tidak memberi tau Nara. Biarkan Nara sendiri yang menanyakan hal itu padanya. Setelah libur semester, Nando kembali ke Jakarta dan melanjutkan kuliahnya di sana.
Niat awal dia ingin mengajak Nara pulang bersama naik mobil. Namun keadaa merubah semua rencana yang sudah disusun Nando untuk Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Be Yours ✅(completed)
Teen Fiction" Biarkan aku mencari cara untuk mengetahui ketulusan seseorang." - Nara