Akhir

5.4K 224 6
                                    

Sejak kejadian malam itu, aku sempat ragu apakah Nando benar tulus mencintaiku atau karena hanya sekedar perasaan terbiasa.

Malam itu, aku tidak langsung menyetujui permintaan Nando untuk aku menjadi kekasihnya. Walaupun aku sudah mengatakan bahwa aku menyayanginya.

Bahagia? Jelas.

Tapi aku tidak mau terburu-buru, lalu kecewa pada akhirnya. Aku mau kami berdua sama sama yakin dan menyadari bahwa kami memang saling mencintai.

Aku juga ingin meyakinkan bahwa perasaan ini bukan hanya obsesi seperti yang dikatakan Nando dulu.

Namun nyatanya, Nando semakin menunjukkan keseriusannya.

Selama 3 tahun lebih kami menjalani hubungan, semakin hari Nando semakin menyenangkan dan membahagiakan.

Dia selalu membuat kejutan disetiap hari kebersamaan kami. Walau badai cacian diterimanya karena memiliki kekasih yang tidak sempurna di mata orang lain, namun Nando selalu berusaha meyakinkanku bahwa akulah satu-satunya.

Beberapa kali aku berusaha mencoba menjauhinyan karena rasa tidak tega melihatnya dirundung temannya karena aku. Namun semakin keras pula usaha Nando untuk mempertahankan hubungan kami.

Awalnya aku memprediksi hubungan ini berjalan tidak lebih dari 6 bulan. Tapi sepertinya aku yang terlalu kekanakan karena memikirkannya.

Kami tidak terlalu sering mengungkapkan rasa cinta kami, namun setiap perbuatan kami untuk satu sama lain adalah cinta itu sendiri.

" Halo Ra? Aku udah di depan ya."

Dengan terburu-buru aku turun menghampirinya.

Aku sempat diam kaku selama 5 detik setelah melihat dari luar kaca mobil siapa yang ada di mobil Nando.

Nando datang bersama Bunda dan Kakaknya dengan pakaian yang rapi. Sedangkan aku baru selesai berbenah kamar kosku. Pakaian dekil, penuh keringat. Sungguh memalukan.

Setelah melihatku keluar dari pintu kos, Nando langsung menghampiriku.

Dengan senyum sumringahnya, dia langsung merengkuhku dengan tangan kekarnya.

Dia membalikkan tubuhku sehingga kami berhadapan.

" Mandi, sana. Pakai baju yang rapi ya. Aku tunggu."

" kamu kenapa gak bilang sih !"

" sengaja. Hahaha"

Setelah itu dia langsung mengedipkan matanya lalu berjalan menuju mobil, lalu menjalankan mobilnya entah kemana.

Belum sampai kamar, tiba-tiba ada pesan masuk.

"Aku mau anter keluarga ku sebentar, nanti aku jemput kamu."

Sebenarnya apa yang akan dilakukan Nando.

1 jam setelah kepergian Nando dan aku sudah siap untuk pergi, Nando akhirnya menjemputku. Sepertinya karena kami sudah berhubungan cukup lama, Nando sudah paham waktu yang kubutuhkan untuk bersiap diri.

Diperjalanan dia tidak mengatakan apapun kecuali

" Nice "

Setelah melihat penampilanku malam ini. Padahal aku hanya berhias seperti biasanya, tidak ada yany spesial.

Mobil Nando menuju salah satu Hotel berbintang di Yogyakarta. Aku ingin menanyakan sesuatu tapi sepertinya akan berlebihan.

"kamu tunggu sini sebentar ya, aku mau ke toilet."

Dia memintaku untuk menunggu di mobil.

Aku sudah sangat kesal dibuatnya karena harus menunggu 15 menit tanpa tau dia kemana.

Tiba-tiba seorang karyawan hotel menghampiriku. Dia memintaku untuk mengikutinya dengan mata tertutup.

" Nara Aulia"

Langkahku terhenti ketika mendengar suara itu. Itu suara Nando. Pegawai hotel tersebut membuka kain penutup mataku.

Di depan sana, seseorang sedang berdiri di atas panggung kecil. Di aula hotel sudah banyak teman-teman kami dan juga keluarga kami berdua.

" Nara Aulia, bisakah kamu ke sini?"

Dengan langkah gugup, aku menghampirinya sambil melihat tamu-tamu undangan.

"acara apa sih ini?" tanyaku berbisik pada Nando.

"Acara apa? Nara tanya ini acara apa."
Dia menjawab dengan mic dengan suara lantant seolah olah ingin yang lain mendengar.

" 1, 2, 3.." Nando menghitung.

Di semua proyektor langsung menampilkan foto-foto kebersamaan kami diiringi dengan musik romantis.

" Nara, terima kasih sudah menjadi kekasihku selama 3 tahun terakhir. Tapi aku sudah tidak kuat untuk melanjutkannya lagi hanya untuk sebagai kekasih. Mau kah kamu menjadi ratu di keluarga kecil kita nanti?"

Entah apa rasanya. Campur aduk. Bahagia, malu, kesal, bingung.

Aku diam sebentar sambil menatap Nando.

"terima !"

"terima !"

"terima !"

Para tamu bersorak sorai memintaku menerima lamaran Nando. Aku melihat keluarga kami sepertinya bahagia mendengan lamaran dari Nando.

" Sepertinya aku bukan orang yang bersyukur kalau tidak menerimanya."

Aku memberi jeda sebentar.

"dan aku saat ini menjadi wanita yang sangat bersykur. Jadi, aku terima".

Nando terlihat terharu sekaligus bahagia dan lega. Lalu, dia memasangkan kalung yang entah kapan dia membelinya.

Sambil memasangkannya dia berbisik.

" Terima kasih, Sayang."

acara berjalan lancar.

Aku bahagia menjadi milik Nando setelah lika-liku yang ku alami untuk mendapatkan Nando. Nando lebih dari prediksiku.

Kini aku sadar, untuk mendapatkan sesuatu atau seseorang tidak perlu terlalu terobsesi dan tergesa. Cukup tunjukkan saja ketulusan yang kita punya, maka dia akan merasakannya tanpa diminta.

Aku mencintaimu. Nando

How to Be Yours ✅(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang