ROTI

3K 163 3
                                    

Entah setan apa yang merasukiku hari itu. Memikirkan ini sebelumnya pun berkali-kali.

Malam itu, aku menghubungi Nidya untuk menanyakan kursi tempat Nando. Akhirnya Nidya memberi informasi tentang itu.

Pagi harinya, aku bangun lebih awal untuk mempersiapkan sesuatu untuk Nando.

"tumben kak buat roti. Untuk siapa ? " tanya nenekku heran.

Gimana tidak heran. Setiap hari aku membawa bekal dan sudah pasti itu selalu masakan nenekku dan tidak mungkin masak sendiri.

Ya benar. Aku membuat roti bakar untuk Nando. Pujaan hatiku. Eh. Kok alay.

Setelah sampai di sekolah, aku memang terbiasa menjadi manusia kedua yang menghuni sekolah ketika pagi hari setelah Dinda. Sebelum ke kelas, aku menyempatkan masuk kelas Nando untuk meletakkan Roti bakar yang ku buat ke kolong meja Nando.

Tidak hanya roti, namun aku juga menulis surat untuknya.

Hai, Nando.

Kamu ga perlu tau aku siapa. Tapi roti ini untuk kamu kok. Dimakan ya !  Aku sudah membuatnya dengan senang hati semoga kamu memakannya juga dengan hati yanh senang. Oh iya, setelah pulang sekolah titip saja tempat makannya di pos satpam.

Seperti itulah isi suratnya.

Saat istirahat aku kebetulan ingin membeli air karena minumku habis. Di sudut pojok kantin aku melihat ke arah Nando. 3 detik kemudian, seolah dia sadar bahwa aku memerhatikannya. Dia balik menatapku, tatapannya seperti mengatakan bahwa dia tau kalau aku yang memberinya Roti itu. Karena aku malu, aku segera berjalan cepat ke kelasku yang tidak jauh dari kantin.

Jujur saja. Dari tatapan Nando tadi sedikit membingungkan. Aku berharap setelah agenda roti ini, dia bisa sedikit luluh padaku.

Sepulang sekolah, aku tidak sabar segera ke pos satpam. Aku sengaja datang lebih cepat dari Nando agar bisa melihatnya. Aku menunggu di pos satpam. Ya memang benar aku menyuruhnya untuk titipkan pada pak satpam, hanya saja aku penasaran bagaimana saat dia menitipkan pada pak satpam.

Aku sengaja duduk persis di depan pos satpam pura-pura menunggu teman. Tidak lama kemudian, aku melihat sosok yang ku harapkan keluar dari loby. Ya kali ini dia sendiri. Entah. Mungkin Nando malu jika temannya tahu.

Dia pura-pura tidak melihatku padahal sudah terpampang nyata diriku di depannya. Biarkan.

Aku sedikit menguping apa yang Nandon katakan pada pak satpam.

"Pak. Ini saya titip kotak makan ya. Tolong bilang terima kasih dan salam dari saya."

Itu kalimat yang membawa angin segar untuk diriku. Entah dia tahu aku ada di depan atau bagaimana. Misiku berhasil. Roti bakar ini jimat yang progressif.

"kenapa ga kasih langsung aja ke orangnya ? " tanya pak satpam.

"saya ga tau siapa yang kasih. Udah ya pak saya pulang dulu."

Setelah Nando meninggalkan pos satpam, aku menunggu pak satpam keluar agar aku tidak malu pada pak satpam. Benar saja, tidak lama pak satpam keluar. Aku langsung mengambil kotak makanku.
Kalian jangan khawatir. Bukan aku tidak sopan, tapi memang pos satpam sangat terbuka sehingga banyak siswa yg mengambil barangnya.

Hari ini adalah hari yang cukup membahagiakan bagiku. Sampai di rumah aku segera membuka kotak makan yang ku berikan pada Nando. Ternyata rotinya habis.

Malam hari, aku menceritakan hari ini pada Nidya. Nidya pasti senang saat aku menceritakan kemajuan proses ku. Aku segera menghubungi Nidya selesai aku belajar.

"Nid, gue seneng banget."

"kenapa ? "

Ku ceritakan mulai awal hingga akhir pada Nidya.

Setelah aku menceritakan semuanya. Nidya tak merespon padahal biasanya dia akan senang.

" Ra, tadi pagi gue liat Nadia makan roti bakar tapi Nando sama sekali ga makan. Apa itu yang dari lo ? "

Ternyata hari ini bukan hari yang paling menyenangkan. Justru paling menyakitkan.

Ku kira Nando akan senang. Ternyata dia memberikannya pada Nadia. Lalu untuk apa dia mengatakan hal yang manis tadi di pos satpam ? Apa hanya untuk menyindirku ?

How to Be Yours ✅(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang