3

4.6K 357 6
                                    

Jari-jari Anna saling bertautan.  Pantulan wajahnya pada kaca transjakarta yang ia tumpangi menyiratkan kegelisahan yang mendalam. Malam ini Anna sengaja pulang lebih malam dari biasanya,  malam ini ia juga berusaha untuk tak membuka ponselnya. 
Ia terus menenangkan hatinya.  Sebab hari ini harusnya Rey akan menemuinya.  Tapi bahkan ia tak berani membuka ponselnya, entah mengapa.  Haruskah ia membatalkan saja. Atau ia menunggu Rey yang memnatalkannya karna sibuk. 

Anna mencoba menenangkan hatinya lagi sebelum mengambil ponselnya.  Ia membuka whats appnya.  Dan ia benci,  benci pada dirinya sendiri.  Mengapa ia masih merasa kecewa saat Rey tak mengiriminya satu pesan pun. 

"apa sih yang lu pikirin an.. An..  Cukup.. Cukup jangan bodoh..  Rey hanya menganggap mu adik.. Hanya itu tidak lebih. " ucap Anna pada dirinya sendiri.  Ia memantapkan hatinya lalu akan mengirim pesan.  Namun satu pesan muncul begitu saja ketika Anna baru akan mengetikan sesuatu. 

Rey_
Nay..  Where are u? 

Tangan Anna gemetar mendapatkan pesan dari Rey.  Apa yang harus ia katakan?

Rey_

Udah nympe nih. 

(ohh.. Masuk aja..  Chat Alea aja) 

Rey_
Oke 👌

Anna menautkan kedua bibirnya, ia semakin tampak gelisah. 

"stop.. Stop Anna.  Dia cuma mau ambil buku..  Cuma itu..  Jangan bodoh..  Jangan bodoh. Oke.. " ucap Anna lagi. 

Ia menganggukan kepalanya "hanya mengambil buku.. Hanya itu.. "

Satu pesan masuk lagi,  namun kali ini dari Alea.  Alea mengirimkan foto Rey yang sudah di sana yang kedu

-Sista..... Tau nggaaa!  Tadi kan pokoknya aku bilang ke kak Rey ya..  Cie nunggu nih..  Terus dia bilang apa?-

*Apa? *

-udah sering nungguin dia mah, al.  Udah rutinitas.  Cie.. Cie yang jadi rutinitasnya.. Ah.. Seneng nih liat kalian.-

Anna tak membalas pesan Alea.  Ia sungguh ingin mengejek dirinya sendiri,  bagaimana ia akan berfikir itu memang benar-benar berarti.  Tingkah Alea sudah jelas sekali hanya akan menghasutnya.  Lagi pula tak ada yang special dari ucapan Rey. 

.
.
.

Langkah kaki Anna terasa begitu berat.  Ia mencoba membiasakan dirinya. Ia tak mau Rey menyadari perubahannya.  Ia bukan lagi Anna yang merengek-rengek pada Rey untuk kembali. 

"Assalamualaikum.. " ucap Anna dengan nada yang Ia buat seceria mungkin. 

"Walaikumsallam warohmatuallahi wabarokatu..  " ucap Rey dan tersenyum. Senyum yang dapat meluluhkan hati wanita manapun.  Rey memang tidak berkulit putih dan berwajah imut seperti artis korea,  Rey juga tidak memiliki wajah Blaster.  Ia asli indonesia, asli berdarah jawa.  Kulitnya sawo matang,  Rey lebih nampak manis, di tambah dengan lesung pipi yang entah mengapa hingga saat ini menjadi favorit orang-orang. 
Suaranya serak dan berat memberikan kesan beribawa sekaligus seksi dalam waktu yang bersamaan. 

"lama ya.. Maaf.. " ucap Anna yang meringis lalu duduk di sebrang Rey. 

Rey hanya menganggukan kepalanya tak ada wajah bosan atau kesal sedikit pun dari Rey. 

"kok ngajar baru pulang sih? "

"euhm.. Macet.. Ya you know lah bekasi" ucap Anna

Alea menghampiri keduanya.  Ia bersalaman pada Anna yang baru datang. 

SIDES (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang