Dengan segala kebimbangannya Anna pulang. Ya, Ia tau bahwa dirinya terlalu jahat. Harusnya Ia bisa tetap dengan yakin memilih Nick. Nick yang selalu ada untuknya. Nick yang membuatnya kembali percaya pada cinta, dan Nick yang membuatnya tau apa itu bahagia.
Tapi Rey, sungguh sudah ada jauh sebeluk Nick ada. Cintanya sudah berakar terlalu kuat. Tidak ada satu tempat pun di jakarta dan Semarang yang tak mengingatkannya dengan Rey. Apapun yang Ia lakukan selalu kembali tentang Rey.. Rey dan hanya Rey. Salahnya menggantungkan diri terlalu lama dengan Rey. Salahnya tak berhenti sejak dulu.
Anna sampai di apartemennya tanpa menyalakan lampu, tanpa melepas sepatu, blazer ataupun tasnya Anna langsung saja merebahkan tubuhnya di atas kasur. Satu-satu air matanya berjatuh. Anna memejamkan matanya dan tangisnya perlahan pecah. Ia tak bisa bohong bahwa Ia sangat amat merindukan Rey. Ia ingin menyentuh Rey, Ia ingin memeluk Rey. Ia ingin terus memegangi Rey, menggenggam tangan Rey hanya agar Rey tak pergi lagi.
Tangis Anna semakin pecah, kali ini ia membiarkan dirinya kembali terisak dan bukankah selalu begitu? Hanya Rey lah yang mampu membuat Anna melepaskan tangisannya. Tangan Anna meremas seprai di kasurnya. Hatinya sungguh terasa sakit, ia ingin berlari pada Rey saat ini juga. Bukankah Nick sudah melepaskannya. Bukankah Nick bilang Ia bisa memilih siapapun. Tapi mengapa sebagian hatinya tetap tak mengizinkan dirinya untuk kembali pada Rey. Ia tidak mungkin sudah mencintai Nick. Ia pasti hanya mengasihani Nick. Ia mencintai Rey dan akan selalu begitu. Rey sudah kembali, bukankah Seperti yang pernah Ia katakan, jika mereka kembali di pertemukan dan dirinya masih mencintai Rey itu berarti Rey memang untuknya.
Semua kenangan tentang Rey kembali terputar. Kenangan yang tak pernah memudar meski waktu terus berlalu. Kenangan yang tak pernah habis meskipun sering ia coba ingat. Kenangan Indah yang mungkin hanya di ingat dirinya bukan Rey. Meskipun begitu ia terima. Tidak apa jika hanya dirinya yang ingat, tidak apa jika hanya dirinya yang cinta. Asalkan Rey memilih nya. Asalkan Rey di sampingnya.
Ia harus pergi menemui Rey sekarang. Sebelum Rey kembali pergi dan mungkin tak kembali. Anna memukuli kasurnya dengan tangannya. Ia marah ia sungguh ingin pergi namun mengapa tubuhnya tetap tak beranjak. Rasa takut memenuhi isi hati dan kepala, ia tak ingin terlambat. Apa yang akan terjadi padanya jika kali ini Rey pergi lagi.
Dan malam itu Anna hanya bisa menangis di kamarnya. Tidak pergi namun tidak juga mampu menyerah pada Rey.
.
.
.Dengan mata yang masih terasa berat, Anna perlahan membuka matanya. Membengkak ? Tentu saja. Bagaimana tidak jika saat terlelap saja, air matanya masih terus jatuh.
Tangan Anna merogoh sesuatu di dalam tasnya masih dalam posisi tidur. Ia mengambil ponselnya. Di lihatnya 25 panggilan tak terjawab dan banyak pesan. Semuanya dari satu nomor yang sama. Anna tersenyum pahit, mengapa Rey baru menghubunginya selama ini. Apa Rey mengalami amnesia? Atau apa? Apa alasan yang bisa membuat Anna maklum dengan apa yang di lakukan Rey.
Anna menatap pada nomor Nick. Entah mengapa Ia merasa sesuatu tak enak di dalam hatinya, rasa tak nyaman, rasa tak terima karna Nick yang sama sekali tak berusaha menghubunginya.Anna bangun dan duduk di kasurnya. Ia mengikat satu rambutnya. Ia sudah tak sesedih kemarin meskipun hatinya masih terasa sakit. Ia tidak bisa seperti ini, ia sudah dewasa. Ia harus menyelesaikan ini. Nick benar ia harus mendengar sendiri apa yang ingin Rey katakan.
.
.
.
Disinilah Anna menunggu Rey, di pinggir pantai Ancol. Mungkin menurut orang tempat itu tak cukup indah. Tapi bagi Anna tempat itu memiliki banyak kenangan. Jika Rey ingin bicara itu harus disini. Harus di tempat ini, agar jika jawaban Rey terlalu menyakitkan ia akan mengingat bahwa Rey pernah begitu baik jadi Ia tak akan membenci. Atau jika Ia terobati dengan alasan Rey, Ia bisa menimbang dengan mengingat bahwa bertahun-tahun dia menanti Rey di tempat itu, sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIDES (Lengkap)
RomancePernahkah sekali saja, kau bertanya. Mengapa ia harus datang, lalu mengisi hati jika pada akhirnya kau tau ia tak di ciptakan untuk mu?