9

2.8K 294 22
                                    

Langit jakarta nampak begitu cerah dan terik. Sangat berbeda dari isi hati Anna. Pesan Rey semalam tak ia pilih balas. Toh, ia pun sadar Rey hanya berbasa-basi. Ia saja yang terlalu bodoh mengharapkan Rey masih memiliki perasaan yang sama. Ia sudah kenal Rey bertahun-tahun, bagaimana ia bisa lupa bahwa Rey memang baik ke semua orang, apalagi ke dirinya yang teman lamanya. Ya, dia bodoh.

Anna menatap ponselnya. Ia melihat kedua postingan adiknya yang tak sengaja berurutan. Kedua postingan yang isinya nyaris sama. Yaitu mereka dengan pacar mereka masing-masing. Anna tersenyum miris.

Sebenarnya ia tak suka adiknya berpacaran. Tapi menurut Anna ia tak punya hak untuk itu. Meskipun sebenarnya ia khawatir, namun ia sadar adiknya menganggap dirinya iri dam sekali lagi mungkin adiknya benar ia Iri.

Wanita gendut seperti dia siapa yang akan suka.

Amanda menyentuh lengan Anna.
"Yuk an.. " ajak Amanda

Wajah anna yang semula muram pun berubah seketika.

"Yuk.. mau kemana sih kita?" Tanya Anna dan mengekori Amanda.

"Antar.. alat dan bahan ini untuk praktik sains. Nanti kamu follow up ini setiap minggunya. Hari ini aku ajarin, next kamu udah mulai bisa gerak sendiri" ucap Amanda

Anna mengangguk mengerti. Mereka berdua pun menuju ruang gudang. Mengambil bahan yang sudah di siapkan dalam dua kardus.
Anna tentu membantu Amanda membawanya.

"Hah.. seneng deh an.. ada lu. Paling engga ada yang bantuin gua.."

"Kan staff yang lain banyak.." jawab Anna.

Amanda menggeleng "kalau masalah lapangan..yang lain pura-pura buta.. ya gitu egois.."

Anna memberikan cengiran.

"Na.. pokoknya kalau butuh bantuan langsung bilang gua ya.. kalau ada tutor atau guru yang ngeselin bilang gua aja.. biar gua yang ngadepin.." ucap Amanda

"Siaapp..."

"Kecuali Rey sih.. kan lu lebih kenal sama dia.. lebih bisa menaklukkan." Ucap Amanda.

Anna tersenyum. Sungguh iya tak ingin mendengar nama itu. Namun apa daya, bekerja disini mustahil tak mendengar nama itu.

"Emang dia nyebelin?"

Amanda mengangguk. "Banget tau.. paling susah di hubungin. Sok sibuk banget. Ya mungkin emang sibuk. Tapi nyebelin banget deh. Di chat kapan di bales kapan.. gitu deh.. orang-orang aja pada nyerah kalau ngehubungin dia"

Anna menatap Amanda yang bercerita dengan menggebu-gebu. Semakin nampak betapa Amanda berusaha menutupi perasaanya pada Rey.

"Emang lu ngga suka sama Rey kak?"

"Gua? Ih amit-amit. Cowok nyebelin kaya gitu. Engga banget deh. Ngga peka..mati rasa" ucap Amanda.

Anna tersenyum lagi. "Kalau dia yang suka sama kaka?" Tanya Anna.

"Kan.. mulai ngaco.. ngga mungkinlah.. bukan gua.. ada seseorang di hatinya.. dan ya entah siapa. Mungkin lo.."

Anna tertawa geli. Sesungguhnya ia merasa perih sendiri. Bagaimana bisa ia  masih berharap bahwa yang di katakan Amanda benar. Bahkan setelah apa yang Rey lakukan padanya.

.
.
.

Kedua wanitae itu nampak telah menyelesaikan tugasnya. Anna berjalan di samping Amanda. Ia baru menyadari dimana dirinya berada saat ini yaitu sekolah yang di pegang langsung oleh Rey saat Ia melihat Rey yang berjalan mendekat ke arah mereka. Dengan cepat Anna berpamitam pada Amanda dan menunu Toilet.

SIDES (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang