19

2.7K 314 39
                                    

'-Sejarah tak pernah mengajari kita bahwa merelakan itu mudah. Bahkam untuk sesuatu yang tak kita miliki-

Dengan segala kekuatan yang Anna miliki, ia benar-benar melarikan diri dari Rey. Apapun yang Rey lakukan tak ingin membuatnya kembali menemui Rey.

Ia bahkan tak tau apakah Ia masih mencintai Rey. Yang Ia tau saat ini ia marah pada Rey, pada keadaan. Meskipun ini pilihannya, tapi Andai saja Rey tak membuatnya untuk kembali bermimpi ia tidak akan seperti ini.

"Besok Ka rey pergi.. dia bilang dia ngga akan pergi kalau tidak bertemu kaka dulu" ucap Alea

Anna tak menyauti. Ia hanya melakukan hal yang saat ini sering ia lakukan tidur dengan memiringkan tubuhnya lalu diam.

Alma hanya dapat menghela napasnya. Ia tak memiliki kalimat apapun untuk memberikan penghiburan. Bukankah sejak awal ia sudah memperingati kakaknya.

"Mba.." panggil Alea

"Gua belum tuli" saut Anna

"Iya tapi mba mendadak bisu.. mbq tuh kenapa sih..? Emang ka Rey yang minta mba buat ngelapasin mimpi kakak? Ka Rey sudah susah payah buat  menyusun jalan agar mba bisa kuliah disana.. bukan ka Rey yang menghancurkan tapi mba sendiri. Mba yang membuat mimpi mba gagal lagi!"

"Lu ngga tau apa-apa jadi mending diem!" Bentak Anna.

Anna bangun dari tidurnya. Ia sungguh tak tahan lagi di sudutkan.

"Tau apa lu tentang mimpi gua? Tau apa?" Bentak Anna.

"Aku emang ngga tau apa-apa. Tapi yang aku tau.. yang menghancurkan semua mimpi mba itu mba sendiri.  bukan orang lain!" Ucap Alea

"Menghancurkan? Menurut mu untuk siapa aku hancurkan hah!"

"Apa kami minta? Apa kami pernah minta? Itu mba Anna.. mba Anna selalu melakukan hal yang menyakiti diri mba Anna sendiri, sampai mba Anna terluka lalu pada akhirnya mba anna nyesel ngelakuinn semua ini!" Ucap Alea

"Alea, berhenti" ucap Alma

"Biar.. biarin.. biar mba Anna juga tau.. juga tau kalau kita juga terluka.. terluka karna merasa bersalah,merasa bersalah menjadi penyebab mba anna memilih untuk berhenti kuliah. Kalau aku tau dari awal dengan sekolahnya aku mba anna akan berhenti kuliah..aku milih untuk tetap di kampung.. tapi aku ngga bisa ini udah kejadian.. yang bisa aku lakukan adalah jangan menyia-nyiakan pengorbanan mba anna. Tapi kita tau, sering..sering sekali mba Anna menatap kita sebagai orang yang menghambat semua ambisi mu.. semua mimpi mu.. mba selalu berkorban untuk hal yang seharusnya tidak perlu mba berkorban.. atau jika mau berkorban.. berkorban lah sampai akhir.. jangan membuat orang lain tersiksa dengan keputusan mu. Berkorban memang berat tetapi menjadi kami pun berat mba! " Jerit Alea

Anna terdiam, ia menatap Alea yang sudah menangis. Ia sungguh tidak tau bahwa adiknya merasa seperti itu.

"Setiap kali mama membahas tentang sarjana.. hatiku sama sakitnya seperti mu. Kenapa bukan kamu aja yang lulus.. mba Anna lebih pintar,mba Anna lebih cerdas. Tapi aku tidak ingin mengecewakan mu.. aku tidak ingin membuat mu semakin lemah. Apa orang-orang di sana menginjak mu? Mereka memanfaatkan mu atau mba sendiri yany mengajukan diri untuk diamfaatkan? Kalau memang itu pilhan mba.. jangan mengeluh!" Bentak Alea lagi.

"Dan sekarang ..apa ka Rey pernah meminta mba Anna memilih jalan ini? Pernah? Engga kan? Tapi mba Anna memilih ini! Mba yang milih! Kalau udah seperti ini tolong selesaikan mba.. apa menurut mba kalau mba seperi ini ka Rey akan pergi..? Engga akan mba.. dia ngga bakan pernah pergi.. dan mba tau apa yang akan terjadi? Tidak ada satupun dari kalian yang pergi. Keduanya hanya akan terluka. Mba yang milih ini jadi selesaikan.." ucap Alea dan meninggalkan Anna.

SIDES (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang