Di bandingkan pulang ke kosan yang sudah pasti ia akan tetap merasa sendiri meskipun ada orang lain. Anna memilih untuk pergi ke cafe. Satu gelas ice americano dan sepiring kentang goreng menjadi pilihannya. Tangan Anna terjulur di atas meja,kepalanya Ia rebahkan disana, tangannya mencoret-coret buku catatannya. Buku yang membuatnya menghasilkan banyak novel, meskipun tidak terkenal.
Ia tak ingin menulis apapun. Untuk apa juga? Ia lelah bermimpi lalu kembali gagal. Ia lelah berharap lalu tak tercapai. Ia lelah membohongi dirinya sendiri dengan menulis cerita membahagiakan, atau menuliskan kisah wanita yang terluka yang akhirnya akan bahagia. Pada kenyataannya ia tidak. Tidak ada nasib sebaik kisah di novelnya yang terjadi pada dirinya.
Bahkan menangis pun ia sudah lelah. Ia membenci semua hal yang terjadi, hal yang bahkan tak bisa ia temukan siapa yang Salah.
Di lihatnya grup WhatsApp keluarga yang ada di dalam ponselnya. Anna tak ikut membalas. Ia merasa tanpanya hadir pun, mereka tetap merasa senang.
.
.
.Masih dalam mode diamnya. Seperti biasa Anna sudah menyelesaikan pekerjaannya lebih dulu sebelum yang lain mengerjakan.
Karna itu ia memilih untuk beristirahat sejenak di taman, Amanda menghampiri Anna. Ia duduk di samping Anna dan bersandar di pundak Anna. Anna membiarkan saja. Terdengar suara napas Amanda yang sengaja di hembuskan dengan kasar."An.. " ucapnya Setelah merasa lebih baik.
Anna menatap Amanda.
"Hmm?"
"Lu pernah ngga sih ngerasa capek banget sama hidup lu sendiri..?" Tanya Amanda.
Anna tersenyum. Ia mengusap bahu Amanda.
"Ada apa man?"
Amanda nampak menghela napasnya. Air matanya terjatuh.
"Nyokap gua.." ucapnya dengan suara tangisan tertahan.
"Kenapa?"
"Nyokap gua makin parah.. bokap gua juga udah ngga bisa kerja.. dan adik gua yang kuliah mau cuti karna takut ngerepotin gua.. an.. gua harus gimana. Gua tau, apa yang gua alami masih biasa aja.. tapi ini berat buat gua.." ucap Amanda.
Anna mengusap bahu Amanda lagi.
"Gua harus gimana an?"
"Ngga harus gimana-gimana.. jalanin aja. Akan ada jalan sendiri nanti. Kalau lu lagi lelah sekarang.. ya istirahat dulu.. kalau nangis emang perlu ya nangis aja... Setelah ini semua pasti akan baik-baik aja. Setelah ini lu pasti tau apa yang mau lu lakuin kak" ucap Anna. Baginya ini adalah kalimat paling baik yang bisa ia ucapkannya saat ini. Jika Amanda sedang merasa lelah, sungguh ia pun sama. Sejuta maaf ingin ia ucapkan pada Amanda. Harusnya Anna bisa memberikan kalimat penguatan pada Amanda. Tapi sungguh saat ini tidak bisa.
"Manda.. gua cariin juga.." ucap Wawan yang akan mendekat membuat keduanya menoleh. Ada wawan dan Rey yang juga berjalan mendekat ke arah mereka. Amanda yang sedang menangis tentu saja panik. Ia tak mau di lihat orang lain. Anna yang mengerti itu pun langsung berdiri.
"Ka.. wawan.. eh pak wawan mau ambil daftar nama kan..Ayo" ucap Anna
Wawan mengangguk. "Anna ya? Wawan. Panggil aja wawan jangan pak-pak. Udah kaya apa aja" ucap Wawan yang masih berjalan mendekat.
"Nah..iya oke...kaka wawan.. yuk ambil" ucap Anna dan berjalan lebih dulu lalu di ikuti wawan. Sedangkan Rey masih di sana, menatap ganjil dengan apa yang terjadi. Amanda yang berfikir sudah tak ada orang pun menghapus air matanya, gerakan itu di lihat oleh Rey.
Rey mendekat pada Amanda. Ia duduk di kursi samping Amanda. Mengeluarkan sapu tangannya dan memberikannya pada Amanda tanpa mengatakan apapun.
Amanda menundukkan kepalanya semakin dalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
SIDES (Lengkap)
RomancePernahkah sekali saja, kau bertanya. Mengapa ia harus datang, lalu mengisi hati jika pada akhirnya kau tau ia tak di ciptakan untuk mu?