Anna nampak kebingungan dengan keluarnya Arvi.
"Baik, rapat selesai. Semua boleh keluar. Anna cek barang ulang ya sebelum di kirim. " Ucap Fira.
Anna mengangguk dan ia pun keluar dari ruang rapat.
Wawan pun menyusul Anna, untuk membantu Anna. Karna pergudangan memang bagiannya.
Fira,Rey,Naila dan Amanda masih ada di dalam ruang rapat.
"Saya mau bicara" ucap Rey
"Kalau bahasan mu adalah Anna, saya rasa cukup" ucap Fira
"Saya mau tau alasannya" ucap Rey
Fira menghela napasnya "kamu mengecewakan saya sebenarnya, biasanya kamu akan membawa orang-orang hebat. Hanya karna hubungan pertemanan mu, kamu akan membuat kantor kita rugi. Kamu tau kan dia kirim barang saja tidak bisa.. apalagi memegang projects sebesar PS" ucap Fira
"Itu bukannya hanya masalah kecil? Dulu Naila juga sering begitu sebelum di bagian sekarang." Ucap Naila
Fira masih tersenyum tenang "kalian itu baru di dunia kerja, kalian belum benar-benar tau apa yang terjadi sekarang" ucap Fira
"Dan Anna berbeda dengan kami, dia sudah bertahun-tahun ada di dunia kerja" ucap Rey masih berusaha tenang.
"Iya, sebagai pekerja kasar kan? Dia memang Ahli dalam membersihkan kantor, mengantar-antar. Tapi untuk urusan seperti ini dia baru. Dunia kerja dan kuliah itu tidak sama"
"Dia pernah bekerja di bank.." ucap Rey
"Sebagai apa? Penjual kartu kredit? Tidak ada membanggakann Rey. " Ucap Fira
"Bu.."
Fira tersenyum lagi "sudah, toh Anna pun bisa menerima kan. Dia sadar diri. Dia juga lebih suka mengerjakan pekerjaan kasar." Ucap Fira dan meninggalkan ruangan tersebut.
.
.
.Arvi mengendurkan dasinya, ia merasa begitu pengap. Karna marah, ia sungguh tak suka dengan cara kakaknya.
Arvi menghirup udara taman sedalam-dalamnya.Diam-diam Anna memperhatikan lewat kaca ketika ia berjalan dengan wawan.
"Kayaknya pak Arvi, suka sama kamu tuh" ucap Wawan dan menyenggol Anna
Anna terkesiap dan menoleh pada wawan.
"Jangan ngaco" ucap Anna
"Ya 4 tahun kerja disini.. baru kali ini liat pak Arvi kaya gitu.." ucap Wawan dan menunjuk arvi dengan gerak wajahnya.
"Sudah ayo.." ucap Anna dan mendorong wawan.
Anna menolak percaya hal-hal sedrama itu. Memanya siapa dirinya? Harus di sukai pria seperti Arvi. Jika dulu ia sangat suka berfantasi liar di sukai oleh atasannya, di umurnya yang tak muda lagi bagi Anna itu cukup.
Namun meski begitu ucapan wawan terus terngiang di kepalanya. Jiwa menulisnya mulai menyatukan potongan-potongan perhatian Arvi. Di mulai dari Arvi yang terus membelanya di depan Fira, Arvi yang memberikannya jaket, Arvi yang mengajarinya. Meski tampak marah saat rapat sebelumnya bukankah itu memang demi kebaikannya. Cara memberi perhatian orang berbeda-beda kan.
"Stop.. Anna. Jangan mulai. Apa belum cukup harapan kamu dengan Rey? Jangan mulai." Ucap Anna. Ia meminum minumannya dan tersedak saat melihat siapa yang datang duduk di hadapannya.
"Are you ok?" Tanya Arvi bingung.
Anna mengangguk dan mencoba menenangkan diri.
"Saya boleh duduk di sini? Semua kursi penuh" ucap Arvi
KAMU SEDANG MEMBACA
SIDES (Lengkap)
RomancePernahkah sekali saja, kau bertanya. Mengapa ia harus datang, lalu mengisi hati jika pada akhirnya kau tau ia tak di ciptakan untuk mu?