Hatchi..Hatchi...
Ini sudah ke 10 kalinya Anna bersin pagi ini. Seingatnya ia hanya kena air hujan dikit sekali, namun entah mengapa ia mengalami bersin yang parah seperti ini.
"Benar-benar tubuh ku sudah sangat menua..oh Tuhan dan kenapa wanita Tua ini harus engkau pertemukan dengan Anak kecil yang kurang ajar" keluh Anna seraya menggunakan blazernya. Kalau tidak karna hari ini ada pertemuan penting ia pasti sudaj memilih libur saja. Kepalanya benar-benar terasa pening dan juga hidungnya mulai terasa tersumbat.
Sekali lagi Anna memastikan bahwa wajahnya sudah terlihat fresh meskipun ia sedang sakit. Setelah di rasa cukup Anna pun meninggalkan apartemen nya.
.
.
.Lagi-lagi Rey hanya terdiam menatap layar laptopnya yang menampilkan email untuk Anna. Entah sudah berapa banyak email yang ia buat untuk Anna dan hanya menjadi draft saja. Rey mengepalkan tangannya dengan kuat, sebuah ingatan melintas di pikirannya. Ingatan terakhir dirinya tentang Anna. Apakah ia jahat tetap memilih pergi? Benarkah ia pergi hanya agar pengorbanan Anna tak sia-sia. Atau karna keambisuasannya. Karna memang ia yang tak benar-benar ingin merelakan kesempatannya. Mengapa Ia tidak bisa seperti Anna berkorban untuk orang lain. Dan mengapa Anna harua berkorban untuknya. Apa karna cinta? Apa cinta harus semembebankan itu? Ia bahkan tak melewati satu hari pun tanpa penyesalan. Penyesalan karna meninggalkan Anna. Mungkin saat itu Anna benar-benar hancur dan dia sendirian. Anna perlahan hancur di saat dirinya perlahan bangkit menyusun mimpi dan hidupnya.
Sekarang ia sudah memiliki apapun yang ia inginkan. Uang,jabatan, bahkan gelar profesor hanya tinggal beberapa langkah lagi di depannya. Tetapi ia tetap tidak bisa bahagia. Ia tak bisa bangga, apakah ibu dan ayahnya bisa bangga padanya?
Bagaimana ia mampu memberitahu orang tuanya kelak, bahwa ia sukses dengan menghancurkan mimpi orang lain, mimpi seorang wanita yang penting untuknya.
Apa kabar Anna?
.
.
.Tangan Anna menyeka hidungnya dengan tisu. Flunya semakin menjadi saja. Belum lagi karna pagi ini jakarta sudah gerimis. Yah, musim hujan di bulan Oktober telah datang.
Anna merampikan rambutnya dan sedikit menebas air yang membasahi blezernya sebelum ia masuk kesana.
Sebuah mobil yang sangat Ia kenal berhenti di depan Lobby hotel.
"Anak itu..mau ngapain lagi sih.." gerutu Anna
Anna sudah bersiap dengan segala omelannya kalau saja Anak itu tidak lagi-lagi membuat Anna terdiam membatu.
Pintu mobil Nick di bukakan dan turunlah seorang pria lengkap dengan setelan jas mahal berwarna biru dongkernya. Jas yang sangat pas dengan tubuh pemakainya layaknya jas yang memang sengaja di buat hanya khusus satu orang.
Kali ini Anna tak hanya tertegun, ia benar-benar tak mempercayai apa yang di lihatnya. Beberapa kali ia mengedipkan matanya untuk memastikan. Apa benar pria itu bocah yang kemarin ia temui. Anna bahkan mencubit kecil tangannya.
Pria yang nampak sangat rapi dan juga lebih tampan karna rambut cepaknya, melepas kaca mata hitamnya. Ia memberikan kunci pada petugas valet. Lalu dengan tangan yang masuk satu di kantung celananya ia pun berjalan melewati Anna begitu saja. Benar-benar hanya lewat, tanpa menoleh, menyapa atau apapun. Layaknya pria itu tak sedikit pun mengenali Anna meskipun jelas-jelas ia melihat Anna.
"Apa anak itu kembar?"
Anna menggeleng "bukan .. anak itu pasti adiknya. Tapi..tapi kenapa mirip sekali. "
"Ishh.. jangan bercanda.. kalau dia anak itu. Pasti sudah mengenali ku.."
Gumam Anna tak menentu, kejutan dari Nick kali ini benar-benar mematikan sebagian syaraf Anna. Anna benar-benar mengerti definisi terkejut yang sebenarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/194886878-288-k795376.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SIDES (Lengkap)
RomancePernahkah sekali saja, kau bertanya. Mengapa ia harus datang, lalu mengisi hati jika pada akhirnya kau tau ia tak di ciptakan untuk mu?