29

3.2K 323 53
                                    

Anna memperpanjang liburnya yang semula satu hari menjadi tiga hari. Dan selama itu juga Nick terus mengiriminya makanan meskipun Nick tak pernah lagi datang.

Anna menatap hujan di luar jendelanya. Rasanya seperti ia sedang di bodohi oleh pria lagi. Bukankah Nick terlalu jahat, menghilang begitu saja setelah banyaknya ucapan yang ia lontarkan. Ataukah ini memang cara Nick untuk membuatnya seperti ini?

"Apa menurut mu aku akan merindukan mu? Tidak akan.. aku bukan anak muda. Aku tidak akan terkena trick murahan mu" ucap Anna entah pada siapa.
Jelas sekali apa yang anna katakan berlawanan dengan isi hatinya karna saat ini saja Anna tampak begitu gelisah. Berkali-kali ia menatap ponsel. Anna tertawa miris.

"Siapa kamu berani menyuruhku untuk tak mematikan ponsel" ucap Anna kesal.

Ia pun mematikan ponselnya lalu kembali melempar pandangannya keluar jendela. Ia mencoba bertahan untuk tak menyalahkan kembali ponselnya. Namun ucapan Nick, sentuhan tangan Nick benar-benar mengganggunya. Senyuman yang tampak begitu mempesona, tatapan mata yang entah mengapa selalu nampak dalam hingga membuat Anna merasa berdebar.

Anna tak tahan ia pun kembali menyalahkan ponselnya meskipun dengan amat sangat kesal. Bahkan tanpa Anna sadari ia sudah menangis. Rasa kesal, Rasa marah, atau mungkin juga rasa rindu menyatu dalam diri Anna. Ia kesal, Ia marah ia merasa begitu bodoh. Bodoh mempercayai ucapan Anak kecil. Bodoh karna tak bisa benar-benar mengunci hatinya, Ia merasa jijik, jijik pada dirinya yang tidak bisa mengendalikan diri. Di atas itu semua ia merasa kecewa. Kecewa karna Ia mulai berharap lebih pada Nick dan Nick benar-benar hanya mempermainkannya menghilang tanpa kabar. Ia Rindu sekaligus khawatir. Bahkan untuk sekedar melampiaskan marahnya saja Anna tak tau harus apa.

Tepat saat itu pintu Apartemen Anna terketuk. Dengan cepat Anna melangkahkan kakinya kesana. Dengan setumpuk harapan bahwa itu adalah Nick.
Sayangnya bukan, hanya seseorang pengantar makanan.

"Ibu Anna?" Tanya pengantar itu.

Anna menganguk dengan kecewa.

"Kiriman dari pak Nicholas" ucap pengantar makanan. Anna pun hanya menerima saja.

Ia mengucapkan terimakasih sebelum menutup pintunya kembali.

Anna meletakan makananya diatas meja. Membiarkanya begitu saja. Ia pun hanya duduk dan menatapnya. Berusaha untuk tak menangis. Namun entah mengapa air matanya kembali terjatuh. Bukankah ia sudah terbiasa sendiri, namun kenapa saat ini ia merasa di abaikan, merasa jauh-jauh lebih kesepian.

Ponsel Anna berdering ia mendapatkan sebuah panggilan. Tanpa memikirkan apapun Anna pun mengangkatnya. Ia tak bicara, ia hanya ingin mendengar suara Nick.

"Halo, Assalamualaikum.."

Dan tangis Anna pun pecah begitu saja. Meskipun isakannya terus coba iya tahan. Mendengar Nick mengucap salam, seakan pertahanannya runtuh. Ia pikir Nick berbeda agama dengannya. Jika seperti ini dengan cara apa lagi ia berusaha untuk menjauh dari Nick.

Bahkan mendengar suara Nick saja, mampu membuatnya terisak.

Mendengar Anna menangis tentu saja sang pemilik suara menjadi panik. Apalagi di tambah dengan Anna yang tak mau mengatakan apapun. Selain menangis.

"An..kamu kenapa? Anna?"

"Anna jawab aku.. kamu sakit? Mana yang sakit.. aku panggil dokter ya?"

"Atau kamu bisa tunggu aku pulang?"

"Anna..Anna please jawab aku.. kamu kenapa ? ada apa?"

Setiap ucapan Nick membuat Anna semakin terisak saja. Dulu ia pernah merasa begini, merasa sangat rindu, berharap Rey sekali saja menghubunginya namun tak Rey lakukan. Dan saat ini Anna tau, tau bagaimana rasanya saat rindu terbalas.

SIDES (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang