Semua mata menatap iri pada Trisha, bagaimana tidak jika doctor terfavorit dan terkenal sulit untuk di dekati kini di gandeng oleh Trisha tanpa penolakan sedikit pun dari Rey.
Rey sibuk membaca laporan nya seraya berjalan melewati lorong.."Kenapa kamu bisa jalan sambil baca tanpa nabrak?" Tanya Trisha
"Aku sudah hafal jalannya.." jawab Rey singkat. Trisha mengkrucutkan bibirnya dan bersandar pada pundak Rey.
"Mereka melihat kita.." ucap Trisha
"Tentu saja, ini kampus dan kamu bersikap seperti ini" jawab Rey.
"Apa kalau dia yang seperti ini kamu akan tetap menjawab begitu?"
Rey berhenti,Ia melepaskan tangan Trisha dari tangannya.
"Ini yang akan aku lakukan padanya. Aku tidak pernah segan-segan menjadi diri ku saat dengannya. Jika tidak nyaman aku akan katakan dan sebenarnya tanpa perlu aku katakan dia akan mengerti apa yang nyaman dan tidak untuk ku. " Ucap Rey tegas dan meninggalkan Trisha dengan langkah cepat dan lebarnya.
"Rey.." panggil Trisha. Namun bukannya berhenti, Rey justru berjalan lebih cepat. Ia tak ingin Trisha melihat seperti apa wajahnya saat ini. Rey mengusap dadanya sendiri. Mengapa Ia merasa begitu sesak saat mengingat Anna, sebelumnya ia tak pernah merasa seperti ini. Ia tak pernah merasa semarah ini sebelumnya.
.
.
.Nick duduk di lantai, ia nampak memukuli kakinya sendiri.
"Ah.. sebentar lagi kaki ku pasti akan meminta pensiun" keluh Nick.Sebuah perekat hangat terulur di hadapannya. "Apa mereka tidak memberi tahu mu, ini di siapkan di kotak obat. "
Nick cepat-cepat berdiri dan membungkuk. "Bu maaf, saya hanya istirahat sebentar dan akan masuk lagi" ucap nick dan dengan cepat meninggalkan Anna yang kembali di buat terkesima oleh Nick.
Bocah itu apa memiliki kepribadian ganda? Dia benar Nick yang ia temui beberapa kali ini kan? Kenapa aneh sekali. Begitulah yang di pikirkan Anna. Anna bahkan nyaris tak berkedip menatap Nick yang bahkan telah kembali masuk ke dalam Restauran. Melihat Nick seperti itu jauh lebih mengejutkan baginya.
.
.
.
Jam kerja Anna sudah usai, seperti biasanya sebelum pulang Anna akan mampir ke sebuah tea room favoritnya. Anna menatap Nick yang sedang berjalan ke arahnya dengan tegas. Ia butuh menyesuaikan diri agar tidak kaget lagi dengan kelakuan Nick. Kali ini, nick seperti apa yang akan menemuinya."Ah.. seluruh tulang di tubuh ku terasa seperti akan lepas." Ucap Nick dan merebahkan dirinya di sofa depan Anna. Tak beberapa lama ia kembali duduk,meski masih bersandar dan ikut menatap Anna.
"Kenapa melihat ku, seperti itu? Baru pernah liat orang capek?"
Anna mengangguk "ah.. ini Nick yang semaunya."
Nick menatap Anna bingung. Anna menyerahkan plaster hangat yang tadi tak di ambil Nick.
"Ohh.. Aku sudah memakainya. But thank you..bisa aku pakai nanti. Apa tugas mu membawakan koyo juga untuk anak magang?" Tanya Nick
"Atau karna aku tampan?" Tambah Nick
Anna sungguh tak percaya dengan apa yang Ia dengar.. bagaimana bisa anak kecil itu bicata seperti iti padanya. Baru kali ini ia di perlakukan seperti itu, biasanya karyawan nya akan begitu menghormati nya.
"Saya melakukan ini untuk semua staff"
Nick mengangguk " jangan di teruskan.. tidak baik." Ucap Nick.
Anna sungguh ingin memutar bola matanya, bagaimana bisa seorang anak kecil menasehati tentang apa yang harus ia lakukan.
"Dimana letak tidak baiknya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SIDES (Lengkap)
RomansaPernahkah sekali saja, kau bertanya. Mengapa ia harus datang, lalu mengisi hati jika pada akhirnya kau tau ia tak di ciptakan untuk mu?