Part 8 - Masih Sama

1.3K 161 105
                                    

Budayakan vote dulu sebelum baca. Biar gak lupa. Typo maafkan.

Selamat Membaca.

Rebbeca Radinka Jordie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rebbeca Radinka Jordie

🍁🍁🍁
Suka belum tentu cinta, dan cinta belum tentu bersama.
🍁🍁🍁


Suasana mencekam yang Melody rasakan hari ini. Ia sama sekali tak berani menatap orang tuanya yang sedang menatapnya tajam. Melody meremas ujung roknya dengan kedua bibir yang terkatup rapat.

Sungguh indah kah lantai keramik, sampai-sampai dua remaja itu meniliknya hari ini? Kenn sama saja dengan Melody, hanya diam membisu duduk di sofa. Seharusnya sebagai laki-laki sejati ia berani menghadapi. Bukan ikut bersembunyi.

"Jadi gak ada yang mau jelasin, nih?"

Keduanya kompak mendongak hati-hati. Pandangan mereka bertemu dengan manik mata Heri, ayah Melody. Keduanya menelan saliva masing-masing.

"Ody, cerita deh sama Bunda. Kening kamu kenapa diplester?" Hilda ikut bertanya kepada putrinya. Dengan nada pelan namun mencekam.

Melody bingung harus menjawab apa. Padahal sebelumnya ia sudah berlatih dialog untuk menghadapi masalah ini di UKS tadi bersama Kenn.

"Kenn?"

Panggilan menusuk nan tajam itu keluar dari bibir Heri untuk Kenn. Seolah meminta kejelasan dari cowok itu. Dengan hati-hati, Kenn menatap ke arahnya.

"Sebenernya ...?" Ucapannya menggantung, membuat Heri dan Hilda menyipitkan mata, seolah menunggu jawaban selanjutnya. Kenn melirik ke arah Melody perlahan. "Melody jatuh terpleset di toilet. Terus kepalanya kebentur tembok deh."

Raut wajah terkejut terpampang jelas di wajah kedua orang tua Melody. "Maafin Kenn ya, Ayah, Bunda. Maaf, Kenn belum bisa jagain Melody seperti adik Kenn sendiri," lanjutnya dengan suara lesu.

"Maafin Ody juga. Ody gak bisa jaga diri baik-baik," timpal Melody.

"Astaga Ody, lain kali hati-hati dong kalo di toilet. Jangan sampe kepleset," Hilda menasehati.

"Iya, Bunda."

Hilda tak pernah memarahi Melody. Dia hanya khawatir kepada anak perempuannya jika kenapa-napa.

"Kenn, makasih ya sudah anterin dan jagain Melody. Maaf kalau selama ini Ayah ngrepotin kamu," ujar Heri. Dia sedah menganggap Kenn seperti anaknya sendiri sejak Kenn dan Melody masih kecil. Rumah mereka juga berdekatan. Jadi tak heran keluarga Kenn dan keluarga Melody dekat seperti nadi.

"Ayah sama sekali gak ngerepotin Kenn, kok. Justru Kenn seneng nganggap Melody sebagai adik sendiri." Sungguh, perkataan Kenn membuat Melody menghangat. Lama sekali ia ingin kasih sayang dari seorang kakak.

Love Is Music Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang