Menunggu?
Kok makin ke sini makin sepi sih. Ramein dong.
Happy reading.
🍁🍁🍁
Ada hal yang sulit dilakukan. Meskipun sudah berulang kali pura-pura melupakan, namun tetap saja sebuah impian yang terpendam akan terungkapkan.
🍁🍁🍁Melody sebal. Dia sudah bercerita panjang lebar, namun Kenn masih tetap menatap layar ponselnya.
Cowok itu sedang bermain game WormsZone. Game yang baru-baru ini menjadi game favoritnya.
"Kenn, daritadi lo dengerin gue cerita gak sih?" Melody mengguncang-guncang lengan Kenn. Namun cowok itu masih enyandarkan kepalanya pada ranjang dan fokusnya masih melihat ponsel.
"Iya gue denger. Lo jangan ganggu gue mulu ah. Mati nanti cacing gue." Kenn mendengus sebal.
"Bodo ah, bodo. Daritadi gue ngomong sama lo berasa ngomong sama patung tau nggak?" Melody kesal. Dia melanjutkan aksinya. Masa bodo dengan omelan Kenn padanya.
"Yah. Nabrak." Kenn memandang Melody. ''Lo sih. Kalo lo gak ganggu gue udah dapat dua juta nih bobotnya. Ah, ganggu aja lo."
"Oh, jadi gue ganggu lo gitu." Melody berdiri. "Oke, gue balik."
Belum sempat Melody melangkah, Kenn mencekal tangannya. "Jangan dong. Sini dulu."
"Percuma gue di sini, lo
sekarang gak mau dengerin gue lagi. Pacaran aja sana sama cacing di game lo itu.""Gak usah marah. Sini duduk." Kenn menepuk-nepuk sisi ranjangnya.
Melody melirik Kenn, lalu duduk di samping cowok itu.
"Sekarang lo mau cerita apa? Gue dengerin nih?"
"Daritadi lo gak dengerin gue berarti ya? Ih, nyebelin banget. Udah cerita panjang lebar juga. Gue udah cerita dari A sampai Z, lo masih di nol ternyata."
Kenn menghela napas. "Sebenarnya gue denger lo ngomong apa. Cuma mau ngetes lo aja. Beneran marah nih ternyata?"
"Tau ah, sebel gue. Makanya kalo ada orang ngomong tuh di dengerin, jangan asik sendiri." Melody masih kesal dengan sikap Kenn tadi padanya.
Cowok itu tersenyum tipis. "Mau denger pendapat gue gak?"
"Tentang apa?"
"Tentang hal yang barusan lo ceritain."
"Maksud dan tujuan gue cerita ya memang minta pendapat plus saran dari lo, Kenn.... Gimana sih? Ganteng-ganteng kok nyebelin."
Melody heran sendiri. Cewek-cewek banyak yang mendekati sahabatnya itu. Bilang dia ganteng lah, keran lah. Dan banyak lagi pujian-pujian untuk sahabatnya itu.
Namun mereka tidak tahu sikap asli Kenn yang menyebalkan, keras kepala, dan terkadang emosional.
Meskipun begitu, Kenn adalah cowok terpeka yang Melody punya. Mampu memahami perasaan Melody.
"By the way, makasih udah bilang gue ganteng." Kenn meletakkan ponselnya di atas nakas. "Jadi kak Kaiden itu Abang ganteng yang dulu pacaran sama kak Cinta?"
Tadi Melody sudah menceritakan hal yang dialaminya di sekolah. Tentang dia yang bertemu Kaiden, dan bercerita panjang juga bersama Rebbeca.
"Iya. Kehadiran mereka ngingetin gue sama impian gue tau, nggak? Menurut lo gimana?" Melody bimbang. Dia butuh saran dari seseorang. Dan saat ini, hanya Kenn yang bisa diandalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Music
Roman pour Adolescents[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Gitar Exel Julian, merupakan vokalis dari Axellez, band terkenal di sekolahnya. prestasi-prestasinya telah diketahui orang-orang sekitar. Bahkan band yang dia bangun melalui ekstrakulikuler sekolahnya kini telah terkenal di...