Part 54 - Welcome Melody

683 76 53
                                    

Alhamdulilah bisa update.

Hayo siapa yang nungguin?

Happy Reading guys.

Play list kamu || Kejar Mimpi - Maudy Ayunda

🍁🍁🍁
Hidup ini penuh sandiwara, di mana manusia berjalan di atasnya. Kadang seseorang berperan baik sebagai teman. Ada juga yang terang-terangan memerankan antagonis. Namun tidak jarang yang bersikap manis, dibaliknya ada maksud egois.

🍁🍁🍁

(❤°_°❤)

Melody tidak bisa terus-terusan diam ketika ditanya oleh kedua sahabatnya. Namun ini bukan waktu yang tepat untuk menghentikan semua.

"Mel, kalau lo gak mau jawab pertanyaan kita, gak papa. Yang penting lo ngomong dong."

Kenn sudah dari tadi membujuk Melody, namun gadis itu hanya diam. Jika menjawab hanya melalui gelengan atau anggukan kepala saja.

Melody mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Dia tak kuasa menahan senyum ketika melihat Kenn dan Willona kebingungan dan mencara cara supaya dia berbicara dari kursi depan.

Mobil sport milik Kenn berhenti parkiran sekolah.

Mereka bertiga melangkah bersama di koridor. Kenn berada di sisi kanan Melody, sedangkan Willona berada di sisi kiri Melody.

Ketiganya mengernyit ketika lewat di koridor anak kelas sepuluh siswa-siswi yang berada di sana tersenyum pada mereka, tidak, lebih tepatnya pada Melody.

"Mereka lagi latihan iklan pepsodent apa ya? Senyum-senyum gitu." Kenn mencairkan suasana dengan kekonyolannya.

"Mana ada latihan iklan rame-rame, Kenn," ujar Willona, menimpali.

"Ih ada ya. Orang di tipi bilangnya 9 dari 10 anak mengalami gigi berlubang." Kenn menirukan dialog iklan yang pernah ia lihat.

Willona geleng-geleng melihat tingkah pacarnya, sedangkan Melody memutar bola mta mas. Mereka melangkah ke tangga. Banyak orang yang membawa bunga dan memberikannya pada Melody.

"Ini, Mel buat lo."

Itu ucapan orang-orang yang memberikan bunga pada Melody. Walaupun bingung, Melody tetap menerimanya. Dia teringat kata bundanya agar tidak menolak rezeki.

"Mel, lo mau ditembak cowok ya?" tanya Kenn.

"Ya enggak lah. Deket sama siapa aja enggak."

Kenn tersenyum. "Wah akhirnya lo ngomong juga, ada hikmahnya lo di kasih bunga."

Melody menggerutuki bibirnya sendiri. Tapi sebenarnya dari tadi dia tidak bisa diam terus. Perut Melody saja sampai sakit karena menahan tawa.

"Lo ultah kali? Makanya mereka ngasih bunga," pendapat Willona.

"Udah lewat bulan lalu, Will."

Akhirnya mereka memutuskan lanjut berjalan. Baru beberapa langkah, mereka kembali berhenti. Rombongan anak membentuk barisan berbanjar membawa spando.
Melody membacanya dengan pelan.

Love Is Music Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang