Part 38 - Dendam

892 96 43
                                        

Hola Readers.

Update lagi nih.

Cie-cie yang udah nungguin.

Jangan lupa pencet tombol bintang di bawah ya.

Happy Reading.

🍁🍁🍁
Dewasanya seseorang itu dilihat dari seberapa bijaknya dia dalam mengambil keputusan, bukan melakukan kejahatan karena merasa terkalahkan.

🍁🍁🍁

"Loh, Mas. Ini, kan, bukan jalan menuju rumah saya?"

Melody membulatkan matanya. Ini bukan jalan menuju rumahnya, melainkan jalan kecil menuju hutan. Pepohonan adalah pemandangan yang Melody lihat di kanan kiri.

"Mas mau nyulik saya?"

Melody semakin ketakutan. Seharusnya dia tidak asal masuk ke taksi. Tapi rasa kasihan itu yang telah membawa dirinya dalam bahaya.

Supir itu melirik Melody dari spion mobil. Bibirnya mengembangkan senyum sumir saat melihat Melody ketakutan. "Gue mau bawa lo ke bos gue."

Bos? Siapa?

Banyak pikiran yang membendung di kepalanya. Dia takut terjadi apa-apa padanya.

Diam-diam, Melody mencari kontak di ponselnya, untuk meminta bantuan terhadap seseorang. Melody ingin mencari nama Kenn, namun sebelum hal itu terjadi, suara tegas mengintrupsi.

"Heh? Lo ngapain. Mau telepon polisi ya? Awasnya kalo coba-coba! Mau mati lo?!"

Ucapan itu membuat Melody terlonjak. Orang itu sepertinya tahu apa yang sedang dilakukan Melody. Dengan cepat Melody memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Enggak. Gue gak mau mati!" Melody menggeleng dengan air mata yang bercucuran di pipinya.

"Tolong! Tolong! Tolong gue diculik tolong!" teriak Melody, berharap ada seseorang yang menolongnya.

"Heh, diem lo! Percuma minta tolong, gak bakal ada yang nolongin lo. Ini jalanan yang sepi." Orang itu mengeluarkan senyum smirk-nya.

Ya, memang, jalanan ini sepi. Tapi apa salahnya dia meminta tolong? Siapa tahu ada orang yang lewat.

"Lo mau bawa gue kemana sih? Berhentiin gak mobilnya? Gue bilang berhenti!"

Merasa geram, orang itu mengambil sebuah pistol yang kemudian di tudingkan pada Melody. Namun satu rangannya masih fokus menyetir mobil.

"Diem gak lo? Lo mau gue bunuh disini?! Huh! Jawab!" Orang itu terus melajukan mobilnya dengan sesekali melirik kebelakang sembari menyodongkan pistol.

"Enggak. Jangan bunuh gue. Gue diem."

"Bagus." Orang itu tertawa. Melody menuruti ucapannya.

Bunda, Ody takut.

Melody memeluk erat tasnya. Menyalurkan segala keresahan hatinya.

"Ya Tuhan, tolong Ody," gumam Melody lirih.

Dia takut orang itu akan menjualnya. Atau menyuruhnya untuk mengemis di jalan? Bisa juga untuk meminta tebusan. Melody takut jika hal itu terjadi. Jika orang itu meminta tebusan, pasti dalam jumlah banyak. Dan ayahnya hanya bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan. Bukan menejer maupun CEO.

Love Is Music Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang