Part 19 - Tak Pernah Tahu

1K 127 55
                                    

Yuhu.

Update lagi nih.

Mana suaranya..

Happy Reading Readers.
  

  ~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sampai kapanpun kamu tak pernah tahu. Bahwa dibalik sikap egois, ada rasa sakit karena menahan tangis.
 

              ~~~~~~~~~~~~~~~~~~

                          🍁🍁🍁

Lingkaran hitam terdapat di bawah mata Melody. Gadis itu menangis semalaman, sehingga hal itu dapat terjadi. Perkataan Kenn begitu mengganggu pikirannya. Hatinya sedih, sehingga air matanya luruh  begitu saja.

Kini ia berdiri di depan cermin. Memoleskan bedak untuk menutupi kehitaman di bawah matanya itu. Biasanya dia hanya menyapu wajahnya dengan bedak tipis, itupun hanya bedak bayi. Namun kali ini berbeda. Dia menggunakan bedak yang diberi Hilda pada ulang tahunnya yang ke 16.

"Bunda kenapa ngasih kado Ody make up?"

"Itu biar kamu semakin cantik sayang." Hilda tersenyum, mengusap rambut anak perempuannya.

"Jadi selama ini Ody gak cantik?"

"Kamu cantik kok nak." Hilda merapihkan kado dari teman-teman Melody yang masih berserakan di kasur." Tapi kamu kan cewek, harusnya kamu belajar dandan juga dong biar cantik."

"Kaya kak Cinta?"

Hilda memandang Melody datar. Sama seperti dirinya, anak perempuannya itu belum bisa merelakan kepergian Cinta. "Kalian berdua anak Bunda yang cantik-cantik." Hilda memeluk Melody hangat.

"Iyalah Bun, kitakan cewek. Kalo cowok ganteng dong," canda Melody, kemidian ia melepas pelukannya.

Hilda terkekeh mendengar ucapan putrinya. "Yaudah ini. Kalo kamu gak mau pakek simpen aja. Kalo gak kasih Willona."

Melody menerima kotak pemberian Hilda dengan cepat. "Eh jangan, Bun. Ody simpen aja. Siapa tahu sewaktu-waktu perlu."

Gadis itu kembali menyimpan make up pemberian Hilda setelah selesai mengenang hari dimana usianya bertambah satu tahun.

Hilda begitu menyayanginya. Sebelum kakaknya pergi Hilda tak pernah membeda-bedakan mereka.

"Kakak," gumamnya, dengan wajah yang masih menatap cermin. Dia begitu mirip sang kakak ketika wajahnya dipoleskan bedak.

Merasa puas melihat dirinya sendiri. Melody menggendong tas sekolahnya. Bergegas menuruni tangga, bergabung dengan Heri dan Hilda yang tengah sarapan.

Keluarga ini sering meluangkan waktu untuk sarapan ataupun makan malam bersama. Hal ini dilakukan supaya keluarga mereka lebih harmonis.

Jika jam makan siang mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Melody yang masih berada di sekolah, Heri yang tengah bekerja, dan Hilda yang tengah mengurus toko roti miliknya.

"Sarapannya yang banyak, Ody. Biar asam lambung gak kumat lagi," ucap Heri, melihat anaknya mengambil nasi dan lauk pauk ke piring.

Mendengar ucapan sang ayah membuat Melody tersenyum kikuk. Alasannya kemarin pulang lebih awal dia bilang jika asam lambungnya kambuh. Bukan karena kepalanya terkena bola basket lemparan Gitar.
Jika Melody memberi tahu yang sebenarnya, maka Heri akan mencari cowok itu dan memberinya pelajaran. Sama seperti dulu ketika Cinta diusili oleh teman cowok sekelasnya.

Love Is Music Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang