Sekarang harris sudah di perbolehkan untuk pulang, tante dan om ia sudah pulang karna ada urusan pekerjaan.
Tinggalah dafgam rafa dan harris, harris ia belum sembuh sepenuhnya, walaupun masih sedikit pusing tetapi harris tetap ngotot minta pulang.
“Pulang naik apa?” tanya harris.
“Jalan aja gimana? Biar dafgam yang bawa baju-baju lo”.
“Boleh juga, gam lo balik duluan gih sekalian lo bawain barang-barang gue yah, gue mau berduaan sama cewek gue, lagian lo kan harus bimbel”.
“Mmm ya udah deh lo berdua hati-hati”.
“Iya”.
Dafgam ia pulang lebih dulu membawa semua barang-barang milik harris, dengan sangat terpaksa ia harus ke apertement milik abangnya dulu baru ke tempat bimbel, terpaksa karna apertement dan tempat bimbelnya itu sangat berbeda arah.
Harris dan rafa ia pergi menggunakan mikrolet, untung saja rafa masih memiliki uang.
Mereka turun di pinggir jalan karna ada pedagang kerak telor. Harris yang sangat ingin makan kerak telor.
“Ris beneran turun?”.
“Iya, kenapa?”.
“Gk apa-apa”.
Harris dan rafa ia duduk di pinggir jalan menunggu bapak-bapak yang sedang membuatkan satu kerak telor untuk harris, di sore hari ini sangat ramai banyak anak-anak kecil yang berlari-lari kesana kemari.
“Mba mas ini sudah jadi”.
“Iya terima kasih”.
“Ya sama-sama”.
“Rafa, rafa” harris menepuk pundak rafa.
“Eh ada apa?”. Menoleh
“Mau ngk?”. Mengagkat satu piring yang berisi kerak telor.
“Mmm ngk, lo aja yang makan gue udah kenyang”.
“Beneran?”. Mengagkat satu alisnya.
“Iya, abisin aja”.
“Iya udah kalo ngk mau gue abisin, tapi awas aja. Kalo lo minta ngk bakalan gue kasih”. Harris memakan kerak telor itu dengan sangat enak sehingga membuat rafa ingin menyicipnya sedikit.
“Ris” menarik ujung baju harris.
“Paan” .
“Minta dikit boleh?”
“Ngk, kan lo sendiri yang bilang gk mau”.
“Ya gue kan tadi” menggantungkan kalimatnya.
“Tadi apaan” dengan mulut yang penuh dengan kerak telor.
Rafa langsung mengambil kerak telor yang tinggal sedikit itu dan langsung memakannya, mulutnya terasa terbakar karna masih panas.
“Woy masih panas itu” bentak harris.
“Bodo amat” tersedak.
“tuh kan!” harris menepuk pelan punggung rafa “Makannya kalo di suruh makan bareng-bareng tuh nurut jangan belagu”. Memberikan minum.
“Ya ya tadi kan gue belum laper”. Alibinya
“Terus sekarang laper?” tanya.
“Iya”. Nyengir.
“Ya udah cari makan aja gimaa?”. Ujar. Rafa menganguk mengiyakan.
Rafa dan harris pergi mencari warung atau penjual nasi yang terdekat di sekitaran sini.
Dan beruntung saja ada warteg.“Mau makan apa?”. Tanya harris.
“Ayam balado, orek tempe sama kamu” ujarnya.
“Dih, kalo gue gk mau gimana?”. Mengagkat satu alisnya.
“Ya udah gue sama dafgam aja”.
“Ya elah jangan dong gue kan cuma bercanda” merangkul bahu rafa.
“Bu, Ayam goreng sama sayur lodeh satu, terus Ayam balado sama orek tempe sambelnya banyakin”.
Tau saja kalau rafa sangat suka dengan sambal, memang harris sangat peka jadi orang.
“Iya”.
Harris dan rafa makan bersama hanya ada dentingan sendok yang terdengar. Harris ia makan tidak menggunakan sendok, tetapi menggunakan tangan karna makan pake tangan lebih nikmat ketimbang menggunakan sendok itu kata harris.
Mau tidak mau rafa juga makan tidak menggunakan sendok. Memang benar enak makan tidak menggunakan sendok.
Setelah membayar semuanya rafa dan harris pulang karna waktu sudah sangat sore dan ponselnya rafa terus saja berbunyi tertera nama mamahnya yang menelfonnya.
“Makasih buat hari ini”. Ujar harris.
“Iya sama-sama kembaliannya ambil aja buat beli permen” terkekeh.
Harris dan rafa pulang menggunakan taksi yang melintas di depannya, harris menyuruh supir taksi untuk ke alamat rumah rafa terlebih dahulu dan setelah itu baru ke apertementnya.
★★★
“Dari nama aja ko sore baru pulang?”.
“Astagfirullah”.
“Kenapa? Kaya abis ngeliat setan aja?”.
“Ya abang bikin rafa kaget aja!”. Ketus “Ko ada di rumah? Kata abang seminggu?”.
“Abangkan pinter” menepuk dada.
“Ya udah rafa mau masuk awas-awas”.
Rafa melihat mamahnya yang menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.
“Mamah” mencium punggung tangan mamahnya. “Kenapa mah ngeliatinya sampe segitunya”.
“Sudah makan?”.
“Udah ko”.
“Ya udah nanti malem ikut sama Mamah sama abi kita makan malem sama-sama” tersenyum.
“Tumben ada acara apa? Biasanya juga ngk boleh makan di luar?”.
Memang rafa dan keluargannya jarang sekali makan di luar ia selalu makan di rumah, abinya selalu melarang karna takut tidak higienis ini lah itu lah bla bla dan masih banyak lagi, maklum papahnya adalah seorang dokter.
Mamahnya pergi begitu saja. “Bang tau?”.
Abangnya mengedikan bahu.“Aneh”. Melengag pergi ke kamarnya.
Tbc.
Terimakasih yang sudah mau membaca..
Jangan lupa tinggalkan vote yah satu vote anda sangat bermakna bagi saya....
Miradeidaraw

KAMU SEDANG MEMBACA
DAFA RAFA (Selesai)
Teen FictionRank # 1 watsy 5 oktober 2019 Rank #1 watsy 22 september 2019 Rank #1 watsy 3 Desember 2019 Rank #1 tenlove 22 februari 2020 Rank #2 perjodohan 6 maret 2020 Rank #1 rumit 2 april 2020 🗣 Cerita dewasa 📢untuk kalian-kalian yang masih di bawah umur 1...