♥Dafa Rafa #22♥

12.3K 180 0
                                    

Ia tidak tau kalau ia harus berangkat ke bandung sekarang, rafa tidak tau kalau acara pernikahannya di bandung. Kenapa semua orang tidak memberitahunya kalau ia akan menikah di bandung dan di masjid milik keluarga dafa.

Sepanjang perjalanan ke bandung, rafa ia tidak ingin berbicara semua orang, ia hanya memainkan ponselnya saja.

“De”. Panggil abangnya.

Menoleh dan mengangkat satu alisnya dalam artian 'apa'.

Mencium pipi adiknya.

“Bang apan sih lo maen cium—cium aja!”.

Terbahak“Nah gitu dong! Orang dari tadi lo diem aja, orang mau nikah ko ga ada semangat —semangatnya gimana sih!”.

“Ya gue mau ngomong apaan, kalian aja ga ngasih tau kalau rafa nikahnya di bandung!”.

Mamahnya yang duduk di depan pun menoleh “Gimana mau ngasih tau! Orang kamu aja ga peduli sama pernikahan kamu, mamah aja semalem mau ngomong kamu maen pergi—pergi aja!”.

“Tapi kan mah, seenggaknya....”.

Potong abinya“Seenggaknya apa fa? Udah jangan ribut abi pusing dengernya”.

★★★

Keluarga dafa ia sudah berangkat dari tiga hari yang lalu, karna menyiapkan segalanya.

Pengurus masjid atau bisa di sebut marbot sudah menyiapkan segala keperluan untuk pernikahan dafa, dafa di sana terkenal sangat baik ramah dan peduli terhadap sesama, banyak orang-orang yang berdatangan di kediaman Kakek Basuki  Datten. Kakek Basuki adalah orang kaya tapi ia tidak pernah sombong dengan kekayaanya.

Ia mewakafkan tanah miliknya yang berada tidak jauh dari rumahnya hanya saja berjarak 10 meter. Biaya untuk membuat masjid ia yang menagung semuanya.

Para tetangga semua datang membantu untuk menyiapkan segalanya.

“Terima kasih kalian sudah mau membantu, maaf sudah merepotkan” ujar Basuki.

“Iya sama-sama, pak Basuki ga perlu sungkan untuk minta bantuan” ujar ibu—ibu.

Basuki Datten adalah seorang duda, istrinya sudah meninggal 2 tahun yang lalu, ia tidak mau merepotkan ketiga anaknya ia lebih memilih tinggal di bandung bersama dengan kedua pembantu dan satu tukang kebun, karna banyak kenagan—kenagan bersama istrinya yang harus di jaga. Anak pertama bernama Pradipza Datten papahnya dafa, anak keduanya Whildan Arya Datten ia belum menikah sampai sekarang ia sibuk dengan bisnisnya yang berada di semarang, Bungsunya bernama Astri Whidya Datten.

“Assalamualaikum, Papah Astri datang”. Memcium kedua pipi papahnya.

“Waalaikumsalam, Tri dimana anak—anakmu? Maksutnya papah dimana harris? Ko hanya Hadi?”. Memeluk putri bungsunya.

“Harris tidak ikut dia sedang ada acara bersama dengan teman-temannya”.

“Apa ia lebih memilih dengan teman-temannya ketimbang acara pernikahan abangnya?”.

“Bukan begitu pah, harris sudah tidak ada di rumah satu minggu yang lalu”.

Dafa mendengar ribut—ribut di luar ia segera turun dari kamarnya “Kakek, kakek harris udah ngasih tau ko kalo ia tidak bisa datang ko” ujar dafa menenangkan Basuki.

“Ya sudah, taruh barang-barangmu di atas, telfon abangmu kapan dia akan datang”. Ujar Basuki sebelum pergi.

“Ia pah”. Ujar astri.

“Cie calon pangantin baru, tante kira kamu boong waktu itu ternyata beneran siapa nama pengantin prempuannya?” tanya tante astri.

“Rahasia! Nanti juga tau”. Melengag pergi.

“Dasar!”.

★★★

Ponselnya rafa terus berdering yang menelfonya adalah harris, rafa mengeser tombol hijau.

‘Halo fa?’.

‘Iya ris ada apa?’

‘Kamu di mana? Aku di depan rumah kamu tapi ga ada yang bukain pintu, kamu ada di rumahkan?’.

‘Gue....gue lagi liburan sekeluarga’.

‘Ya udah yah gue matiin hp gue lowbet soalnya’.

‘Eh entar.... Dulu’ tutttt.

Rafa mematikan ponselnya, ia tidak mau harris tau kalau ia akan menikah besok, ia tidak bisa membayangkan itu.

“Siapa?”. Tanya abangnya.

“Bukan siapa —siapa”. Gugupnya.

“Harris?”.

“Gue bilang bukan siapa—siapa juga!”.

Setelah lamanya di perjalanan akhirnya sampai juga di penginapan yang mamahnya sewa.

“Ya udah rafa kamu mandi terus tidur aja dulu”. Ujar mamahnya

“Ia mah”.

Rafa hanya bisa berpasrah saja mungkin benar jika jodohnya ialah dafa, rafa mau bisa apa lagi. Besok ia akan menikah, membayangkan saja rafa tidak bisa.

—————

Rafa di bangunkan pagi—pagi sekali untuk di rias, jujur saja rafa tidak tau acara apa yang di pakai di acara pernikahanya atau pun yang lainnya, yang rafa tau ia tinggal beresnya saja. Yang mengurus surat—surat pernikahan hanya dafa saja, pernah ia sekali pergi bersama dengan dafa untuk mengurus semuanya.

Subhanallah rafa berbeda dari biasanya ia terlihat sangat cantik, sampai—sampai abi dan abangnya pangling melihatnya ia tidak percaya bahwa putri bungsunya yang ia sayang menikah hari ini.

Untuk merias wajahnya membutuhkan waktu satu jam setengah, akad nikah pukul 09:00 rafa masih punya banyak waktu.

Entahlah ia biasa saja tidak gugup sama sekali.

“Anak abi subhanallah abi sampe pangling liatnya”. Mengapus cairan liquid yang mengalir dari pelupuk matanya.

“Abi jangan sedih dong” menghapus air mata abinya.

“Gimana abi ga sedih putri bungsu kesayangannya abi akan menikah hari ini dan akan jadi istri orang”. Memeluk putrinya.

“Ya kan abi juga yang mau nikahin rafa, abi tenang aja rafa ga bakalan tinggalin abi”

“Sayang” mengelus kepala putrinya “Sekarang kamu akan jadi tanggung jawab orang lain yang bukan lain akan jadi suamimu, abi cuma minta sama kamu tolong hargai dan hormati suamimu sama kaya kamu menghargai dan menghormati abi yah” tersenyum.

“Jaga suamimu, kamu harus maju paling depan kalau suamimu sedang mengalami kesulitan dan kalian harus saling melengkapi melindungi satu sama lain”.

“Inget kata—kata abi yah”.

“Iya abi”.

“Ingat kalo lo ada masalah apa—apa sama suami lo telfon abang ya” ujar rei.

“Sihap bang”.

Semuanya berpelukan menagis.



Tbc








DAFA RAFA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang