♥Dafa Rafa #19♥

12.2K 189 5
                                    

Hari ini adalah acara graduationnya dafgam, dafa berniat mengajak rafa untuk menghadirinya tapi bukannya ia tidak mau, rafa mau mau saja tapi pasti di sana ia akan bertemu dengan harris itu yang ia tidak mau, harus bertemu dengan harris.

“Gue ga bisa soalnya ga enak badan” alibinya. Rafa tidak peduli walaupun dafa sudah menjemputnya di rumah.

“Lo sakit apa emang?”.

“Biasa prempuan, hari pertama soalnya”.

“Mmm, mau gue beliin sesuatu?”. Tanya dengan gugup.

“Ga perlu, udah lo sono pergi takut acaranya udah mulai, salam aja ke dafgam”.

“Owh ya udah gue pergi”.

“Hati—hati di jalan”. Dafa mengacungkan ibu jari.

Berbalik“Kalo ada apa—apa kabarin gue”. Ujarnya sebelum pergi.

Hubungan dafa dan rafa sudah terjalin cukup lama tapi diantara keduanya masih belum ada benih—benih jatuh cinta, mereka membuat janji untuk tidak akan saling jatuh cinta satu sama lain atau pun menyentuh jika ia akan menikah nanti. Tapi saling peduli satu sama lain.

★★★

“Lah bang datengnya sendirian? Bukannya lo bilang mau nyusulin rafa?”. Tanya dafgam.

“Ya tadi gue udah kesana tapi dia ga bisa katanya, salam aja sama lo”. Menepuk pundak dafgam

“Ya udah bang gue mau cari harris dulu, lo sama papah aja”. Dafa menngagguk mengiyakan.

Dafa ia pergi menghampiri bunda dan papahnya, yang sudah duduk sedari tadi.

Harris ia sedang mencari keberadaan rafa, ia akan mengatakan semuanya kepada rafa kalau ya liat waktu itu tidak sesuai apa yang ia bayangkan.

“Woyyy lo lagi cari siapa?, dari tadi celangak—cekinguk ga jelas” dafgam mengejutkan harris dari belakang.

“Eh lo gam, ini gue cari rafa”.

Batuk“Lo masih nyariin dia?” tanya dafgam “Bukannya lo sama dia udah ga ada hubungan?”.

“Iya, tapi gue masih sayang sama dia gimana dong, soal kejadian waktu itu dia salah paham, sebelum gue balik gue mau liat dia untuk yang terakhir kalinya aja”.

“Dia ga bakalan dateng”. Melengang pergi.

Harris sudah menceritakan semua kejadian yang waktu itu terjadi kepada dafgam, bahwa semua yang terjadi itu hanya salah faham saja.

‘Seadainya harris tau kalau rafa dan dafa sudah akan segera menikah nanti, gimana nanti dengan perasaan harris, tapi dafgam akan berjanji kalau ia akan selalu berada di samping harris saat ia tau kalau dafa dan rafa akan menikah’ batin dafgam

Harris tercengag pasalnya masa ia dafgam bisa tau kalau rafa tidak akan datang, dia tau dari mana?siapa?.

Apa mungkin rafa tidak akan datang sekarang, jika memang ia tidak akan datang sekarang, berarti sudah tidak ada harapan lagi kalau harris masih ingin bersama dengan rafa, tapi sebelum ia pergi harris ingin menemuinya sekali saja untuk yang terakhir kalinya saja, itu pun kalau rafanya mau.

Acara ini berlangsung secara meriah, semuanya foto bersama, tidak terasa semuanya berjalan begitu sangat cepat, secepat air yang mengalir, padahal berasa baru kemarin masih dalam bimbingan masa orientasi siswa atau disingkat(MOS), tapi sekarang semuanya harus sibuk mengejar cita—citanya masing-masing, 3 tahun begitu sangat singkat masa nakalnya sekarang harus berakhir. Masa—masa labil masa jatuh cinta dan masa yang belum mengerti apa arti hidup yang sesungguhnya.

“Ris?”. Menepuk pundak putranya.

Menoleh“Eh mamah, ada apa mah?”.

“Pacarmu yang waktu itu apakah ia tidak datang? Mamah ingin sekali bertemu dengan pacarmu”.

“Mmm.....dia sedang sakit jadi ia tidak bisa datang”. Alibinya.

“Sakit? Bagaimana dengan keadaanya? Apa begitu sangat parah?”.

Harris pun tidak tau kenapa mamahnya sangat peduli dengan rafa, pasalnya setiap harris menggenalkan pacarnya, mamahnya bersikap seperti biasa saja tapi tidak dengan rafa, ia selalu menanyakan keadaan rafa terus sedangkan putranya sendiri tidak di tanya, apakah mamahnya sudah mengangap rafa seperti anaknya sendiri.

“Tidak, hanya saja kurang istirahat saja”. Tersenyum samar.

“Tante?”. Panggil dafa.

“Daniel” menoleh.  Astri atau bisa di bilang mamahnya harris memanggil dafa dengan nama waktu kecilnya yaitu daniel dan sampai dengan sekarang.

Astri adalah adik dari papahnya dafa yaitu pradipza. Astri ia ikut bersama dengan suami yang tinggal di tangerang. Astri ia adalah seorang wanita karir sedangkan suami ia pengusaha swasta yang cukup maju, astri ia selalu bulak—balik jakarta tangerang untuk melihat putranya.

“Apa kabar? Gimana pekerjaan kamu baik? Di rumah sakit apa ada yang kamu taksir prempuan?” tanya astri sambil meledeki dafa.

“Alhamdulillah tan, baik. Lancar cuma namanya kerja ya begitu lah” tersenyum.

“Syukurlah, gimana kapan nikah?” tertawa.

“2 minggu lagi” terbahak. Astri dan harris ikut tertawa mendengarkan ucapan dafa tadi dafa selalu begitu asal ucap saja.

Astri dan harris mengaminkan kata—kata dafa tadi “Aminnn” bersamaan “Dan, cari jodoh itu ga sama kek kamu cari sepatu di toko yang pilih—pilih langsung beli” ujar astri “Tapi semoga kamu ga bohong sama tante” senyum.

Padahal dafa berkata serius tapi kenapa tantenya tidak percaya, ya sudahlah tidak penting.

“Terimakasih, dan. Kamu sudah menjaga anak tante, kamu juga sudah memperbolehkan harris tinggal di apertement kamu”.

“Tante tidak perlu sungkan” dafa menepuk pundak harris “Dia sama saja seperti adiku sendiri”.

“Dimana papahmu?”.

“Sedang duduk di parkiran”.

Acara demi acara pun sudah selesai sedari tadi, tetapi masih banyak yang sibuk mengabadikan moment—moment terakhirnya.

Astri harris dan dafa pergi menju parkiran, ternyata di sana semua anggota keluarganya sedang berkumpul.

“Bang”. Mencium punggung tangan abangnya “Gimana apa kabar”.

“Astri, dari mana saja kamu aku mencarimu dari tadi tidak ada, yang aku liat cuma suamimu saja”.

“Ah, tadi aku berbicara dengan dafa tadi” ujarnya “Mba apa kabar?” mencium punggung tangan amaliah.

“Alhamdullilah baik”.

Kedua keluarga akbar dan pradipza, semuanya berkumpul di rumah pradipza, merayakan kelulusan dafgam dan harris karna mendapatkan nilai yang sangat baik.

Tbc

Assalamualaikum temen—temen silent readrs....

Gimana?

Masih setia ga nungguin kelanjutannya?
Hayoo.

Ditanya tuh jawab bukan diem aja.

DAFA RAFA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang