DIFOME~10

116 35 0
                                    

"Sumpah dah, panas banget baris disini!" Firsya dari tadi gelisah, kemudian ikut duduk disebelahku.

"Sabar aja! Besok di Padang Masyar jauh lebih panas membara!" Hanaira memutar bola matanya malas. Yaelah ni anak yang satu nggak berhenti ceramah.

Kami sedang melakukan upacara Senin, seperti biasa persekolahan. Huh! Squad Tumant berbaris dibagian terik matahari. Sedangkan yang kena sangsi atau hukuman. Berteduh dibawah pohon sana. Kenapa sih hidup ini nggak adil?!

"Ceramah mulu lo Ivi!" Monica ikut duduk diantara aku dan Firsya. Beginilah kelakukan kami yang sangat teleladan. Orang semua berdiri tegap, kami malah ducan alias duduk cantik.

"Ivi itu ngingetin kita! Bukannya sok-sok an!" Bela Cherly.

"Berisik tau nggak! Kiwa nggak suka! Udahlah Kiwa capek!" Kiwa yang lebay ini juga mengikuti duduk disampingku. Kami melepas penat dibebatuan.

"Berdiri gih! Ntar ditegor guru mampos!" Sinis Hanaira. Yaelah santuy aja bro!

"Hah! Sudah sudah! Berhenti beributnya!" Monica menundukan pandangan kelelahan. Kasihan banget deh ama Tumant yang satu ini. Fisiknya nggak memungkinkan untuk bertahan. Karena kemarin Monica baru usai demam.

Batinku seketika berfirasat. Aku merasakan sesuatu yang begitu dalam. Seolah-olah, membawaku kesebuah perpisahan dari Squad Tumant. Tuhan, apa yang akan terjadi selanjutnya? Kenapa dari diriku muncul rasa yang membuat bahagiaan akan kutinggalkan?

Oh tidak! Apakah ini sebuah kode? Atau mungkin pertanda. Sesuatu yang buruk akan terjadi? Jujur, aku tak ingin! Dan tak mau! Semua firasatku terjadi. Aku harus positif thinking!

>_<>_<>_<

Dari kamar bunda, terdengar suara tangisan begitu deras. Aku yang rusuh akan terjadi apa-apa. Langung menerobos masuk.

Tubuh bunda terlihat begitu lemah. Ia masih menangis begitu deras diatas kasur. Aku pelahan mendekat kearahnya. Aku masih bertanya-tanya. Ada sesuatu apa yang terjadi dengan bunda.

"Bun? Bunda kenapa?" Aku memberanikan diri berbicara duluan. Aku menyentuh bahu bunda dari balik tubuhnya.

"Sa-sayang! Kak Velisha!" Bunda membalikan tubuhnya, lalu memelukku erat. Aku bahagia bisa setelah lama diperlakukan bunda seperti ini. Akan tetapi, aku juga tak tega melihat bunda menangis tanpa jelas. Dan menyebut nama Kak Velisha.

"Bunda kenapa? Cerita sini sama adek!" Ya memang kuakui, panggilan manjaku Bersama bunda dulu adalah "adek". Aku jadi rindu dimanja bunda.

Bunda mendongakan kepalanya, menatapku begitu dalam. Wajah bunda sembam, membuatku terbawa suasana.

"Kak velisha mengalami kanker otak" Perkataan bunda mengejutkanku. Aku menutup mulut menggelengkan kepala tak menyangka. Ini terasa mimpi!

Bunda mengambil nafas dalam lalu berkata, "Kemungkinan besar sembuh lima puluh persen, jika melakukan operasi" bunda mempererat pelukannya.

Tak kusadari, air mata ikut turun perlahan. Memang kuakui, daku sangat iri kepada Kak Velisha. Tapi, ketika ia mengalami penyakit mematikan itu Argh! Aku tak bisa menyangkal semuanya!

"Sayang, bunda mau semester depan Vasha pindah sekolah ya?!" Bunda meregangkan pelukan kami. Apa hubungan penyakit dengan sekolah.

"Untuk apa bun?" Akupun menghapus air mata, yang sempat membasahi pipiku sesaat.

Bunda mengambil nafas dalam, ia sepertinya tak sanggup lagi bicara, "Bunda akan menyekolahkanmu ditempat yang berkualitas. Ke Boarding school modern. Mau ya nak?" Wajahnya begitu penuh harapan. Hingga membuatku tak bias memberi jawaban.

Mendengar "Boarding" saja, aku berpikir seribu kali lipat. Apalagi menjadikan itu tempat tinggalku esok ini. Aku juga nggak rela banget pisah ama Squad Tumant. Mereka yang menjadikanku bertahan sampai sekarang.

"Hiks Vasha nggak mau! Adek nggak mungkin melakukan itu!" Aku menggelengkan kepala.

Bunda terlihat begitu lesu mendengar jawaban dariku. "Maaf bun, aku belum bisa menjadi yang kau inginkan".

"Nak, bunda berharap sekali sama Vasha. Cuma kamu yang kami punya" bunda menggenggam tanganku. Aku menundukan pandangan.

Apa yang harus kulakukan? Menerimanya? Tentu saja mustahil! Menolaknya? Aku nggak tega lihat bunda disakiti! Tuhan, kenapa nasib tak bersahabat denganku?!

Aku terdiam sesaat. Memikirkan hal yang begitu panjang. Aku takut, apa yang akan terjadi kedepannya. Aku benar-benar tersesat dalam teka teki hidup ini. Hidup sungguh mengejikan!

Sementara bunda yang berada disampingku. Menangis semakin deras. Aku tak tau apakah bunda menangisi Kak Velisha, atau aku yang tak ingin menuruti kehendaknya. Aku takut, duniaku akan berubah drastis setelah itu.

Pada akhirnya, usai berpikir panjang. Aku memberanikan diri mengatakan "Iya" kehadapan bunda langsung. Aku siap resiko apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan kegemparan apa yang menghampiriku setelah ini. Ya! Karena aku sudah terbiasa berada diposisi bawah!

Selamat tinggal Atha, yang selalu open disaat kubutuhkan. I'm sorry, akan pamit tanpa memberi tahumu.

Good bye Squad Tumant. Percayalah bahwa aku akan merindukan kalian selalu. Terimakasih atas kekonyolannya selama ini. Aku akan pergi meninggalkan kalian dimasa. Dan kembali dimana dunia sudah jauh berubah.

"AKU TAK MELUPAKAN KALIAN!!!"

***

Terimakasih sudah menjadi pembaca setia DIFOME! SARANGHEO READERS!

By: Geochim💛


Different From Me [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang