Rutinitas aku dan Azmi setiap sore menjelang malam adalah belajar di perpustakaan. Berhubung lagi try out, lumayan ramai dan sedikit bising disini. Namun, tak menganggu konsentrasi untuk belajar. Selang beberapa detik ketika buku sudah sibentang, dan laptop sudah nyala. Datanglah sosok gangguan, yang nggak asing bagiku.
"Gu-gue boleh join sama kalian?" dari suaranya sudah memastikan Aldric. Aku sama sekali tak meliriknya, dan terfokus pada buku saja.
"NGGAK!!!" tukasku cepat. Rasain dia dibentak seorang Vasha!
"Lah? Kenapa? Kan..."
"Males banget bantuin orang yang datang pas butuhnya doang!" aku memotong cepat pembicaraan Azmi. Sesekali nge gas nggak apa-apa jugalah kan.
Tak tau apa reaksi Aldric selanjutnya, yang jelas ia pergi begitu saja dari hadapan kami. Baguslah, aku harap dia sadar dan tak mau mengusik kehidupanku lagi, setelah bentakkan dariku tadi.
Sesuai dengan jadwal ujian besok, kini kami membahas matematika. Pelajaran itu mengingatkanku kapada Kak Velisha. Sang perempuan yang begitu mahir dibidang tersebut. Aku merindukan ucapannya 'pacar Justin Bieber, mantan Zayn Malik, dan jodoh Shawn Mandes' Begitu konyol dan ngakak didengar.
Tetapi, semua sudah lenyap, senyuman, tawa, sekalipun kebahagiaan Kak Velisha hancur ketika kanker otak hinggap ditubuhnya. Begitu tak disangka, semua ini kehendak kuasa. Harusnya, bukanlah Kak Velisha yang pantas mengalami penyakit itu, kenapa bukan aku?
Akukan sudah tak berguna dikeluarga itu! Kenapa tak aku saja kanker? Mengapa harus Kak Velisha? Ketika Kak Velisha meninggal semua keluarga besar menangis haru. Bagaimana jika aku yang pergi nanti? Akankah terjadi hal yang sama? Tak memungkinkan!
"Kok lo nangis?"
Aku tersentak dari lamunan tadi. Saat ku raba wajahku basah. Apa yang aku lakukan? Kenapa aku membuat diriku kembali sedih setelah sekian lama.
"Vasha, kalau kamu nggak siap untuk matematika besok, setidaknya jangan bikin aku khawatir!' Azmi membuat posisi wajahku dan dia saling tatap-tapan.
Kali ini aku ragu untuk membalas tatapan matanya. Bukan bermaksud lain, tapi satu hal yang membuatku risih. Yakni pikiran yang sempat menggangguku sesaat. Hingga mengembalikan sikapku yang kurang percaya diri dulu.
"Hei, Vasha." Azmi masih berusaha agar aku berbicara. Ia menegakkan daguku. Kini aku berani melihat mata Azmi yang cukup coklat mengkilap.
"I-iya, kita lanjut aja." mulutku yang awalnya turun kebawah, kini kembali tertarik keatas. aku tersenyum padanya, dan mengalihkan pandangan kebuku dihadapanku.
Azmi sepertinya mengerti keadaanku sekarang. Ia hanya diam dan fokus latihan soal saja.
Aduh! Aku gagal move on dari masa laluku. Padahal selama dua tahun terakhir ini aku sudah membuat janji pada dirku sendiri untuk melupakan kenangan yang kelam. Heuh! Ntah kenapa tiba-tiba memoriku kembali berputar.
Sedang asik-asiknya belajar. Eh, tiba-tiba lampu malah padam. Karena saking kagetnya, aku berteriak lantang.
"JIMINNN!!!"
Tak sadar apa yang aku ucap dan lakukan barusan. Pokoknya aku lagi memeluk erat lengan Azmi sembarang. Tak peduli apakah Azmi akan marah. Kalau pengen sih dipending dulu. Terlebih, aku takut kegelapan.
"Tenang, ada aku." Azmi menepuk jemariku dan megenggamnya erat. Dia peka banget deh jadi cowok.
Ketika seklar hidup. Aku mengambil nafas lega. Tapi sayangnya tanganku masih belum mau lepas dari Azmi.
"Eh? Kalian?"
***
Masih setia kan jadi readers DIFOME. Kalau udah ngehilang, maaf, author cuman bisa semampunya😔
By: Geochim💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Different From Me [ENDING]
Novela Juvenil{SUDAH TERBIT TERSEDIA DI ONLINE SHOP} Kisah seorang kpopers, bernama Vasha. Selalu merasa terbebani akan hidupnya. Dunia ini seakan kelam, saat keluarganya merendahkan. Sampai datang sosok lelaki, yang memuaskan hati Vasha Bersama oppa Koreanya. Mu...