DIFOME~23

66 25 0
                                    

Aku menuruni anak tangga dengan hentakan kaki keluar dari rooftop. Betapa kesalnya aku saat ini.

Oh Tuhan! Kapankah cobaan menjauh dari hidupku? Aku heran kenapa diganggu melulu sama rombongan Aldric brengsek itu.

Dan kini, dengan terpaksanya aku kembali menjadi Budak anak itu. Aku menuju kantin dengan wajah seakan-akan ingin memakan orang. Semua yang ada disekitarku heran dan selalu mengalihkan pandangannya kepadaku.

Terserah orang menganggap apa. Tujuanku saat ini hanya menuntaskan tugasku sebagai mantan Budak Aldric.

"Mbak saya pesan bakso tiga, nggak pakai seledri, kol, sama daging ya. Terus bakso nggak pakai kecap sama seledri lima, dan juga mie rebus nggak pakai kuah" ucapku setelah sampai disana. Aku aja yang bicara nggak ngerti dengan barusan yang kukatakan. Apalagi si mbak kantin yang udah kebingan dengar perkataanku.

"Lah? Mie rebus nggak pakai kuah, mana ada non"

Aku terdiam sesaat dan berpikir panjang. Mustahil bangetkan kalua aku balik lagi dan bertanya kepada rombongan brengsek itu.

"Argh! Terserah mbak gimana lah, yang jelas mereka mesen gitu!" Aku menggaruk tekuk. Sementara dibelakangku sudah ramai dengan antrian.

"Baik mbak, sebenta ya!"

Aduh! Si Aldric ini ngerjain atau minta tolong? Malu-maluin aku saja! Dasar psikopat!

>_<>_<>_<

"Aldric, lo ngapain sih manggil gue di jam belajar gini?" Aku berdiri berdecak pinggang diluar kelas.

"Sst! Kecelin suara lo! Sekarang ayo cabut!" Ajaknya yang membuatku berpikir beribu kali lipat.

Hari gini masih cabut? Nggak main banget gayanya!

"Urusan kita udah selesai! Jadi tolong menjauh dari gue!" Emosiku meluap, aku benar-benar nggak bisa ngontrolnya lagi.

Tapi, Aldric bukannya mendengarkan perkataanku. Sekarang ia malah menarik tanganku hingga aku mengikuti langkahnya. Kayaknya dia nekat ngajak aku bolos.

Mengendap-ngendap melewati kelas dari ujung keujung, dan berakhir dipagar belakang sekolah lah aksi kami. Saat Aldric menghentikan langkahnya, aku melepas kasar tangan kami.

"Aldric, lo sebenarnya mau apa sih dari gue?!"

"Manjat pagar!" Perintahnya begitu mencengangkan. HELLO?! Dia mau aku mati sekarang ini ya? Nyuruh panjat pagar setinggi ini?!

"Naik!" Aldric jongkok meletakkan tangannya diatas paha. Aku ini berat, nggak mungkin banget nginjak benda sekecil itu.

"TIDAK!" Tolakku dengan cepat. Beribu kalipun dia menyuruhku aku tetap nggak mau!

Aldric kemudian berdiri lalu mengeluarkan isi sakunya, dan menyerahkannya padauk, "Nih!"

Aku membuka mata lebar melihat benda yang dikasih Aldric adalah photo card BTS. Tanganku begitu cepat menerima benda tersebut. Dibelakang photo nya bertuliskan "Official" dan ini pasti mahal.

Jujur selama ini aku belum pernah makai yang official official an. Apalah dayaku pengagum barang kw. Dijamin aku nggak bakal nolak!

"Puas?"

Aku menganggukkan pandangan memberi jawaban. Lalu Aldric kembali keposisi semula, diiringi Aku naik ketubuhnya.

"Lo berat banget Vasha!" Rintih Aldric kesakitan. Salah dia sih ngapain mau aja diinjak-injak.

"Gue makan nasi bukan temen!" Jawabku santai. Barulah beberapa detik kemudian aku dan Aldric berada dikawasan luar sekolah.

Saatku lihat kesekeliling, ada beberapa yang berubah dari sebelumnya. Udah lama juga aku tak melihat dunia luar. Beginilah nasib anak asrama, yang selalu dikurung dan dikekang.

"Ikut gue!" Aldric mengenggam tanganku dan membawaku pergi.

Kami berjalan beberapa meter dari tempat semula. Adric berhenti berjalan ketika kami sampai didepan sebuah took yang begitu asing bagiku.

"Masuk!" Ajaknya yang duluan kedalam.

Aku terdiam kaku melihat bacaan didepan "Starbuck" Maksud Aldric ini apaan sih ngajak aku ketoko ginian? Mau marah tapi takut malu, mau masuk tapi lagi kere. Sialan banget hidup gua!

***

Terimakasih sudah menjadi pembaca setia DIFOME! SARANGHEO READERS!

By: Geochim💛

Different From Me [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang