"Chil! Lo lihat buku BTS Life gue nggak?" Aku sibuk mengotak atik rak buku disudut ruangan. Lama setelah aku memanggil Chilla, ia tak memberikan respon apapun.
Perasaan tadi Chilla dikamar lah, apa dia keluar mengambil jatah makan siang? Untuk memastikannya aku membalikkan tubuhku. Untungnya Chilla masih berada disini. Aku kira sudah pergi.
Tapi yang anehnya, Chilla terduduk kaku diatas kasurnya. Akupun mendekat, dan rusuh akan terjadi sesuatu pada Chilla.
"Chil?"
Barulah Chilla melihat wajahku. Aku masih tak nyaman, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Kemudian Chilla menyerahkan sebuah amplop kehadapanku tanpa berkata sepatahpun.
Aku langsung mengambilnya dari tangan Chilla. Sambil merobekkan kertas itu, aku berpikir isinya apa. Sungguh berharapnya aku ini uang dari bunda atau ayah. Karema lebih dari tiga bulan aku tak dibekali disini.
Akan tetapi lama kelamaan, tidak ada menandakan warna merah atau biru. Sempatkah Jimin atau oppa lainnya mengirimkan ini kepadaku? Aku sangat berharap iya!
Dan akhirnya isi amplop tersebut adalah sebuah surat. Aku membaca tulisan yang tak begitu asing bagiku. Berantakan, dan sedikit kotor. Ternyata, ketika sampai diakhir surat, tertulis nama pengirim.
Stevan Aldric, nama yang tak asing bagiku. Ia menuliskan pemohonan maafnya selama ini. Akhirnya anak itu mendapat hidayah juga. Walaupun tak tau asalnya dari mana.
"Vasha? Pas gue libur lo diapain sama Aldric?" Chilla menampakkan wajah cemasnya.
"Mmm nggak ada tuh. Mungkin Aldric nulis surat ini mau minta maaf karena udah budakin aku"
"Nggak! Dia pasti ada berbuat yang lain! Lo nggak kenapa-napa kan? Gue serius!" Chill memeriksa wajah dan badanku.
Gini nih kalau ketemu ama Chilla. Dramanya nggak main!
"Santai aja deh Chil! Gue baik-baik kok! Lagian kalau Aldric macem-macem gue panggil seangkatan wamil Korea!" Kataku menahan wajah tertawa.
"Iiih! Orang lagi serius lo nya malah becanda mulu!" Chilla memayunkan bibirnya, membuatku gemas.
"I'm feeling just fine fine fine!" Aku berucap dengan irama lirik lagu BTS I'm FIne.
Sampai kini aku masih bingung dengan Aldric. Kadang dia menyeramkan, dan kadang hatinya bisa tersentuh juga, seperti mengirimku surat ini. Intinya mulai sekarang hidupku akan tenang tanpa diperbudak lagi.
>_<>_<>_<
"Permisi!" Aku membuka pintu rooftop perlahan. Yang disambut pemandangan Aldric serta genk nya.
Aku memberanikan diri untuk mendekat. Karena sudah terbiasa melihat wajah genk Aldric, jadi bagiku tak begitu menyeramkan lagi.
"Aldric, boleh bicara sebentar?" Pintaku dengan nada lirih.
"Eh elo. Ngapain kesini? Mau bantu buatin gue pr lagi ya? Yaudah ambil tuh di asrama!" Ini nih yang nggak aku suka bicara ama macan. Belum sempat orang jelasin, dia udah nyelonong aja.
"Bukan Aldric! Aku cuman mau bilang makasih!"
"Nggak usah pakai ucapan segala! Rempong amat jadi cewek!" Anak itu bukannya membalas dengan baik, malah dengan nada keras. Akukan mulai bicaranya lemah lembut, malah si Aldric bentak-bentak nggak jelas.
Aku mengambil nafas kasar dan berdecak pinggang, "Ok kalau gitu! Bye!!!"
Belum sempat aku berbalik tubuh, Aldric sudah memanggilku lagi.
"Dari pada lo pergi tanpa jejak, sekarang lo beliin makanan kesukaan kami dikantin!" Aldric menyerahkan uang berwarna merah kepadaku.
"IDIH!!! Siapa banget kalian!" Tolakku cepat.
"Lakuin atau kembali jadi Budak gue!" Ancamnya yang membuatku tak bisa melawan. Kenapa sih psikopat kayak dia nggak musnah aja!
***
Terimakasih sudah menjadi pembaca setia DIFOME! SARANGHEO READERS!
By: Geochim💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Different From Me [ENDING]
Teen Fiction{SUDAH TERBIT TERSEDIA DI ONLINE SHOP} Kisah seorang kpopers, bernama Vasha. Selalu merasa terbebani akan hidupnya. Dunia ini seakan kelam, saat keluarganya merendahkan. Sampai datang sosok lelaki, yang memuaskan hati Vasha Bersama oppa Koreanya. Mu...