DIFOME~35

85 21 0
                                    

Dua puluh empat jam yang lalu Chilla dilarikan ke Rumah Sakit. Aku terpaksa memberitahu pihak asrama, soal percobaan bunu diri Chilla. Walaupun aku tau, Rumah Sakit yang akan ditempati Chilla bukan fisik. Melainkan Rumah Sakit Jiwa.

Hatiku dari kemarin gelisah tak kuruan. Aku merasa tak nyaman, sebelum mengetahui penyebab semua ini terjadi. Aku tau kemana harus pergi sekarang. Apalagi kalau bukan bertanya langsung pada Azmi.

Hanya membutuhkan waktu beberapa detik, sampailah aku di rooftop sekolah, tempat yang biasa dihuni Azmi. Baru saja membuka pintunya, aku langsung disambut pemandangan lelaki yang terduduk sambil menundukkan pandangan.

"Permisi."

Azmi menegakkan kepalanya, ia tersenyum tipis, aku membalasnya. Lalu Azmi berdiri menghampiriku.

"Kangen ya? Sampai nurut kesini," ia terkekeh pelan. Aku ingin marah melihat Azmi bertingkah seperti ini. Dia nggak sadar, bahwa Chilla menderita karnanya?

Kali ini aku nggak boleh tertipu daya oleh lelaki yang sudah membuat sahabatku hancur.

"Lo ngomong apa ke Chilla? Sampai-sampai dia nekat gitu." aku melipat tangan didada, menatapnya tajam.

"Gue tolak." jawab Azmi dengan santai.

Aku melebarkan mata, "Lo kok tega banget sih? Chilla itu suka sama elo!" aku bersuara lantang.

Azmi menundukkan pandangan, aku merasa dia menyesal. Tapi, beberapa saat kemudian, Azmi mengatakan sesuatu yang tak enak didengar.

"Tapi, dihati gue udah ada cewek selain dia."

Aku mengambil nafas dalam, sebelum bicara, "Lo punya gebetan. Terus kenapa lo baperin dia? Ngasih dia barang-barang berharga. Kalau niat lo cuman mau menfaatin tubuhnya, nggak usah baperin dia dari awal!" semoga saja Azmi bisa sadar setelah ini.

Wajah Azmi terus menatap kebawah, dia benar-benar menampakkan kekecewaannya. Lalu, Azmi kembali menatapku, ia maju beberapa langkah mendekat. Tangannya memegang bahuku erat.

"Gue suka sama lo."

Ha?

Kenapa Azmi mengatakan itu setelah aku mulai perlahan melupakannya. Aku akui dulu pernah menyukai lelaki itu. Tapi, kini sudah berbeda. Rasaku bisa saja berpindah ke hati yang lain. '

Aku juga ingat, kalau dia pernah menyuruhku untuk menunggunya. Tapi, aku berpikir itu tak mungkin. Semuanya terlambat!

"Lo bercanda? Dihari gini baru ngungkapin perasaan? Bodoh!" aku melepas kasar tangan Azmi yang menghinggap dibahuku.

Kami bertatapan cukup lama. Kemudian Azmi menyodorkan kepalanya kedekat ku. Lalu tangan kanannya menarik pelan daguku. Matanya perlahan tertutup. Ia berkata sebelum kejadian.

"Sepertinya selama ini kurang ya. Untuk mengungkapkan perasaanku."

Aku masih kaku tak mengerti perasaan Azmi. Lama-lama hidung kami menempel. Aku membelakkan mata, sadar apa yang akan dilakukannya.

Plakk

Dengan cepatnya tanganku menampar pipi Azmi. Azmi membuka mata lebar. Aku menangis, telah menyakiti orang kusukai.

"Ma-maaf." aku mengenggam kedua tanganku, dan menundukkan kepala.

"Mancing amarah gue lo ya!" Azmi menarik kasar tanganku. Ia menyeretku ke Gudang. Aku berusaha melepaskan diri ditengah isak tangis ini. Namun, kuatnya Azmi mengalahkan tenagaku.

"Lepas!"walau aku sudah menjerit. Azmi tak melepaskanku sedikitpun. Malahan, ia menarikku lebih kasar.

Aku hanya pasrah. Azmi menghempas tubuhku kesudut Gudang itu, ketika baru masuk.

"Azmi, jangan!" teriakku ketika tubuhnya mulai mendekat.

"Sorry Vasha, gue nggak tahan lagi." ia melepaskan rompinya, lalu...

***

Heuh, lelah hayati😓. Tapi masih semangat kok😄. Demi readers yang setia!😘

By: Geochim💛

Different From Me [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang