DIFOME~34

67 22 0
                                    

Hari ini aku tak bisa mengikuti proses belajar mengajar. Disebabkan karena badanku yang panas karena sakit. Ternyata diriku tak hanya terkena sakit hati, namun sakit jasmani juga.

"Vasha kalau demamnya naik bilang ke mom ya." ini Mom Yuli, dia adalah Pembina asrama kelas dua belas.

"Iya mom, kayaknya udah membaik deh." aku meraba keningku untuk memastikan.

"Bagus kalau begitu." Mom Yuli lalu membelai rambutku, "Nih, mom ada sesuatu."

"Wow! Dari siapa mom?" aku menerima bucket buah yang terlihat segar. Berharap itu dari Jimin. Tapi tidak mungkin.

Dasar aku dikeadaan gini masih sempat halu-halunya.

"Tadi ada anak asrama putra yang ngasih, sebelum mom kesini. Katanya untuk Vasha."

"Hah?" aku membuka mulut lebar. Siapa yang berikan? Azmi? Sepertinya tak mungkin.

"Mom tinggal dulu ya sayang. Cepat sembuh." mom mengecup keningku. Aku masih terdiam kaku memegang bucket buah-buahan tersebut.

Ketika mom keluar, meninggalkanku sendirian. Tanganku membuka plastik yang menutupi buah-buahan. Saat sedang mengeluarkan buah dari tempat itu. Aku melihat sebuah surat. Dan membacanya.

Aku tersenyum sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tersenyum sendiri. Surat ini begitu menyentuh hati, dan mengesankan. Ditengah kesedihan ini, dia datang menghibur diriku.

Aku semakin penasaran. Dilihat dari tulisannya, itu bukan Azmi. Tulisan yang berantakan dan sedikit kotor berkecamuk. Sepertinya aku sering melihat tulisan ini. Namun siapa ya? Jadi penasaran deh.

>_<>_<>_<

Hiks Hiks Hiks

Samar-samar kudengar suara tangisan. Tidurku terganggu, aku akhirnya memaksakan diri bangun. Mataku terbuka kearah jendela, hari sudah gelap, hanya menampakkan beberapa cahaya dari rumah penduduk saja.

Aku membalikkan badan. Darahku berlesir, ketika pemandanganku teralih ke seseorang memegang pisau sambil menangis deras. Siapa lagi kalau bukan Chilla? Tak menunda waktu, aku pergi menghampirinya.

"Chil, jangan sakitin diri lo!" aku berusaha melepaskan pisau itu dari tangan Chilla. Namun, Chilla mengenggamnya erat.

Terjadilah perebutan antara aku dan Chilla terhadap benda tajam itu.

"Chil! lepas!" aku terus berusaha, dan Chilla masih keras kepala.

Srakk

Akhirnya pisau itu tertusuk kearah lemariku yang membuat jejak bolong.

"Lo puas hah?" wajah Chilla begitu menampakkan stress. Sepertinya depresi Chilla kambuh. Aku tau apa yang harus kulakukan. Yakni memanggil Mom Yuli, agar Chilla mendapatkan perawatan yang baik!

Different From Me [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang