DIFOME~19

84 30 0
                                    

Azmi begitu egois mengabaikan Vasha, yang sudah Lelah mencegahnya untuk menemui Aldric di rooftop Asrama Putra. Vasha pasrah, ia hanya bisa berdoa agar dua lelaki tersebut tak membuat keributan siang hari ini.

Tapi, Vasha tak menyerah begitu saja. Karena peraturan untuk pergi ke Rooftop Asrama Putra bebas dikunjungi siapapun. Jadi, terpaksalah Vasha mengejar Azmi untuk mendapatkan buku yang barusan mereka perebutkan itu.

Akhirnya, setelah perjalanan yang cukup lama, dari Sekolah ke Asrama. Azmi sampai duluan dibanding Vasha, yang jauh ketinggalan. Azmi mendorong pintu itu dengan kakinya sekuat mungkin. Dan disambut pemandangan geng Aldric yang terfokus padanya.

Azmi tak segan-segan langsung melangkah mendekat kerombongan Aldric dihadapannya.

"Woi bego! Lo nggak bisa mikir sendiri apa?" Azmi memaparkan wajah remehnya kepada Aldric.

Aldric yang terduduk dilantai dengan gaya rambut acak-acakan, dan kancing baju yang sudah mulai terbuka, berdiri sambil berdecak pinggang.

"Seharusnya gue yang nanya itu ke elo! Sekarang gue lagi nyantai, nggak ada waktu buat ladenin orang kayak lo!" Balas Aldric dengan cemoohnya.

Sraakk...

"Katanya lo orang hebat dan berani kan. Silahkan kemaskan sendiri tanggung jawab lo!" Ucap Azmi usai menaburkan kertas dan buku-buku yang digenggamnya dari tadi.

Aldric melirik kebenda yang sudah bertebaran dilantai itu, dan ada juga yang sudah terbang akibat pengaruh angin yang kencang. Sepertinya sekarang ia tau, bahwa itu adalah kumpulan hadiah untuk Vasha, yang disetornya tiap hari.

"Heuh! Kayaknya apa yang lo bilang barusan bener deh. Gue lebih hebat dibanding lo, yang cuma bisa main cewek!"

Perkataan Aldric membuat Azmi begitu tersinggung. Akhirnya tanpa basa-basi lagi, tangan Azmi melayang, meraih krah baju Aldric. Suasana hangat yang bertambah hangat disaksikan para anak buah Aldric. Mereka menawarkan bantuan kepada Aldric untuk membantunya. Tapi, Aldric langsung menolak.

"Lo berani cuma main krah baju doang? Terus nenju gue dengan tangan kayu lo itu? Lo pikir ini kayak di novel-novel yang sering lo baca?" Didalam situasi ini, Aldric masih sempat bercanda. Padahal Azmi sungguh tak menyukai semua ini.

Azmi mengumpulkan kekuatan untuk manghantam musuh bebuyutannya ini. Wajahnya memerah, tangannya semakin erat mencengkram krah Aldric. Begitupun dengan Aldric, ia hanya santai, karena sudah terbiasa menghadapi situasi ini.

Bugh...

Satu pukulan lolos dibagian rahang kiri atas Aldric. Aldric sungguh tak menyangka kuatnya pukulan Azmi. Mengakibatkan darah begitu banyak bercucuran dari mulutnya. Meski Azmi sudah membaku hantam Aldric sekuat mungkin. Tapi, untungnya Aldric tak tersungkur.

"Puas lo!" Azmi berbalik tubuh ingin kembali kekelas, setelah pertarungan ganas itu terjadi.

Aldric tak tinggal diam, ia kembali membalikkan tubuh Azmi, dan menendang...

Krekk...

"Untung bukan yang tengahnya!"

"Asshhh" Azmi menjerit kesakitan sekerasnya akibat ulah Aldric.

Vasha yang baru sampai dari ujung pintu rooftop, memberanikan diri mendekat ke area itu.

"Udah gue bilang jangan kesini! Nakal mulu!" Vasha berdecak pinggang kesal akibat ulah mereka, yang selalu membuat keributan.

"Va-vasha, tolong!" Suara Azmi serak, yang ia bisa lakukan hanya mengelus bagian paha atas.

Vasha mengalihkan arah ke bagian yang bertumpunya tangan Azmi. Ia bingung harus melakukan apa. Tidak memungkinkan bagi perempuan memegang bagian berbahaya itu.

"Malah bengong! Atasin kek!" Selain kesakitan, Azmi kesal tak ada yang mau membantunya.

Vasha masih termenung menatap bagian tersebut. Dan beberapa saat kemudian barulah Vasha sadar, bahwa ia telah melirik yang tidak-tidak, dan pikirannya juga sempat melenceng.

"A-Aku nggak mungkin meriksa itu kamu! Argh! Aldric bantu kek!" Barulah Vasha mengalihkan pandangannya ke yang lain.

"Lo gila ya! Gue lagi berdarah-darah gini, disuruh nolongin anak itu. Mati aja sekalian!" Aldric sibuk hanya menghentikan darah yang terus-terusan mengalir dari mulutnya.

Vasha sempat hampir stress, akhirnya ia manemukan jalan keluar. Dan jalan satu-satunya ya ini!

"Ok! Kalau gitu sekarang, lo Aldric ayo nopang ke bahu kiri gue! Dan lo Azmi, sandar ke bahu kanan gue!" Perintah Vasha sambil menyerahkan badannya itu.

Aldric dan Azmi dengan langkah terseret-seret, berhasil menggapai tubuh Vasha.

"Ayo ke UKS!"

Dan terjadilah hal ini. Mereka bertiga dengan rasa malu berjalan diantara siswa-siswi sekolah. Vasha yang kesakitan menahan berat badan lelaki itu, terus menghadap kedepan, tanpa ia sadari disekeliling, orang sudah menggosipkannya.

Ia tak peduli lagi bagaimana tanggapan orang-orang. Yang jelas, dua anak nakal ini harus diobati dulu. Vasha berharap dua parasitisme itu tak lagi akan merepotkan untuk kedepannya.

***

Terimakasih sudah menjadi pembaca setia DIFOME! SARANGHEO READERS!

By: Geochim💛

Different From Me [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang